Aku mengelus perutku, merasakan apakah janin di dalam rahimku bergerak, ah.... ternyata belum. Entah mengapa aku merasa bahagia dengan kehadirannya dan tak sabar menantikan kehadirannya di dunia.
" Siapa ayahmu, anakku?" Aku mulai mengajaknya bicara.
" Kata mereka aku koma selama 6 bulan, tetapi kenapa kamu baru 4 bulan disini?"
" Apa kamu hadir lewat mimpi ibu setiap malam... Hah!"
Aku mengingat setiap mimpi sebelum mataku terbuka. Mimpi sentuhan tangan seorang pria pada diriku, seluruh tubuhku, dan bagian-bagian pribadiku.
Lalu kuingat lagi suara samar pria itu yang selalu mengucapkan maaf berkali-kali setelah melakukan " itu" di dalam mimpiku.
" Masa iya, mimpi bisa membuat manusia mengandung?!"
Disaat itu, aku mencium aroma yang tak asing dihidungku.
Wangi ini! Aku seperti tak asing dengan aroma ini, ini adalah partum yang ku cium dalam mimpiku. Apa mungkin dia nyata?
Ayah dan mama serta adikku masuk ke ruanganku bersama seorang pria yang langsung memposisikan diri di samping tempat tidurku.
Mereka berdiri mengelilingiku.
" Mama, ada apa?" Tanyaku.
Mama menggeleng, mengisyaratkan agar aku diam dengan telunjukkannya.
" Lihatlah putriku sekarang sudah sadar." Ucap ayahku.
" Ya." Jawab pria itu sambil melihatku dengan tatapan yang entahlah, aku sendiri tak mengerti.
" Dia tidak bisa berjalan."
" Ya."
" Dia lumpuh."
" Ya."
" Dan kamu harus membuatnya bisa berjalan lagi!"
" Ya."
" Ayah." Teriakku, aku terkejut dengan perkataan ayah yang ku nilai begitu keterlaluan.
" Dia yang membuatmu celaka sampai tak bisa berjalan. Jadi biarkan dia bertanggung jawab!" Ucap ayah dengan tegas.
" Dokter bilang, aku bisa berjalan setelah terapi."
kataku.
" Lalu bagaimana dengan perutmu?" Tanya ayahku, membuat pria tadi langsung memperhatikan perutku. Aku langsung menyelimutinya.
" Perutku baik-baik saja ayah."
" Gara-gara kamu dirawat, kamu hamilkan!"
Pria tadi terkejut, namun wajahnya langsung berubah berseri-seri.
Kenapa dia?!
" Ayah, katanya ayah malu aku hamil, kenapa ayah memberitahukan pada orang lain?" Protesku.
" Dia bukan orang lain! Dia juga yang akan bertanggung jawab dengan kehamilanmu!"
" Ayah, aku tidak tahu siapa ayahnya, kenapa harus dia yang bertanggung jawab! Biar aja aku urus anak ini sendiri!"
Aku jelas tidak setuju dengan pikiran ayahku, yang seolah menyalahkan semua yang terjadi padaku adalah akibat kesalahannya.
" Kamu mau bertanggung jawab atas kehamilannya?" Tanya ayah pada pria tadi, tak peduli dengan aksi protesku.
" Ya!" jawabnya tegas, tanpa mengalihkan pandangannya dari perutku.
Aku sekali lagi terkejut mendengar jawabannya yang begitu tegas, tidak menyiratkan keraguan sedikitpun. Namun, aku sekarang yang ragu dengan pria itu.
Bagaimana tidak ragu coba, kalau diperhatikan dia seperti bukan pria biasa. Kemeja yang ia kenakan, aku yakin harganya bisa untuk membeli laptop, karena aku tahu dari merk yang tertera di samping bawah kemejanya. Walaupun kecil, tapi aku masih bisa membacanya.
Lalu sepatu yang ia kenakan juga bukan sepatu sembarangan, dia mengenakan jenis pantovel pria dengan merek terkenal juga, dan jam yang melingkar di tangannya " Rolex Antimagnetique" itu adalah jam tangan termahal di dunia.
Aku tahu barang branded dari teman-teman kuliahku yang anak konglomerat dan pejabat. Kalau aku sih hanya anak seorang pegawai biasa, tapi gaji ayahku cukup untuk membiayaiku kuliah, adikku sekolah dan kebutuhan sehari-hari kami.
Ke atas, kuperhatikan wajah pria itu. Mata agak menyipit, tapi berbingkai alis yang tebal, membuat pandangan matanya terlihat tajam, hidungnya mancung, dan bibirnya sedikit tebal tapi sexy. Aku terpaku dengan bibir yang menarik sedikit ujungnya ketika ku perhatikan, dia tersenyum padaku.
Kenapa dia malah tersenyum? Seharusnya dia membenciku!
Aku tak lagi memandangnya, tetapi ke ayahku yang masih dengan angkuhnya berkata pada pria itu.
" Pernikahan kalian akan dilakukan besok!"
" Tidak! Pernikahannya akan dilakukan sekarang, diruangan ini juga." ucapan pria itu membuat ayah terkejut, bahkan mataku ikut melotot, seakan ikut keluar.
" Tapi dengan syarat." Pria itu tak langsung melanjutkan ucapannya, menunggu ayahku menggangguk.
" Apa syaratnya?" Tanya ayahku.
" Jika suatu saat putrimu ingin pergi dari rumahku, maka dia tidak boleh membawa apapun keluar dari sana."
" Dia hanya butuh tanggung jawabmu, bukan hartamu." Ayah masih dengan angkuhnya menjawab ucapan pria yang entah siapa namanya, aku juga tidak tahu.
" Ayah, aku tak butuh tanggung jawab dari siapapun." Tolakku.
" Jangan membantah!"
" Mama." Rengekku.
" Ran, siapkan semuanya sekarang." Pria itu entah menelpon siapa dan meminta menyiapkan apa aku tak tahu, yang pasti saat itu aku bingung.
Tak lama, beberapa orang masuk ke ruanganku, bahkan dokter dan perawat yang menanganiku juga berkumpul disana.
" Silahkan pak penghulu."
Aku tentu terkejut, namun aku hanya bisa pasrah, karena ini adalah jalan satu-satunya agar aku bisa tetap mempertahankan anakku.
" Saya trima nikah dan kawinnya Yuri Zivannya dengan mas kawin tersebut dibayar tunai."
" Bagaimana saksi? Apakah sah?"
" Sah!"
" Alhamdulilah.........."
Aku menerima uluran tangan pria yang sudah menjadi suamiku itu dan mencium punggung tangannya. Walau bagaimanapun sekarang dia adalah imamku.
Menolak keinginan suami adalah dosa!
Astaga, kenapa aku jadi ngeri dengan arti kalimat itu.
Aku melepas tangannya, tapi dia malah menarikku dan mencium puncak kepalaku.
Ya Allah, trima kasih atas rejekimu. Kapan lagi bisa dicium cowok cakep begini?
Tentu kalimat itu hanya ku ucapkan dalam hati, karena nyatanya wajahku terlihat datar-datar saja, berbeda dengan wajahnya yang sumringah tanpa beban.
Ada ya orang begini? Rutukku dalam hati.
Dia menyematkan cincin di jari manisku.
Tunggu dulu, mengingat cincin aku langsung melihat jari tanganku yang satunya.
Apa mimpi itu nyata? Kenapa ada cincin juga di jariku?
Berarti malam itu bukan mimpi, tapi nyata, dan anak ini.... Ya Allah, ternyata aku sudah dinodai! Dan tak salah lagi, pelakunya adalah dia!
Aku melirik kotak cincin yang disodorkan pria itu padaku, dia memintaku untuk mengenakan cincin itu juga ke tangannya.
Aku melihat wajah itu yang berada dekat di depanku, otomatis aku mencium dengan jelas aroma tubuhnya.
Jika benar kamu pelakunya, maka aku akan memberi pelajaran padamu, lihat saja! Kita mainkan drama ini!
Dengan senyum manisku, aku mengambil cincin itu dan melingkarkan benda berkilau itu di jari manisnya.
*Kau kira aku bodoh! Ternyata kau sudah menyiapkan secara matang semua kemungkinan yang akan terjadi. Pantas saja kau tak menolak keinginan ayahku yang menyuruhmu bertanggung jawab atas kehamilanku. Lha wong kamu bapaknya!
Ok! Let's play! Now and action*!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
fanthaliyya
ok let's play together 🤭
2021-07-06
0
Anie Jung
Adit bapak yang langsung tangung jawab.
2021-06-23
0
Sully Sumandag
langsung pencet favorit
2021-04-05
4