Tale Of The Sleeping Emperor

Tale Of The Sleeping Emperor

Prolog

Takdir bukanlah sesuatu yang perlu ditunggu, tapi haruslah dilalui. Tak ada seorangpun yang bisa melihat takdir masa depannya, dan tak ada pula yang bisa mengelak dari takdir yang sudah ditetapkan untuknya.

Bahkan ramalan yang sudah ditetapkan selama beratus-ratus tahun silam, kandas akibat diterpa kenyataan takdir.

Kaisar muda yang baru menjabat dua bulan, kini tengah terlelap damai di dalam peti kaca buatan penempa terbaik di Athena. Yang disayangkan, ramalan tentang kaisar muda bernama Enrique Martez tersebut selalu menyebutkan kedamaian, ketentraman, kesejahteraan, dan kebahagiaan bagi masyarakat. Nyatanya sekarang tidak begitu, rakyatlah yang uring-uringan panik akan keadaan yang menimpa kaisar muda mereka.

Edmundo Martez, sang adik. Kini menjabat sebagai kaisar sementara untuk menggantikan kakaknya. Bukan berarti dia ingin mengambil alih kekuasaan, tapi demi kembali membuat kakaknya sehat. Edmund membuat sebuah sayembara, siapa yang bisa dan sukses membuat Enrique terbangun, orang itu akan mendapat imbalan apapun sesuai keinginan.

Kaisar Enrique ditemukan tertidur sambil memegang setangkai mawar putih, nafasnya masih berhembus, jantungnya pun berdetak, tapi sayangnya dia tak dapat dibangunkan, jiwanya bagai dirantai untuk terus tertidur dalam keadaan tubuh masih hidup.

Semua orang meyakini pelakunya adalah pemilik ilmu sihir, sehingga mereka berbondong-bondong mendatangkan para penyihir dari berbagai penjuru wilayah. Sudah hampir seribu orang yang mengaku pemilik ilmu sihir pula, tidak dapat membangunkannya. Sampai saat ini pun, sayembara masih berlangsung. Tanpa ada kekangan atau batasan untuk siapapun yang berani dan bertanggung jawab akan kembalinya sang kaisar muda.

Edmund terdiam di samping peti kaca yang ditempati sang kakak, matanya terus berkaca-kaca ketika sampai di tempat ini. Walau banyak yang menyarankan dirinya yang menggantikan Enrique sebagai kaisar selamanya, itu tidak boleh dilakukan. Edmund merasa mengkhianati kakaknya, dan mengambil kesempatan dalam kesempitan.

"Kakak, cepatlah kau bangun. Mereka semua menginginkanmu untuk terus memimpin negeri ini."

...---...

Tidak semua orang menyadari, jika ada yang mengalami kesulitan, disitulah ada pula yang mendapat kesempatan. Tuhan itu adil, bukan untuk mempermainkan makhluknya, tapi untuk menguji bertapa tangguh atau seberapa besar mental mereka.

Tertidurnya sang kaisar, sudah lama sampai di telinga Alice, si gadis desa yang malas bersosialisasi. Bukan tanpa sebab, bersosialisasi dengan orang yang tidak cocok, akan mengakibatkan kecanggungan, dan Alice paling tidak suka bagian itu.

Usai mengangkut jerami dari ladang menuju kandang kuda milik tetangganya, Alice harus menerima makian dari si pemilik kandang kuda, "Aku sudah bilang berapa kali? Jangan bawa jerami yang masih basah. Kau harus mengeringkannya."

Gadis itu berdecak, "Matahari tidak bersinar dengan baik, jadi selama tiga bulan kedepan, kita tidak bisa mendapat jerami kering. Aku kesusahan menjemurnya."

"Bukan urusanku tentang bagaimana cara kau menjemur. Tapi yang pasti, jangan ulangi lagi besok atau aku tidak akan pernah membeli jeramimu lagi," ancam pria peternak itu.

"Masih banyak yang mau menjadi pelangganku, kalau kau keberatan ya jangan beli lagi. Dengar ya, paman Sue, tidak pernah ada orang yang protes akibat jeramiku basah, karena mereka semua mengerti keadaan kalau sekarang musim hujan dan sangat tidak bersahabat."

Pria itu terlihat memegangi kepalanya berlagak pusing, sembari mengeluarkan selembaran uang logam dari saku celananya "Haduh, Alice. Jangan banyak alasan, ini uangmu, cukup, jangan protes. Aku bahkan melebihkan jumlahnya!"

"Terima kasih, paman Sue! Kau yang terbaik!" Ujar Alice seraya mengacungkan jempol.

"Dasar bocah ini!"

Alice berlari terbirit-birit menghindari serangan omelan pria peternak itu lagi, hingga tak sadar tubuhnya menubruk lelaki muda bertubuh jangkung, bahkan tingginya hanya sampai pada dadanya, "Namamu Alice kan?"

"Kau mengenalku?" Tanyanya kembali, merasa asing terhadap seseorang dihadapannya saat ini.

"Bibimu menyuruhku menemuimu, Alice. Ternyata kau tak seperti yang ku pikir--"

"Ouh tunggu!" Alice menyela dengan teriakan, ia tak habis pikir kalau kejadian ini akan terulang kembali, "Biar ku tebak, bibi Teresa menyuruhmu melamarku? Barangkali kau mau tahu, aku sedang melakukan tren melajang. Sudah sepuluh pria belum termasuk kau, disuruh melamarku oleh bibi, dan semuanya ku tolak! Kau pasti kaya, sebaiknya jangan menikahiku, bibiku akan memanfaatkanmu," celoteh Alice panjang lebar.

Lelaki itu tersenyum canggung seraya menggaruk tengkuknya, "Ah, sebenarnya--"

Alice lagi-lagi memotong, "Tapi biasanya bibi Teresa membawakan pria yang jauh lebih tua dariku, ini pertama kalinya yang masih muda. Berapa usiamu? Dua puluh? Dua puluh lima? Kalau aku dua puluh."

"Sebenarnya Alice, aku bukan berniat melamarmu."

Alice yang awalnya berbunga-bunga dalam hati, karena mengira lelaki jangkung yang masih muda ini akan melamarnya, sirna seketika. Apakah hanya para pria tua yang ditakdirkan melamarnya, yang nanti di kemudian hari juga akan menikahinya. Ini malapetaka terburuk yang akan terjadi.

"Mari bicarakan baik-baik di tempat lain, jangan di tengah jalan seperti ini."

"Oh, ba-baiklah," kecanggungan benar-benar melanda.

...---...

"Bibiku bilang, dari pada terus menjadi perawan tua, lebih baik aku mengorbankan hidup untuk orang lain yang lebih berguna. Begitu?!"

"Bukan, Alice. Kau tahu kerajaan sedang dilanda masalah, kaisar Enrique mengalami tidur tanpa mati. Jika kita bisa membuatnya bangun kembali, ada hadiah besar yang akan menanti. Ngomong-ngomong aku bukan dari kalangan keluarga berada, makanya aku akan mengikuti sayembara ini, tapi... dengan bantuanmu."

Alice mendesis kesal, "Mengapa aku harus bersusah payah menggunakan tenagaku untuk menyelamatkan orang lain? Bukankah sebaiknya aku lebih rajin mengumpulkan dan menjemur jerami, agar pelanggan tidak marah-marah."

"Bicara omong kosong! Kau pikir dengan uang hasil menjual jerami. Bisa melunasi hutang-hutangmu?!" Kepalanya terhuyung, ternyata sang bibi lah pelakunya. Sembari membawa nampan berisi minuman hangat, bibi Teresa menyerahkannya pada Alice dan si tamu.

"Kenapa kau selalu bersikap seperti ini padaku? Aku ini bukan anak tirimu, aku keponakanmu bibi, bisakah jangan membuatku merasa bersalah setiap hari. Hanya makan sebutir nasi saja sudah kau anggap itu hutang," Alice tak  terima, pasalnya semenjak kematian sang ibu, ia harus tinggal bersama adik ibunya. Hubungan keduanya cukup dekat, dulu. Tapi semuanya berubah setelah Alice mulai beranjak dewasa dan kebutuhan ekonomi mereka mulai meningkat.

"Alice! Bisakah kau tahu diri sekali saja. Kau menumpang!"

Alice terdiam, bola matanya menggerling ke arah lain tanpa sebab, bibirnya pun mengerucut sebal, "Lalu, dengan sebab apa kau memanggilkan dia untukku? Mengajak bunuh diri?" Tanyanya seraya menunjuk lelaki yang sedari tadi hanya diam.

Lelaki itu menyahut, "Aku membutuhkan perempuan yang bisa bela diri, bibi Teresa tahu kau sering berlatih diam-diam. Jadi bibi merekomendasikanmu."

"Tidak perlu menjawab, aku tidak butuh alasanmu!" Balas Alice, acuh.

"Aku tahu rahasia mengapa kaisar bisa seperti itu, aku mengajakmu bergabung dalam kelompokku, Alice. Untuk menolongnya. Sebelumnya perkenalkan, namaku Jonathan Ramirez."

...Tale of The Sleeping Emperor...

Terpopuler

Comments

Putri Adilamyska

Putri Adilamyska

mampir ya kak tetep semangattt😍😍😍

2022-01-09

0

Adinda Kinanty

Adinda Kinanty

bikin penasaran???????

2021-07-15

0

要钱💸

要钱💸

kerennn kakk

2021-07-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!