"Pertama, setelah kita sampai di perbatasan, buat kelompok masing-masing empat orang. Kemungkinan besar di sana terdapat banyak babi hutan berkeliaran, untuk itu kita akan mulai berburu di wilayah tersebut. Faham?"
Kedua bola mata Alice memicing tajam, membuat Jonathan merasa waspada seketika "Kenapa kau malah terlihat seperti pimpinan? Bukankah kita semua teman? Ada banyak orang di sini, tentu saja ada banyak pendapat. Meskipun aku tidak tahu secara jelas maksudnya melakukan ini semua, tentu saja aku pun termasuk penyumbang ide, bukan?"
Dito menyahut, "Kami semua memang teman, tapi untuk kali ini situasinya berbeda, semua rencana sudah ditata rapi oleh Jo, jadi semua orang hanya tinggal menjalankan."
"Benar, kau tidak perlu banyak protes, Alice," ujar Jonathan cukup ketus.
Karena kesal, Alice, selaku satu-satunya perempuan di kelompok pejuang ini, memilih duduk menjauh dari mereka semua, berniat membiarkan orang lain mengurusi tata cara dan segala rencana tidak jelas dari perjalanan ini. Sungguh, sebenarnya Alice tak tahu apa yang menjadi manfaat jika perjalanan pencarian obat untuk kaisar tidak akan membuahkan hasil, "Ya sudahlah, sebentar lagi aku pasti akan mati. Tinggal menunggu kabar bahagianya sampai pada bibi Teresa."
"Apa ini, kenapa kau bilang tentang kematian terus?" Jonathan tiba-tiba sudah berdiri di belakangnya, tampak para lelaki itu sudah selesai dengan kompromi mereka. Dan bersiap untuk melanjutkan perjalanan.
"Sudahlah jangan banyak basa-basi, aku yakin bibi Teresa mempromosikanku padamu karena dia dari dulu memang ingin aku cepat mati. Hayna saja dengan cara bersih, jadi tidak perlu bersusah payah mengotori tangannya sendiri."
"Bibi Teresa tidak seperti itu, Alice. Kau saja yang terlalu keras, pedulikanlah hal kecil yang terjadi di sekitarmu sekali saja. Kau akan menemukan kepedulian di sana," kata Jonathan seraya menyeduh secangkir kopi panas, "Minum kopi ini akan membuatmu untuk tetap terjaga. Kau tahu kan, mulai sekarang waktu tidur kita akan sangat minim, aku tidak mau kalau kau tiba-tiba membuat masalah hanya karena mengantuk."
Alice mendesis pelan, "Oh, aku sudah terbiasa tidak tidur. Bahkan terkadang dalam seminggu hanya dapat tiga jam waktu tidur. Kau tahu kan, bekerja lebih penting bagiku."
"Terserah, aku tidak peduli."
Gadis itu mendengus kesal, dengan sengaja ia memajukan sebelah kakinya, sampai membuat Jonathan benar-benar terjungkal ke belakang dengan posisi masih memegang cangkir kayu berisi kopi, beruntung tidak sampai tumpah.
Alice tertawa terbahak-bahak, entah kenapa ia sangat senang melihat penderitaan orang lain, sekecila apapun itu.
Jonathan bangkit seraya menggumamkan kata-kata kasar, tak lain tak bukan ia tujukkan secara langsung pada Alice. Lelaki bersurai coklat gelap itu membersihkan celananya dengan cara menepuk bagian yang terlihat kotor.
Menyadari ada yang jatuh dari saku Jonathan, Alice berjongkok untuk mengambil benda tersebut, yang ternyata berupa buku kecil, "Buku apa ini?" Tanyanya seraya mengamati sampul benda persegi panjang yang berwarna hitam, bukan hanya warnannya yang gelap tpi auranya pun terasa suram saat telapak tangan Alice bersentuhan langsung, tanpa sengaja ia melemparnya begitu saja.
Di sisi lain, Jonathan tampak panik menyadari benda yang barusan Alice lempar. Ia memungutnya dan diusap secara lembut dengan mimik wajah seolah kasihan, "Kau ini... buku berharga, tahu!"
"Tanganku terasa sakit setelah memegangnya. Buku apa itu? Apakah isinya catatan hutang, sampai sebegitu kelam auranya."
Lelaki itu mendelik sinis, "Jangan main-main dengan buku milikku ini, kalau sampai kau atau orang lai menyentuhnya, kalian akan celaka."
"Bla bla bla, kau pikir aku akan percaya dengan dongeng khayalanmu? Mana, kemarikan bukunya. Aku jadi ingin tahu apa yang kau sembunyikan."
Mendengar ucapan Alice, Jonathan sontak menyembunyikan benda persegi panjang berbentuk susunan lembaran tersebut ke belakang punggungnya yang lebar, matanya menatap khawatir, panik, sekaligus takut. Tidak seperti Jonathan yang lembut, lugu, dan sok berjiwa tangguh, "Kali ini aku tidak main-main, jangan menyentuhnya atau kau akan kedatangan bahaya. Satu lagi, jangan bercerita apapun pada orang lain kalau aku memiliki buku seperti ini, termasuk mereka," ujarnya seraya mengarahkan jari telunjuk pada kumpulan teman-temannya sendiri.
"Jo, kau tampak aneh," Alice hanya menggumam lirih.
Tidak disangka, buku bersampul hitam itu tiba-tiba terbang sendiri menuju Alice, yang kemudian jatuh di bawah kakinya. Padahal sepertinya tadi Jonathan memegang dengan erat, terlebih tidak ada hembusan angin yang cukup kencang.
Alice menunduk, dalam salah satu lembaran di buku tersebut yang tengah di posisi terbuka, tiba-tiba muncul sebuah kata satu-per satu yang kemudian tersusunlah kalimat. Ia terbelalak menyaksikannya, bagitu pula dengan Jonathan sendiri, yang padahal pemilik bukunya.
Terlebih saat kalimat itu terbaca dengan jelas.
'Alice, akhirnya kita bertemu.'
...---...
Celine Clarisson mulai meninggalkan area kastil milik keluarga kaisar Enrique. Dalam suasana malam menjelang dini hari begini, ia tak tampak sedang menahan kantuk, terbuktu dengan caranya berlarian menuju kuda yang sudah terikat di depan gerbang.
Tak mempedulikan teriakan sang ibu, Celine tetap pada tekadnya menuju tempat di mana salah satu ahli sihur berada. Dan semoga saja, kali ini perjuangannya tak akan sia-sia, kaisar Enrique akan terbangun dan kembali memimpin wilayah yang menjadi bagian kekuasaannya.
"Celine, jangan lupa kembali masih dengan ragamu! Aku tidak ingin ada sosok arwah anak seorang pejabat negara menggentayangi kastil ini karena gagal menikah dengan kaisar!" Teriak Edmund sesaat sebelum Celine benar-benar jauh.
Gadis bersurai merah itu hanya bisa menggelengkan kepala, sampai kapan calon adik ipar akan membencinya. Terlebuh situasi saat ini, tidak ada yang berpihak pada Celine, harusnya satu-satunya orang adalah Enrique, namun jiwa lelaki itu sendiri masih perlu dipertanyakan.
Sebagai calon istri sang kaisar, Celine merasa sangat terpukul atas kejadian tak terduga yang menimpa calon suaminya. Belum dipastikan apa yang menjadi penyebab Enrique tiba-tiba tertidur tanpa bisa dibangunkan seperti itu.
Awal kejadiannya, di hari ketika kaisar melakukan penobatan pada Edmund untuk menjadi orang kedua di negerinya, alias menjadi wakil Enrique.
Malam hari setelah pesta penobatan berlangsung meriah dan gempar, kaisar Enrique sudah ditemukan dalam kondisi bersih, bak orang yang sedang tidur di atas lantai marmer ruangan pribadinya, anehnya, terdapat bunga mawar putih yang digenggam erat kedua tangannya. Bahkan sampai sekarang, mawar putih itu belum layu, malah semakin segar setiap harinya.
Bunga tersebut tidak bisa dilepas dari genggaman erat Enrique, membuat sebagian orang berspekulasi bahwa itulah penyebab mengapa sang kaisar tertidur tanpa terbangun.
Beberapa sudah mencoba melepasknnya, tapi alhasil tangan mereka malah berdarah, padahal tak ada satu pun duri di tangkainya yang sangat hijau.
Tapi tak ada yang menyadari kalau satu kelopaknya akan terjatuh, saat ada yang tertawa di dekat Enrique.
...Tale of The Sleeping Emperor...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Adinda Kinanty
sihir macam apa itu ya.....???bikin tambah penasaran aja
2021-07-16
2