Ziva merebahkan tubuhnya dengan posisi miring. Mencari tempat ternyaman.
Sambil menunggu rasa kantuk datang, Ziva bersenandung sambil mengelus perutnya.
Cklak
Pintu terbuka, menampilkan sosok mama Jill dan si onyit.
" Ayah kemana ma?" Tanyaku.
" Dia langsung ke kantor, bekerja." jawab Mama Jill.
" Harusnya mama bikin pesta buat Ziva, masa iya habis ijab kabul langsung ditinggal kerja." Gerutu Ziva.
" Suamimu aja langsung ngantor, kok protes sama ayah." tukas mama Jill.
" Kak Ze, emang kakak hamil beneran?" Tanya si onyit.
" Gak tahu! Aku aja juga gak yakin ini isinya bayi. Perasaan belum pernah begituan kok tau-tau hamil aja. Anak malaikat kali ini ya." Jawab Ziva dengan entengnya.
" Anak malaikat, anak genderuwo lha iya." Tukas si Onyit.
" Amit-amit jabang bayi." Ziva mengelus perutnya berulang kali.
" Kalian itu ngomong apa? Orang di USG bayinya bayi manusia kok, gak ada sayapnya juga." ujar sang mama.
" Iya ya oma." Ziva senang mendapat pembelaan dari sang mama.
" Ma, laper." Rengek Ziva.
Tepat pintu terbuka dari arah luar, suami dadakan Ziva yang masuk. Membawa bungkus dan keranjang buah di masing-masing tangannya.
" Lihat! Ternyata bapaknya pengertian. Anaknya lapar, datang bawa makanan." Ibu menerima bungkusan yang disodorkan Adit, namun Ziva menolak.
" Mama beliin soto ajalah, kayaknya enak makan soto."
" Ini makanan sehat untuk ibu hamil." Jawab Adit.
" Sok perhatian. Ma, aku nyidam soto ini, ntar kalau anakku ileran gimana?" ucap Ziva.
Mama mendengus, memperhatikan Adit yang manatap datar pada Ziva.
" Ya sudah, aku cari soto dulu." Adit beranjak keluar.
" Gak! Mama aja. Emang kamu siapa? Bapaknya?" Ucap Ziva dengan ketus. Mengingat perbuatan Adit padanya, dan sekarang seolah-olah seperti malaikat untuknya, membuatnya merasa muak.
" Ze!" Bentak mama Jill.
" Nyit, beliin gih, laper nih." Ziva seolah tak peduli dengan pelototan mamanya dan pandangan datar dari Adit.
" Ma, minta duit."
Adit keluar dari kamar rawat Ziva, mencari soto untuk Ziva.
" Kamu itu jangan begitu sama suamimu Ze."
" Siapa namanya emang ma? Nama aja gak tau." gerutu Ziva.
" Aditya, dia yang nabrak kamu waktu itu. Dan tahu sendiri sifat ayah kamu, dia minta nak Adit bertanggung jawab penuh atas apa yang terjadi sama kamu. Padahal sudah masuk penjara, terus menanggung biaya selama kamu dirawat, dan kamu tahu, sewa kamar ini aja 1,5 juta permalam. Ayah kamu itu kelewatan." Gerutu mama.
" Bodoh aja dia ma, harusnya jangan mau. Kan udah nanggung semua biaya pengobatan Ziva, kenapa juga mau nikahin Ziva. Ziva bisa kok rawat anak ini sendiri."
" Kamu bisa, tetapi kasihan anak itu, dia butuh ayah."
" Tapikan dia bukan bapaknya ma, kenapa dia mau bertanggung jawab juga sama kehamilannya Ziva?"
" Sudahlah Ze, harusnya kamu itu berterima kasih sama nak Adit."
Mama aja gak tahu apa yang sudah dia lakukan ke Ze ma, kalau sampai mama tahu anak ini adalah anaknya, apa mama masih bisa bilang terima kasih?
" Tuh, sotonya datang." Mama menghampiri Adit dan menerima soto untuk Ziva.
" Seger kayaknya Ze, makan ya." Mama menuangkan soto ke mangkuk, ternyata Adit membeli soto sekalian mangkuknya.
" Mau disuapin apa makan sendiri?" Mama mendekat membawa soto, namun sepertinya perut Ziva tak bisa diajak kompromi. Dia mual mencium aroma soto.
" Ma, gak jadi deh." Ziva menutup hidungnya dengan selimut " Mual"ucapnya kemudian.
" Biasanya memasuki trisemester ke 2 itu udah gak mual, tapi kenapa kamu mual?" Mama meletakkan soto ke meja, dan memberikan air hangat untuk Ziva.
" Gak tahu ma, hamil juga baru kali ini." Ziva meneguk air hangat pemberian mama, namun ia kembali mual dan memuntahkan air yang belum sampai ke lambungnya.
Adit mendekat, membantu membersihkan selimut yang basah. Anehnya, saat mencium aroma tubuh Adit, Ziva merasa tenang, dan mual itu seakan menghilang.
Apa anak ini tahu kalau dia bapaknya? batin Ziva.
" Makan ini aja ya." Mama menawarkan makanan yang dibawa Adit tadi. Ziva melihat makanan yang katanya untuk ibu hamil itu.
" Aaaa... Cobain deh, siapa tahu enggak mual." Mama menyuap satu sendok ke mulut Ziva. Dengan ragu Ziva membuka mulut sambil menatap makanan itu. Mama langsung memasukkan begitu saja makanan ke mulut Ziva.
" Enakkan." Ucap mama. Ziva mengangguk. Dan anehnya dia juga tidak mual memakan makanan itu.
" Lagi." Mama menyuap lagi untuk Ziva, dan sampai makanan itu habis, Ziva tidak mual.
" Minumnya jus aja." Adit yang menyodorkan ke Ziva.
Kenapa anak ini? Apa dia cuma mau makanan dari bapaknya?
Ziva meneguk hingga separuh jus pemberian Adit.
" Ganti baju dulu, nanti masuk angin." Mama mengeluarkan baju dari tas yang mama bawa.
" Kok enggak pakai baju rumah sakit lagi ma?"
" Kamu sudah boleh pulang. Nak Adit udah mengurus administrasinya."
Adit keluar, ketika mama membantu Ziva berganti pakaian.
" Aku pulang ke rumah mama kan?"
" Kamu ikut suamimu, nanti mama bantu rawat disana."
" Kalau nanti Ze disiksa sama dia gimana ma?"
" Kak Adit itu baik kak, jangan seudzon jadi orang." Sanggah si Onyit.
" Baik di depan mama, takutnya di belakang dia jahat." tukas Ziva.
" Jangan ngomong begitu, kasihan kalau orangnya dengar."
" Yuk, kita pulang."
" Ziva gimana ma?" Ziva memandang kakinya yang belum bisa digerakkan.
Adit masuk, diikuti perawat yang membawa kursi roda.
Adit membantu Ziva berpindah ke kursi roda, disaat itu otomatis Ziva harus perpegangan pada Adit.
Mengapa mencium parfumnya membuatku tenang?
" Kakinya." Mama membenarkan kaki Ziva.
" Biar Adit yang dorong."
Mama mengangguk, kemudian membereskan keperluan lainnya.
" Ma, Ziva pulang ke rumah mama aja ya." Rengek Ziva saat mereka melintas koridor rumah sakit.
" Kalau ke rumah mama, nanti dikira saya tidak mau bertanggung jawab."
" Ya enggak papa. Kan sudah selesai. Sekarang saya sudah boleh pulang." Jawab Ziva.
" Kakimu harus mendapat perawatan, harus terapi agar bisa jalan lagi."
" Berarti kalau nanti sudah bisa jalan lagi, bisa pulang ke rumah mama. Dan kamu tidak harus bertanggung jawab lagikan?"
Adit berhenti mendengar ucapan Ziva. Membuat Ziva menengok Adit yang berada di belakang kursi roda.
Sebenarnya bapakmu ganteng, tapi kelakuannya membuat ibumu muak!
" Setidaknya sampai anakku lahir."
" Ini anakku, bukan anakmu!"
" Ya, itu anakmu." Adit mengalah, sepertinya dia sudah mulai paham sifat keras Ziva.
Tapi juga anakku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Mak sulis
kayaknya seru..semoga cerilitanya bagus dan..tidak nggantung juga ok..lanjut aja cus..
2022-09-29
0
Anie Jung
Debay nya mau dkat" sama bapak nya Ziva, maka nya tenang.
2021-06-23
0
◡̈⃝︎➤N୧⃝🆖LU⃝SI✰◡̈⃝︎👾
ok lanjut
2021-04-05
0