WHO IS YOUR DADDY, MY SON?
Aku Yuri Zivannya, seorang gadis berusia 21 tahun. Perawakan biasa saja, tinggi rata-rata orang Indonesia, berkulit kuning langsat, tidak begitu kurus tapi mereka memanggilmu dengan sebutan " kutilang darat" kurus, tinggi, langsing, dada rata. Satu yang orang lain selalu lihat dariku adalah tahi lalat di dagu kiriku, katanya membuatku terlihat manis, apalagi jika tersenyum, dan pujian itu kadang membuatku merasa malu, sehingga aku jarang tersenyum.
Aku jomblo, pacarku lari karena takut dengan ayahku yang galaknya minta ampun, tapi dia adalah ayah terbaik yang aku punya, namanya ayah Budi, nama lengkap Budiyo.
Ibuku bernama Jillah, aku senang memanggilnya dengan sebutan mama Jill, terkesan begitu unik dan keren daripada Lah.
Adikku yang bawel bernama Josy, dia persis seperti pemeran kartun binatang bernama george, si monkey. Usil dan bawelnya minta ampun. Aku memanggilnya si onyit, lucu kan!
🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹
Kisah ini berawal dari sebuah kecelakaan motor yang ku kendarai saat pulang kuliah.
Malam itu, hujan turun lebat. Aku tak bisa melihat dengan jelas jalanan di depanku. Berniat untuk mencari tempat untuk berteduh, namun naas sebuah mobil melaju kencang menuju arahku tanpa sempat aku menghindar.
Bruak
Itulah bunyi terakhir yang aku dengar setelah cahaya mobil terakhir yang kulihat menyilaukan mataku dan cahaya itu seketika berubah menjadi gelap.
Aku merasakan tangan-tangan menyentuhku, entah ada berapa orang aku tak tahu, Karena setelah itu kesadaranku juga menghilang. Ku pikir hidupku sudah berakhir saat itu juga, tanpa sempat berpamitan pada kedua orang tuaku dan adikku, sahabat-sahabatku dan mantan pacarku si Reinand. Ya walaupun dia hanya mantan, tapi dia juga berjasa padaku, menyelamatkan aku dari ejekan teman-temanku yang mengatakan aku tak normal, Karena hingga kuliah aku belum pernah merasakan yang namanya pacaran. Mau tahu kenapa? Faktor utamanya adalah ayahku!
Samar aku merasa ada bisikan ditelingaku, namun aku tak bisa melihat apapun, bahkan bergerak aku tak bisa. Seolah aku merasa ada di dunia lain. Tapi apa mungkin berada di dunia lain seperti ini rasanya.
" Maafkan aku, aku terpaksa melakukannya. Ayahmu menuntutku untuk bertanggung jawab. Aku bingung harus bertanggung jawab seperti apa. Masuk penjara sudah, membiayai seluruh perawatanmu juga sudah. Tapi sepertinya ayahmu masih kurang puas dengan apa yang aku lakukan."
Kurasakan sentuhan di kepalaku, dan hembusan nafas berbau alkohol begitu menyengat di hidungku. Aku benci bau alkohol, tapi tidak bau yang lain yang terendus dihidungku dari tubuh entah siapa dia, dan bau ini membuatku merasa tenang, apa ini...? Parfumkah? Tapi milik siapa? Ayah bukan, mama Jill bukan, adikku atau Reinand? Tapi juga bukan, lalu siapa?
Samar lagi suara itu terdengar, begitu sedih sih, tapi entah kenapa aku tak tahu.....
" Aku memang tak bisa mengembalikan kakimu. Tapi aku sudah berusaha yang terbaik untuk menyembuhkanmu, namun semuanya seakan tidak cukup, ayahmu terus memintaku untuk bertanggung jawab! Menurutmu aku harus bagaimana?" Nada suara itu terdengar begitu emosional dan bergetar, suara itu serak dan berat, namun sayang aku tak bisa melihat wajah itu. Jangankan melihat, membuka mataku aku tak bisa. Apakah begini rasanya mati?!
Kurasakan lagi sentuhan jari itu menyentuh kakiku, entah apa yang ia lakukan dengan kakiku aku tak tahu. Cukup lama dia menyentuhnya, dan tangan itu kemudian membuka seluruh penutup bagian bawah tubuhku, mungkin begitu, karena kakiku yang tadinya hangat, kini terasa dingin.
Tangan itu kini naik lebih atas, aku merasa merinding, entah apa yang ia lakukan dengan menyentuh bagian itu. Namun aku tak bisa melakukan apapun. Aku hanya bisa merasakan setiap sentuhannya di bagian paling pribadi milikku dan mendengar ucapannya yang selalu meminta maaf padaku berulang kali.
Aku hampir menjerit, ketika sesuatu menyeruak masuk ke dalam intiku, merasakan sakit. Namun sekali lagi aku tak bisa apa-apa, tubuhku tak bergerak, suaraku seakan tenggelam. Hanya pikiranku yang terus berkelana tentang seseorang yang bergerak-gerak, membuat aku merasa terombang-ambing.
Apa yang dia lakukan? Aku benar-benar tak tahu.
Hanya sakit dibagian intiku yang bisa kurasakan. Setelah berhenti, aku mendengarnya lagi berbicara padaku.
" Maafkan aku, ini adalah caraku untuk bertanggung jawab penuh padamu. Karena ayahmu yang membuatku bingung. Hingga aku tak tahu lagi harus bagaimana? Cepatlah sadar!"
Kurasakan lagi sentuhan lembut di keningku, kedua mataku, hidungku, dan terakhir kecupan lembut di bibirku. Begitu lembut dan oh... astaga! Itu adalah ciuman pertamaku, entah siapa yang berani melakukannya kepadaku, jika saja aku bisa melihat dan bergerak, aku pasti sudah memukulnya. Terakhir nafasnya yang terasa panas menyapu seluruh wajahku, dan alkohol itu, baunya sangat menyengat menusuk hidungku, membuatku serasa ingin muntah. Setelah itu, aku merasa nafasku terasa ringan, kerena tubuh berat itu tak lagi menindihku.
Dia menyentuh lagi di bagian intiku yang terasa sakit, membersihkan sesuatu disana, entah apa? Yang pasti sesuatu yang lembab dan hangat terasa mengalir keluar dari sana. Aku tak tahu!
Kembali rasa hangat di sekujur tubuhku membuatku merasa kembali sesak. Dia sedang memelukku, mungkin begitu, karena sekali lagi, aku tak bisa melihat, hanya merasakan dan mendengarkan.
Dia melepasku. Beralih memegang jari-jari tanganku, mengusap-usapnya, entah apa maksudnya. Hanya saja aku merasa sesuatu melingkar di jari manisku. Apakah itu cincin? Mungkin ia, karena aku merasakan benda dingin itu menyentuh kulit jariku dan tetap disana.
" Ini akan menyatukan kita. Sekali lagi maafkan aku." Ia menarik tanganku dan menciumnya. Bibirnya yang menempel di punggung tanganku terasa hangat.
" Jangan pernah berpikir aku pergi. Jika suatu saat kau membuka mata, lihatlah jari tanganmu. Ini adalah bukti janjiku, bahwa aku tidak pernah meninggalkanmu walaupun saat itu kau tak merasakan kehadiranku, tapi aku akan selalu ada didekatmu."
Aku merasa kehilangan tangan yang menggenggam jemariku. Seiring ketukan langkah kaki yang kudengar semakin menjauh dan hilang.
Kembali kurasakan sepi, tiada siapapun di tempat ini. Hanya suara malam yang terdengar, yang menyakinkanku bahwa saat ini sedang malam hari, dan tadi yang kualami hanyalah mimpi yang terasa nyata.
Semoga benar ini hanya mimpi, karena nyatanya aku belum juga bisa bergerak dari alam bawah sadarku saat orang-orang mengatakan aku koma, dan anehnya lagi aku sudah berbaring selama 2 bulan di sini. Berarti aku belum mati?!
" Bangunlah Ziva, akan sampai kapan kau tertidur?"
Itu suara mama Jill.
" Kakak, kamu belum cuci piring selama 2 bulan."
Itu suara si bawel Josy, si onyit kesayanganku.
" Gara-gara dia, anakku jadi begini, pokoknya dia harus bertanggung jawab sampai anakku sadar!"
Dan itu ayahku, suara tegas dan galaknya membuatku rindu.
Lalu siapa yang di marahi oleh ayahku kali ini? Inginku lihat wajah itu, apakah dia akan lari seperti Reinand? Yang memutuskan hubungan denganku keesokan harinya?
Oh... No! Ayah, jangan begitu! Anakmu ini ingin punya pacar. Gerutuku saat itu, tapi sekarang aku hanya bisa mendengar suara mereka dan menjawabnya dalam hati. Aku rindu kalian!
🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Ibelmizzel
mampir Thor.
2022-12-10
0
💖syakilah💖
nyimak dulu cuss lest go thorrr...
2022-09-12
0
Reni Nuraini
mampir thor...
2021-11-05
0