That's Oracle Will Make A Magic

"Di negeri seberang, dikabarkan tersembunyi orakel yang bisa menyembuhkan kaisar Enrique. Sebelum pergi ke sana, ada beberapa syarat yang harus ku laksanakan, salah satunya membawa perempuan yang bisa bela diri. Tapi tenang saja, itu tidak akan mencelakaimu, aku menjamin," jelas Jonathan seraya mengeluarkan selebar kertas papyrus dari kantung di sisi celananya. Ia kemudian menyerahkan kertas itu pada Alice.

"Mawar putih dari puncak gunung, perempuan petarung, babi yang masih hidup, lukisan rasi bintang orion? Ah, astaga... dari mana kau mendapat daftar seperti ini? Dan kau percaya begitu saja?"

Bibi Teresa mendesis kesal, lantas kepalan tangannya kembali mendarat di tubuh Alice, kali ini bahu menjadi sasarannya, "Alice memang tidak sopan kalau bicara, Jo. Jika kau menolak menjadikannya partner masuk kelompokmu, tidak apa-apa. Lagipula dia tak begitu pantas dan tak begitu tangguh. Perjalanannya saja pasti berat."

"Memangnya kita mau pergi kemana?" Tanya Alice merasa belum jelas terhadap tujuan dan pembicaraan Jonathan sejak tadi

"Mencari obat, mencari daftar di kertas itu, lalu pergi menemui orakel di negeri seberang. Aku kesulitan mencari perempuan yang cukup pandai bela diri, hingga kelompokku selalu menunda keberangkatan. Kau satu-satunya harapanku."

"Tujuanmu mengikuti sayembara ini hanyalah uang?"

"Iya," balas Jonathan jujur.

Elora beralih menatap sang bibi, rautnya memelas, "Bibi memercayakanku padanya? Bagaimana kalau aku diapa-apakan? Walaupun dia terlihat seperti orang baik-baik, tapi kita tidak tahu pikiran laki-laki yang sebenarnya."

"Jonathan lelaki yang baik, bibi yakin."

Alice mendengus, "Baiklah, ku turuti permintaan kalian. Entah ada rencana apa dibalik semua ini. Perasaanku tidak enak."

"Tapi, Alice. Rahasiakan semua ini pada orang lain termasuk orang terdekatmu," peringat Jonathan seraya beranjak berdiri, "Kita akan berangkat besok malam, menjelang tengah malam. Persiapkan dirimu," lelaki itu kemudian berpamit pergi, lantas menunggangi kudanya yang ditempatkan di belakang rumah bibi Teresa.

"Aku hanya bermaksud memberimu sesuatu yang baik, Alice," ujar bibi Teresa sebelum keponakan perempuannya pergi dari hadapannya.

Alice mendesis pelan, "Kau hanya ingin membunuhku perlahan."

Ucapan Alice cukup menusuk perasaanya, sudah seperti biasa tapi itu tetap membuatnya bersedih, untuk saat ini bibi Teresa hanya bisa tersenyum kecil, 'Semoga mereka memang berjodoh.'

...---...

Satu kata yang Alice ingin ungkapkan pada semua orang, kenapa?

Mengapa semuanya terlalu jahat pada seorang gadis sepertinya. Sedari dulu, semenjak ibu pergi, bibi Teresa selalu mengajarinya bekerja keras, padahal usianya masih sangat belia. Bukan apa-apa, Alice hanya iri pada mereka yang masih punya ibu.

Uang yang ia kumpulkan dirasa banyak, tapi tak pernah cukup memenuhi kebutuhan hidupnya, bibi, dan juga paman. Mulai beranjak dewasa, ia paham kalau hidupnya hanya dimanfaatkan. Alice ingin pergi, tapi tak tahu kemana. Atau inikah saatnya, Jonathan adalah pemberi jalan untuknya.

"Aku tak bisa mempercayai Jonathan, bisa saja ternyata bibi Teresa menjualku pada lelaki itu. Tentang orakel dari negeri seberang itu pasti hanya bualan semata. Mereka memang penipu!" Geram Alice, seraya melempar batu ke danau.

Malam-malam seperti ini Alice pergi ke hutan, tidak terlalu jauh dari rumah memang, tapi tebtu berbahaya. Sayangnya, ia tak peduli dengan bahaya, menjernihkan suasana hati lebih penting. Dibanding mendengar cekcok bibi dan paman yang selalu meributkan dirinya membyat Alice kesal dan terus meras berasalah. Bibi Teresa ingin Alice segera menikah, dan kalau bisa suaminya harus kaya, sedangkan paman Ludrigo berusaha mempertahankah Alice untuk bekerja kerasa sendiri sampai mendapat banyak uang.

Tidak ada yang benar memang, walau tujuan mereka sebenarnya cukup menguntungkan Alice. Paman selalu bilang, 'Kalau kau banyak uang, hidupmu akan terasa lebih sehat setiap harinya.'

Alice menopang dagu dan duduk menepi di pinggir danau, matanya mengedar melihat berbagai rasi bintang terbentuk di langit. Ia seketika mengingat kertas daftar bebda yang dibutuhkan Jonathan, lukisan rasi bintang orion. Seketika Alice tertawa sendiri, "Jonathan terlalu bodoh, bagaimana orang sedewasa dia bisa ditipu sihir anak-anak. Itu pasti palsu."

Sedetik kemudian rautnya mendadak murung, "Tapi aku harus tetap ikut, aku sudah menyetujuinya."

"Alice, apa yang kau lakukan di sini?" Alice tersentak, ia berbalik cepat dan menemukan paman Sue membawa setumpuk kayu di punggung. Pria itu kemudian menurunkan kayunya, lantas berjalan menghampiri Alice di pinggir danau.

"Paman sendiri mau apa kesini?" Tanya Alice agak menyindir ketika melihat seputung rokok terselip di saku pria itu, "Pandai, cukup tahu diri untuk tidak membuat anak dan istri paman menjadi perokok pasif."

Pria itu kemudian mengeluarkan dua keling uang logam, lantas melemparnya pad Alice, "Tutup mulutmu."

"Sebenarnya aku tidak ingin menerima, karena ini termasuk penyuapan. Tapi sepertinya paman terlihat sangat ingin menghisap tembakau itu, ya sudahlah..." Alice mengantungi dua keping uang logam tersebut. Seraya memikirkan makanan atau benda apa yang bisa ia beli besok.

"Jadi kenapa kau di hutan malam-malam begini? Tidak takut kena marah bibimu?"

Bukannya menjawab, Alice malah balik bertanya, sesuai perasaanya pertanyaam random itu muncul di kepala begitu saja, "Paman, menurutmu sebaiknya aku menikah atau bekerja saja?"

Paman Sue tampaknya paham dengan suasana Alice kali ini, sosok perempuan tukang debat itu sedang bersedih, untuk itu dia menghindari keramaian dan pergi ke hutan, "Kalau sekarang lebih baik kau bekerja, pergilah ke kota, ada banyak pekerjaan baik yang bisa dilakukan perempuan muda sepertimu. Tapi semua ada di tanganmu, keputusan terbaik ada pada dirimu sendiri, Alice. Jangan terlalu terpatok ucapan orang lain."

"Sebenarnya ada seseorang yang menawariku bergabung dalam kelompoknya, mereka akan mengikuti sayembara menyembuhkan kaisar yang tertidur. Dia berkata, membutuhkan perempuan petarung untuk bisa berangkat mencari obatnya, menurutmu apa aku bisa memercayai orang itu."

"Karena aku tahu kau perempuan yang tangguh dan pandai bertarung meski kau pemalas dan selalu berlagak lemah, sebaiknya iyakan saja. Hadiah imbalan untuk pemenang yang bisa menyembuhkan kaisar memang tidak main-main, jika kau berhasil. Kau bisa minta imbalan membuat toko roti atau usaha sesuai keinginanmu, masa depanmu akan semakin cerah, Alice."

"Aku tidak tahu paman peternak yang menyebalkan bisa menasehatiku sebijak ini, tapi terima kasih."

"Kau memang anak kurang ajar, Alice. Pantas saja Teresa selalu kesal, jadilah anak yang baik untuk terus hidup. Aku pergi dulu," Paman Sue membuang putung rokoknya yang hanya tersisa seperempat. Pria itu lantas kembali mengangkut kayu ke punggung untuk kembali pulang ke rumah.

Alice terdiam sejenak, kemudian ia mengangkat pedang logamnya yang setia terselip di pinggang. Gadis itu mengacungkan senjata tajam tersebut tinggi-tinggi hingga mata pedangnya menghasilkan pantulan sinar bulan, "Ayo kita berangkat berjuang untuk merubah hidupmu, Alice!"

...Tale of The Sleeping Emperor...

Terpopuler

Comments

Adinda Kinanty

Adinda Kinanty

🧚‍♀-🧚‍♀🧚‍♀🧚‍♀🧚‍♀

2021-07-15

0

要钱💸

要钱💸

mantappp

2021-07-10

0

Ririn Santi

Ririn Santi

gadis ini😂

2021-06-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!