Di rumah yang tak kecil tapi tak besar juga itu, terjadi perdebatan sengit antar tiga orang laki-laki dan satu orang perempuan yang tak lain adalah Alettara.
"Nikah, Ta! Nggak perlu kamu susah-susah kerja buat kuliah, pokoknya nikah!" tekan sang kakak pertama, Danu.
"Gak! Aku punya impian mas, aku gak mau nikah begitu saja!"
"Jangan jadi anak durhaka kamu, dengan terus sekolah kamu menambah beban keluarga!" bentak sang ayah.
"Harusnya kamu cukup di rumah, kamu tahu kan harusnya kami yang cari uang dan kamu urus rumah ini, bukannya malah kuliah, buat keadaan makin susah!" cerca kakak keduanya.
"Mas! Letta kuliah, gak ada salahnya kan?"
"Nggak, Ta, gak salah. Tapi keadaan seperti ini membuat pendidikan tinggi kamu itu salah!" sela Danu.
"Mas sudah setujui pernikahan kamu, pokoknya kamu harus menikah. Dengan begitu juga keluarga Bagaskara menawarkan pekerjaan bagus untuk Bayu, jika kamu menjadi menantu mereka."
"Kalian ini selalu saja kaya gitu, enggak pernah memikirkan aku! Egois!" Aletta mengakhiri perdebatan itu dengan berjalan cepat dan masuk kamar kemudian menutup pintunya kencang, sembari memaki, "Kenapa bukan mas Bayu atau mas Danu saja yang menikah sama Revan!"
Jelas terdengar dari luar ayahnya berteriak, "Kurang ajar! Siapa yang mendidikmu seperti itu, Aletta!" lalu kemudian terbatuk, karena memang ayahnya sudahlah sakit.
Aletta mau kok nikah sama Revan, dia tampan dia kaya, dia hangat, tapi Aletta sadar diri.
Dia bukan perempuan yang sepadan untuk Revan.
Aletta miskin, wajahnya pas-pasan, dompet juga pas-pasan, level mereka sangat jauh.
Lebih dari itu, menikah itu bukan hanya tentang cinta tapi juga harus memikirkan kehidupan kedepannya. Yang dia tahu, Revan itu urakan di sekolah, terlebih lagi lelaki itu sangat pemalas. Tidak di siplin, tidak menghargai waktu, sangat berbeda dengan Aletta yang selalu tepat waktu.
Kalau, nanti ia menikah dengan lelaki malas yang hanya mengandalkan uang orang tuanya, lalu ketika orang tua lelaki itu mati, lalu meninggalkan warisan yang malas Revan urus. Yang ada nanti mereka akan jatuh miskin!
Maaf saja, Aletta tidak mau hidup miskin terus menerus, ia berkuliah agar dirinya bisa menjadi gadis mandiri, menjadi wanita karier yang sukses. Aletta akui dia suka uang, berarti Aletta matrealistis, ia berencana mencari pria kaya.
Namun, ia masih punya harga diri, kalau suka uang ya cari uang sendiri, lalu nikmati semaunya. Bukan minta - minta pada lelaki!
Gadis itu menghembuskan napasnya kasar, ia ingat, ia suka Revan. Karena saat awal masuk SMA, Revan adalah cowok cerdas dan baik di matanya, sebelum sifat aslinya itu keluar.
Tapi anehnya, ia masih tetap menyukai Revan yang populer saat itu, meski yaa sangat nakal.
Aletta tahu diri, jadi ia memilih memacari teman sekelasnya selama masa SMA untuk menutupi rasa yang ada.
"Aku suka kamu, Re. Tapi punya begitu banyak perbedaan." gumamnya pasrah.
"Aku mau nikah sama kamu, tapi nanti ketika aku adalah seorang perempuan sukses, sehingga aku pantas bersanding sama kamu. Kamu mau gak ya nunggu aku?" ujarnya seolah ada Revan di hadapannya padahal kenyataan nya adalah ia hanya ada di kamar kecilnya dengan memeluk seonggok guling kesayangannya.
"Ah, mana mungkin! Kamu kan tampan, cuma cewek pasti gampang dapatnya." ia menerawang ke masa lalu dimana ada beberapa adegan manis antara dirinya dan Revan meski tanpa sengaja.
"Kamu sayang banget, untuk di tolak! Tapi aku gak mau nikah sama kamu!" hebohnya menendang-nendang selimutnya.
"Setidaknya, tidak untuk saat ini." ujarnya kembali tenang.
***
Sedangkan, di kediaman Bagaskara.
Senyum terpatri di wajah semua orang.
"Aletta setuju untuk menikah." ujar Bunda semangat.
"Iya bun, akhirnya anak manja ini akan menikah, secepat ini."
"Anak bunda mau nikah, ah bunda tidak menyangka, awas ya jangan jadi pemalas lagi, yang rajin kerja di perusahaan ayah, kamu harus pintar nafkahi keluarga kamu kelak." nasihat sang bunda.
Namun, yang di nasihati seperti tidak senang.
Ada rasa tak yakin saat ayah dan bunda mendapat berita bahwa Aletta setuju untuk menikah. Karena sebelumnya, Aletta tidak mau menikah dan menolak dengan keras.
Revan tidak yakin, sama sekali tidak.
"Oh ya, setelah menikah jangan sering kumpul sama geng kamu itu, harus kasih waktu yang banyak untuk Aletta." namun perkataan sang bunda seolah hanya lewat saja, karena pikiran Revan entah ada dimana.
'Revan, aku gak akan setuju, kita gak cocok.'
kalimat itu masih terngiang.
"Revan, aku gak pantas untuk kamu dan kamu gak pantas untuk aku." lalu kalimat menyakitkan lainnya datang lagi.
"Aku terlalu baik untuk kamu, dan kamu terlalu kaya untuk aku." Revan tersenyum kecut kala kalimat itu kembali terngiang.
Gadisnya yang berpikiran sempit itu berulang-ulang menyakiti hatinya dengan ribuan kalimat dengan makna yang sama dalam satu minggu saja.
Jadi kalau biasanya yang dingin dan yang cuek itu cowok, dan yang bucin ceweknya, disini beda ya... maaf.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments