My Lazy, Rich Man
Hari semakin gelap waktu berjalan menuju semakin malam, waktunya untuk beristirahat atau pergi ke alam mimpi. Namun tidak bagi lelaki tampan penikmat hidup itu. Malam, baginya bukan untuk di lewati dengan tidur nyenyak, namun harus di nikmati sampai ia sendiri lelah menikmatinya.
Malam bukan sepi, namun keramaian baginya.
Berkumpul bersama teman-teman seperti sebuah kewajiban, lebih wajib dari sekedar bekerja mencari uang.
Toh, untuk apa bekerja terlalu keras hanya dengan otaknya perusahaan bisa maju, untuk apa para petinggi perusahaan dan karyawan kalau bukan untuk membantu pekerjaannya.
Maaf saja, Revan bukan seorang yang gila kerja hingga tengah malam.
"Enak ya, Van. Hidup lo kaya bebas gitu dan bokap nyokap lo gak ada yang protes." ujar Dimas seorang cowok tampan yang sedang menikmati camilan di tempat yang mereka sebut basecamp.
"Biasa aja. " sahutnya cuek.
"Dih, monyet. Lo kan anak tunggal gak ada niat serius gitu buat warisi perusahaan?" kini seorang cowok dengan tampang dingin yang bersuara, sebut saja namanya Gara. Nama panjangnya Sagara Wijaya Dinegara. Anak dari keluarga pengusaha dan politikus.
"Nggak usah serius-serius, nanti juga jadi pewaris." jawaban Revan masih santai dan matanya tak menjauh dari ponselnya. Ia sedang bermain game online dengan ponselnya itu.
"Gila banget, hidupnya santai cewek gak pakai nyari datang sendiri, orang tua sayang banget, gak kaya gue, harus banget kayanya beres kuliah tahun ini." keluh Gara.
Sedangkan, Revan. Ia hanya tersenyum miring menanggapi ocehan Gara. Bukannya mau sombong, tapi di usia ke - 22 tahun ini ia sudah benar - benar beres untuk urusan pendidikannya. Bukan karena sogokan uang yang diterima pihak kampus dari pihak orang tua, tapi jelas karena Revan itu genius.
Revan Agra Bagaskara, cowok urakan.
Sejak SMP sudah gemar membolos di jam pelajaran, badboy, tetapi nilainya selalu bagus.
Revan tidak sangar seperti badboy pada umumnya, Revan adalah tipikal lelaki yang hangat karena ia di besarkan penuh cinta oleh kedua orang tuanya Bunda Rena dan Ayahnya Anggara Bagaskara.
Soal cinta, cintanya cuma satu dan itu hanya untuk seorang gadis, gadis yang ia inginkan sejak lama, namun ternyata tak pernah bisa untuknya. Namun statusnya tidak pernah sendiri, ada seorang gadis Tasya Arasya. Kekasih Revan sejak SMA kelas 11 mereka berhubungan dengan hubungan yang aneh terkadang putus lalu pacaran kembali dan baik-baik saja seperti sedia kala.
Dan sekarang, dirinya tak butuh Tasya, ketika dengan tiba-tiba gadis impiannya hadir. Mungkin akan jahat jika ia mengatakan Tasya adalah pelampiasan, tapi salah gadis itu sendiri mau-maunya dengan dirinya. Padahal, Revan sudah bilang, dia suka cewek lain dan itu bukan Tasya.
Tapi dengan angkuhnya, "Van, aku gak akan mau putus dari kamu!" seorang gadis dengan rambut blonde bergelombang memasuki basecamp mereka dengan serangkaian setelan seksi yang menempel di tubuhnya.
"Kenapa? Bisanya juga lo yang minta putus duluan." sahut Revan dengan mata yang masih fokus pada ponselnya.
Dengan kasar, Tasya merebut ponsel Revan agar fokus lelaki itu berpindah padanya.
"Apa-apaan sih lo?!" sentak Revan berdiri tak Terima menatap Tasya.
"Kamu yang apa-apaan?!"
"Emang benar kan? Biasanya juga lo yang minta putus, kenapa sekarang gue putusin malah gak terima?" ujar Revan dengan nada mengejek, sedangkan Dimas dan Gara hanya bisa menonton bersama dengan tiga orang lainnya yang beralih dari kegiatan awal mereka akibat perdebatan sepasang kekasih.
Mereka adalah Rafi, Jonathan, dan Daven.
"Itu kan.. "
"Apa? Nggak bosan hah pacaran sama gue melulu?" sentak Revan, namun dengan wajah yang terkesan biasa saja.
"Udah kali, Sya. Benar apa kata Revan, hubungan kalian juga sudah enggak sehat, mending sama gue, gue lebih ganteng dari dia." canda Rafi menaikan kerah bajunya sombong.
Tasya melengos, tak mempedulikan kejahilan Rafi, "Nggak, aku sayang sama kamu!"
"Sayang sama uang gue maksud lo?!" sentak Revan yang langsung membuat Tasya terdiam.
"Nggak, Van. Bukan gitu!"
"Udah, Sya. Gue juga udah mau nikah, gue di jodohin sama ayah bunda, mending lo nyerah, calon istri gue lebih cantik dari elo." lalu dengan kasar ia mengambil kembali ponselnya yang ada di genggaman Tasya.
"Aku pastikan, kita balikan lagi!" ucap Tasya tegas sebelum akhirnya ia meninggalkan basecamp enam pemuda serbuk berlian itu.
"Parah! Tasya cakep tuh, malah di buang, sayang kan." ujar Rafi.
"Halah, cewek model Tasya itu cocoknya cuma buat having fun. Bisanya ngabisin duit doang." tukas Daven yang memang tak pernah suka dengan Tasya.
"Stop!" mendadak Jonathan menghentikan seru-seruan mereka. "Lo pada belum sadar? Tadi si bos bilang mau nikah!" serunya yang sontak membuat semua mata membelalak kecuali Jonathan dan Revan yang kini fokus pada laptopnya.
"Serius, bro?!" seru Daven penasaran.
Sedangkan, Revan dengan tenang mengangguk lalu tanpa di duga bangkit dari duduk manisnya di sofa dan pergi begitu saja.
"Hah?!" mereka berlima terkejut secara bersamaan, padahal tadinya mereka mengira Revan hanya mengada-ada saja.
***
Mobil hitam mewah Laferrari Aperta itu memasuki pagar tinggi sebuah rumah mewah, melewati halaman luas yang di kelilingi taman bunga karya Bunda Rena.
Membuat semua penjaga rumah keheranan, ini masih pukul delapan dan Tuan Muda mereka sudah pulang? Apa ini mimpi?
Karena biasanya, Revan akan pulang paling cepat pukul sepuluh malam dan paling lambat adalah pukul tujuh pagi. Karena ia lebih memilih rumah minimalis yang ia sebut basecamp, bersama kelima temannya.
"Revan?" bunda Rena menatap bingung putera tunggalnya yang masuk rumah dengan tergesa-gesa.
"Ayah mana?" belum sempat Rena menjawab, Ayahnya muncul dari ujung tangga teratas. Ia menunggu sang Ayah sampai turun dan bergabung dengannya dan sang bunda di ruang keluarga.
"Ayah cepetan, lama banget jalannya." ujar Revan tak sabar.
"Apa sih, Van? Berlebihan sekali, ada yang penting, tentang perusahaan?" tanya ayahnya sembari duduk di atas sofa cokelat.
"Bukan!"
"Terus apa? Tumben jam segini sudah pulang." tanya bunda lembut.
"Yah!" ia menjeda sebentar, jantungnya berdegup tak karuan, entah ini benar atau tidak, tapi ia harus bilang, "Revan mau nikah!"
Hening. Ayah dan bunda nya masih kaget hanya ada suara televisi yang menampilkan acara berita saat ini.
"Hahahaha.. " tiba-tiba tawa Anggara meledak.
"Bercanda kamu tidak lucu, kerja malas -malasan begitu kok mau nikah, mau jadi apa rumah tanggamu? Kasihan istri kamu punya suami pemalas." sarkas Anggara pada kalimat terakhir.
"Bunda... " rengeknya manja mendekat pada sang bunda.
"Kan sama bunda saja masih manja, begitu mau nikah?" sindir sang Ayah.
"Nikah sama Tasya?" kali ini bunda nya yang bertanya.
"Bukan, tapi sama perempuan yang mau Revan lindungi." ujarnya serius.
"Banyak gaya anak kamu, Bun." ledek Anggara.
"Ayah, jangan lupa di balik kesuksesan perusahaan ada otak Revan di baliknya." ujarnya kesal.
"Heum... ya sudah sana menikah, tapi ada syaratnya."
"Apa, Yah?!" tanyanya antusias mendekat pada sang Ayah.
"Pimpin perusahaan! Bagaimana?" tawar Anggara, mungkin ini bisa jadi jalan agar anaknya itu mau mulai mengurus perusahaan.
Agar para dewan direksi tidak terlalu banyak omong dengan menjadikan salah satu dari mereka pengganti Anggara karena Revan tidak mau belajar memimpin perusahaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Ratu dunia
"THE BEAUTIFUL VAMPIRE"
Mampir kuy ke ceritaku berceritakan tentang kisah seorang Vampir cantik dengan sang ceo tampan.
Izin promo😗
2021-04-10
2