Selama perjalanan pulang bibir Ahru tak berhenti tertawa. Pikirannya masih lekat dengan kelakuan jahilnya pada Keegan siang tadi. Dia masih ingat bagaimana kesalnya cowok itu saat dirinya dengan sengaja menumpahkan air di jaket Keegan. Serem tapi nggemesin. Seharusnya tadi dia menyuruh Tami merekamnya sebagai bukti bersejarah perjuangan seorang Mehru Faiqa. Yah, dia sedikit menyesal.
Saat Ahru sampai di ujung tangga menuju kamarnya, sebuah deheman mengejutkannya.
"Baru pulang, dek?"
Kakaknya --Kak Reno, baru saja keluar dari kamarnya dengan membawa gelas kosong.
"Kenapa? Enggak boleh?"
"Yee, orang Kak Reno cuma nanya, sinis amat."
Reno mengamati apa yang tergantung di tangan adiknya. "Kayak kenal tuh jaket."
Ahru mengangkat jaket Kenan lebih tinggi. untuk mengamati dan juga memamerkannya.
"Punya Juple, tuh." Ucap Reno yakin setelah sedikit mengingat.
"Keegan, Kak Reno. Nama-nama bagus gitu, Lo panggil Juple."
"Bagusan juga Juple." Ucap Reno sebelum menuruni tangga.
Ahru mengibaskan jaket Keegan ke arah kakaknya yang sudah di ujung tangga. Reno selalu menyebut nama orang semaunya, percuma mendebat. Lebih baik dirinya segera mengistirahatkan tubuhnya yang pegal-pegal.
Reno menghentikan langkahnya. "Kok bisa sama Lo?"
"Kan gue pacarnya. Wlee." Ahru menjulurkan lidahnya lalu berlari ke kamarnya sebelum mendapat sandal melayang.
Malam itu, Keegan memilih tiduran di kamarnya yang bernuansa hitam putih. Siluet pohon yang tertiup angin terlihat menggeliat pada kaca jendelanya. Dia hanya menyalakan lampu tidurnya sehingga kamar terlihat gelap temaram.
Lama dia menatap ke arah luar jendela, hanya diam dan tak memikirkan apapun. Pandangannya kembali menatap arah langit-langit. Dia merasa sepi. Ada blindspot di dalam hatinya, namun dia tidak tahu apa dan kenapa.
Matanya memejam. Alunan lagu menjadi temannya untuk merasakan sunyinya malam itu. Lagu yang satu-satunya dia temukan di dalam ponselnya. Dia kembali mengosongkan pikirannya dan fokus menikmati alunan musik dan liriknya yang sejak tadi terus berputar mengulang.
Cklek.
"Kamu udah tidur?" Tanya kakaknya di ambang pintu.
"Hm." Keegan bergumam. Dia malas membuka mata ataupun menggerakkan tubuhnya.
Alir berjalan mendekat ke ranjang, lalu merebahkan tubuhnya di samping adiknya. Matanya ikut memejam dan menikmati lagu yang di putar cukup keras memenuhi setiap sudut ruangan. Menit pertama, mereka masih hanyut.
Start Countin' All the Days
Forever I Will Stay
With You With You
One Only You
Go Far And Roam About
Comeback And Callin' Out
To Me To Me
One Only Me
Alir tersenyum meski matanya masih terpejam menikmati.
"Dulu kamu suka banget sama lagu ini. Kamu bilang, lagu ini bukan hanya menggambarkan gimana seseorang mencintai dalam diam, tapi juga tentang keseriusan berkomitmen mencintai seseorang. Berjuang dan memantaskan diri untuk orang yang kita cintai."
Keegan membuka matanya, lalu menoleh ke arah kakaknya yang masih memejamkan mata. Dia mengamati wajah tenang Alir untuk sesaat.
"Oh, iya?"
"Hm. Dan kamu mau tahu enggak, apa kebiasaan kamu pas dengerin lagu ini?"
"Apa?"
"Kamu selalu buka jendela." Alir tertawa. "Pas mbak tanya apa alasannya, kamu jawab, biar bisa makin menghayati, biar tambah nyata. Gitu."
Keegan ikut tertawa, menertawakan dirinya sendiri juga nada bicara Alir yang yang dibuat agar semirip mungkin dengan dirinya.
"Mau coba, enggak?" Alir menaik-naikkan kedua alisnya.
"Boleh."
Alir segera bangkit dan membuka jendela kamar adiknya itu. Angin mulai menerobos masuk dengan bebasnya. Dia kembali pada posisi rebahannya. Mereka berdua kompak memejamkan mata dan membisu menikmati musik.
Semilir angin membelai dan menari-nari di atas kulit mereka. Dan mereka mulai membuktikan ucapan Keegan dahulu.
Oo I'm in Love
What Did I Do To Deserve You
You Tell Me What Did I Do
To Be With You, Love
To Be The One You Runnin' Into
When The Days DO Come Through
All I Want is just to say
You Can't Shake Me I Would Never Dare
Let Go
Through the Talkin' and The Walkin'
I Will Give You All of My Lovin'
Start Countin' All the Days
Forever I Will Stay
With You With You
One Only You
Go Far And Roam About
Comeback And Callin' Out
To Me To Me
One Only Me
Ahru yang sekarang lebih sering merindukan Bimasakti. Libur tanggal merah sehari kemarin membuat dia tidak suka. Padahal dulu dia sangat mencintai warna merah pada kalender, bahkan jika dia bisa, dia ingin mengubah semua warna menjadi merah. Tapi, itu dulu. Alasannya adalah di sekolahnya sudah ada pujaan hatinya, Keegan.
"Kayak dapet rejeki nomplok ya, Bun."
"Tuh wajah sampai bersinar."
Goda Kiet dan Tami yang sudah nangkring di atas ranjang Ahru. Pukul 4.30 pagi, mereka berdua sudah diganggu oleh Ahru. Dia menyuruh teman-temannya itu untuk menjemputnya karena mobilnya sedang di servis.
"Udah cantik, belum?" Ahru berputar.
"Kayak gangsing aja, Lo."
"Udah cantik."
"Terus, apa rencana Lo hari ini? Enggak mungkin dong, enggak beraksi."
"Soal itu, tenang."
Ahru balik badan kembali ke meja riasnya. Dia mengambil lipstik merah lalu mengaplikasikannya pada bibir. Dia oles sampai benar-benar rata.
"Lo yakin ke sekolah dandan kayak gitu?"
"Jangan aneh-aneh deh, Ru."
Ahru tidak peduli dengan ocehan sahabatnya. Setelah dikiranya cukup, dia mengambil jaket Keegan yang ada di dalam paper bag coklat yang sudah dicucinya bersih. Lalu dia sedikit membuka lipatannya. Bibir Ahru dia tempelkan serapat-rapatnya ke jaket Keegan hingga sebuah bekas bibir tercetak jelas di atasnya.
"Wah, gila Lo."
Kiet dan Tami tertawa, tidak menyangka sahabatnya penuh dengan akal muslihatnya.
***
Sudah pukul 06.53, tapi mobil Keegan belum terlihat di area parkir. Hampir 30 menit dia menunggu. Beberapa orang sudah selesai diinterogasi, dan jawaban mereka semua sama, tidak melihat sosok Keegan.
Kiet terlihat berlari menghampiri mereka dengan napas ngos-ngosan. "Acil bilang, Keegan belum dateng."
"Enggak masuk kali." Terka Tami.
"Emang Acil bilang, dia enggak masuk?" Tanya Ahru tidak percaya begitu saja.
"Enggak. Dia malah bilang, mereka udah janjian mau bikin bahan presentasi bareng."
"Udah, masuk aja. Kan, Lo bisa kasih entaran tuh jaket. Daripada Lo ikutan telat."
"Lo tahu gue udah biasa. Santai aja, kayak baru pertama kali aja."
"Beneran, nih?" Tami agak tidak tega meninggalkan Ahru sendirian.
"Udah, sana!"
Ahru mendorong kedua temannya agar segera masuk. Sementara dirinya mengendap-endap keluar gerbang. Ya, dia memilih untuk menunggu Keegan di luar, karena percuma jika tetap menunggu di parkiran.
Dia memilih agak menjauh dari gerbang utama. Tubuhnya menyender pada tembok pagar sekolah bagian samping. Tangannya merogoh saku samping ranselnya, mengeluarkan permen lollipop milkita rasa melon hasil dari kembalian di warung cak Mad. Lumayan, sedikit mengurangi rasa bosannya. Kaki kirinya digunakan penuh untuk menyangga tubuh, sementara kaki kanannya bergerak maju mundur -membuat suara gesekan.
Empat puluh lima menit berlalu, terdengar suara seseorang mengumpat turun dari ojek.
"Sial!"
Ahru melirik cowok yang tengah memijit pelipisnya itu -bingung. Dia hanya tertawa kecil, tak ingin langsung menghampiri Keegan yang baru saja datang.
"Santai aja." Ahru menegakkan tubuhnya, menghampiri.
"Lo?!"
"Lo cowok, masak gitu aja takut, sih?"
"Ini bukan masalah cowok atau bukan. Tapi seenggaknya gue enggak mau di awal-awal gue masuk, udah bikin masalah."
Ahru mencebik, antara mengerti dan tidak mau memperpanjang.
"Lo juga telat?" Keegan mengernyit.
"Seperti yang Lo liat." Jawabnya bohong sambil melebarkan lengannya. "Ikut gue, entar jam istirahat kita minta bantuan anak-anak." Ucap Ahru terlalu santai.
Keegan ingin menolak, tapi dirinya juga tidak punya pilihan lain selain mengikuti idenya.
"Mending sekarang Lo ikut gue, kalau tetap disini, bisa-bisa Lo bikin tambah masalah."
Ahru berjalan lebih dulu ke warung Cak Mad, warung langganannya pas lagi bolos. Dia sebenarnya bisa aja langsung masuk dengan manjat tembok, tapi itu hanya akan membuatnya terlihat 'sedikit' polos. Bukankah sudah seharusnya dia memanfaatkan kebersamaanya dengan Keegan?"
Warung Cak Mad hanya berukuran 4×4 m, sudah sekalian dapurnya. Cukup sederhana, namun strategis untuk anak-anak yang suka bolos karena letaknya yang berada di belakang sekolah. Mungkin warung Cak Mad memang di desain khusus untuk para pembolos.
"Cak Mad." Teriak Ahru yang baru masuk.
Keegan hanya geleng-geleng melihat tingkah cewek satu itu.
"Lah, neng Ahru telat lagi?"
"Hehe," Ahru nyengir kuda, " Tapi hari ini enggak sendiri, nih?" Dia menunjuk Keegan dengan dagunya.
Keegan tersenyum ramah.
"Oh, masnya juga sekolah disini?"
"Iya." Angguk Keegan.
"Ada gorengan apa aja, Cak Mad?" Ahru menengok kotak plastik di atas meja.
"Biasa neng, tahu isi sama bakwan."
"Lo mau apa?" Ahru menatap Keegan yang tak berselera.
"Lo aja." Keegan duduk agak menjauh.
"Ya udah." Ahru nyomot tahu isi dan cabe rawit hijau. "Yakin, enggak mau? Nyesel Lo entar. Tahu isi Cak Mad favorit anak-anak."
Keegan tak menjawab. Dia mengambil sebotol air mineral di meja, setelahnya dia mengalihkan pandangannya ke arah luar. Pikirnya sial sekali hari ini harus telat, telatnya sama Ahru lagi. Kalau bukan gara-gara bannya bocor, dia pasti tidak akan terlambat.
Matanya melirik Ahru yang asik makan tahu isi, terlihat santai dan sama sekali tidak takut. Dirinya pun juga tidak. Masalah bolos dan telat, Keegan juga sudah biasa, tapi itu dulu. Banyak yang harus dia kejar terutama dalam mata pelajaran, dia banyak tertinggal. Alasannya hanya satu, tidak ingin mengecewakan Alir.
"Lo mau jalan-jalan, enggak?" Senyum Ahru.
"Lo gila?! Lo..." Keegan malas meneruskan kalimatnya, percuma.
"Nanggung, kalau cuma begini doang. Kapan lagi kan kita bisa bolos bareng." Ahru menaik-naikkan alisnya.
"Kalau Lo mau bolos, jangan ajak-ajak gue. Terserah kalau Lo masih mau disini, gue masuk sendiri."
Keegan meninggalkan uang sepuluh ribuan di meja lalu keluar dari warung Cak Mad. Semakin lama dengan Ahru, semakin tidak beres. Sekali dia mengiyakan ajakannya untuk menunggu di warung, dia semakin melunjak mengajaknya jalan-jalan. Bisa-bisa kalau dia iyakan sekali lagi, mungkin dia akan mengajaknya pergi lebih jauh dan berakhir bolos.
Sesat tuh orang. batin Keegan.
Teriakan Ahru tidak ia pedulikan dan memilih terus berjalan ke tembok dekat gerbang belakang. Dia mengatai tembok pagar yang cukup tinggi. Dia hanya butuh pijakan. Matanya menyisir ke sekitar, dan tidak ada.
"Nih."
Keegan menoleh dan melihat Ahru membawa tangga.
"Lo dapat darimana?"
"Cak Mad." Jawabnya santai.
Dari apa yang dilihat dan didengarnya, ada sebuah kesimpulan yang dapat dia tarik.
"Lo sengaja, tadi?"
"Kan mumpung telat bareng, masak mau gue sia-siain." Jujur Ahru.
"Lo!"
Ahru benar-benar membuatnya kesal. Merusak mood di pagi hari. Dia ingin segera memisahkan diri dari perempuan itu.
"Siniin tangganya."
Keegan merebutnya dari tangan Ahru kemudian menyandarkannya pada tembok. Lalu mengtesnya apa sudah pas atau belum. Dirasa sudah tidak goyang, dia kembali berbalik.
"Cepet naik."
Walaupun Keegan kesal, dia tidak mungkin tidak mengalah dengan seorang 'perempuan'. Jiwanya masih jiwa cowok, bukan banci.
"Ya, Lo duluan dong. Lo enggak liat, gue pakai rok. Atau jangan-jangan Lo mau ngintip?!" Kali ini Ahru sedikit nyolot.
"What?!" Kaget Keegan tak percaya dengan tuduhan yang dilayangkan pada dirinya, "Kalau Lo mau nuduh, kira-kira. Kalau gue mau ngintip juga pilih-pilih."
"Wah, songong Lo."
"Songong-songong gini, juga Lo kejar-kejar." Jawab Keegan terlampau santai.
Kicep. Ahru tidak punya jawaban. Apa yang dikatakan Keegan memang benar adanya, dan setelah ini pun dia juga tetap memperjuangkan Keegan. Dia (masih) tidak akan berhenti.
Bugh
Setelah Keegan berhasil mendarat dengan selamat, dia mulai menaiki tangga dengan lancar. Ini adalah keahlian Ahru, sudah tidak terhitung berapa banyak dia memanjat tembok dengan keberhasilan pendaratan mencapai 99,99%. Sementara sisa 0,01%-nya dihibahkan sebagai bentuk kerendahan hatinya, agar tidak terlihat terlalu sombong dan sempurna karena sempurna hanya milik Tuhan.
Bugh
Ahru mendongak, Keegan melihatnya dengan alis terangkat sebelah. Agaknya dia hanya memastikan dan pada detik berikutnya dia sudah membuang muka dan berlalu pergi tanpa ada kata terima kasih. Nyebelin.
"Untung suka." Gumamnya lirih lalu berdiri.
Ahru berlari kecil sambil mengambil paper bag dari dalam ranselnya. Tujuan utamanya menunggu hingga sengaja telat adalah untuk memberikan jaket cowok itu yang sudah dengan sengajanya di basahi, tempo hari.
"Nih, jaket Lo. Gue udah cuci bersih." Sodor Ahru.
"Hm." Gumaman singkat Keegan
"Jawab kek, terima kasih Ahru yang cantik dan baik hati."
Ahru mempraktekkannya dengan ramah dan ekspresif. Dia seperti sedang menggurui anak kecil yang mengikuti kelas sopan santun.
Tidak ada respon. Lagi, dia kembali dicuekin. Keegan sudah hilang di tikungan.
TBC...
***
jangan lupa guys follow Ig @ayyv.s untuk melihat trailer.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Drew 1
alamaaaak.....
gini toh rasanya telat?
hahahaa... wkt SMA gak pernah ngalamin kek gini loh.. tp wkt baca smp part ini... koq seru jg ya.. 🤭🤪
2022-08-08
1
Atikah'na Anggit
tinggalin jejak 😁👍🏻👍🏻
seruuuu biar mengenang masa SMA 😅😅
2021-11-19
2
Tinta Rachel
hai, ceritanya bagus
saling support ya
2021-11-12
2