"Letta?" gadis yang di sapa dengan nama Letta itu menoleh menghentikan kegiatannya yang sedang melayani pelanggan di kedai ayam milik bibinya.
"Eh, Revan, cari apa?" dengan senatural mungkin Letta bersikap sebagai seorang penjual pada pembeli. Meski ia tahu, ini Revan teman satu kelasnya saat SMA.
"Cari kamu." jawab Revan asal, sedangkan Aletta hanya tersenyum ramah.
"Buruan, Re. Banyak yang antre di belakang kamu." ujar Aletta memperingatkan, sebab di belakang Revan sudah banyak yang mengantre untuk memesan dan beberapa dari mereka sudah berdecak kesal atau sesekali memutar bola matanya malas.
"Yaudah, aku mau ayam goreng satu box, tapi habis ini kita ketemu!"
Sial! Ketemuan dengan lawan jenis adalah hal yang paling malas Aletta lakukan. Pasti akan canggung, apalagi dia dan Revan tidak dekat.
Kenapa sih tiba-tiba Revan terus ada di dekatnya, ini sudah satu minggu lelaki itu terus datang kemari, Aletta jadi tidak enak dengan bibinya, jika begini.
***
Aletta duduk di bangku taman tempat yang telah mereka sepakati untuk bertemu.
Aletta menundukkan kepala tak berani melihat ke arah lelaki tampan yang sangat populer pada masa SMA dulu. Populer karena urakan, populer karena tampan, populer juga karena jahil dan cerdas.
Andai Revan itu anak rajin, pasti sudah jadi idamannya, meski dengan statusnya saat itu adalah cowok urakan Aletta tetap menaruh rasa lebih, namun ia sadar diri. Jadi, lebih baik jika ia mengubur rasa itu.
"Kamu susah untuk di temui." celetuk Revan memulai pembicaraan.
"Ah ya, aku itu perempuan dengan banyak pekerjaan, jadi cepat kalau mau bicara, aku harus segera pulang."
"Selalu seperti itu dari dulu." cibir Revan.
Aletta tersenyum samar, mana bisa ia seperti Revan yang bisa melakukan segalanya dengan seenak jidat cowok itu.
Aletta sudah di siplin sejak kecil, bukan karena didikan orang tua, tapi karena dirinya sendiri yang membuat dirinya menjadi perempuan di siplin dan mandiri.
"Kamu sudah pikirkan ulang jawaban kamu?" tanya Revan serius. Yang membuat tubuh Aletta langsung menegang.
"Nggak bisa, Re. Tetap enggak bisa." tegasnya.
"Kenapa?!" tanya Revan frustasi.
"Terlalu banyak perbedaan di antara kita."
dan segala perbedaan itu selalu menghalangi aku untuk bisa mencintai kamu. lanjutnya dalam hati.
#flashback
Akhirnya, demi menuruti permintaan aneh anak tunggal mereka, Rena dan Anggara datang ke rumah sederhana milik keluarga Aletta.
Yang di sambut terbuka oleh Danugraha Pratama, kakak tertua Aletta.
Keluarga Aletta beranggotakan, ayahnya yang sakit - sakitan, dirinya sendiri dan kedua kakaknya yang kesemuanya laki-laki.
"Maaf, kami datang mendadak, kami dari keluarga Bagaskara."
Dengan sopan semua anggota keluarga tanpa Aletta mengangguk. "Siapa yang tidak tahu Tuan Bagaskara yang terkenal." ujar Riyanto ayah Aletta.
"Anda bisa saja, tanpa mau banyak berbasa-basi lagi kami ingin mengungkapkan niat baik kami datang kemari." ungkap Anggara.
Danu mengerutkan kening bingung dengan arah pembicaraan Anggara begitupun Bayu kakak kedua Aletta.
"Niat baik apa itu ya, Tuan?" dengan hati-hati Riyanto dengan suara yang mulai lemah bertanya.
"Kami ingin melamar puteri keluarga ini. " dan tepat saat kalimat itu selesai terucap Aletta dengan sekantung plastik belanjaannya langsung diam mematung mendengar itu.
"Jadi bagaimana jawaban Raina?" tanya Bunda Rena, setelah percakapan yang cukup panjang dan dengan tiba-tiba saja Bunda Rena lebih suka memanggilnya dengan nama Raina bukan Aletta.
"Maaf, saya enggak bisa." jawab Aletta to the point, tak perlu banyak cakap. Jawabannya adalah tidak.
Ia tahu siapa Anggara Bagaskara, apalagi setelah ia melihat sosok yang beberapa bulan belakangan ini sering muncul di hadapannya, Revan yang kini ada di antara Rena dan Anggara.
Bahkan kini lelaki itu tersenyum ke arahnya, namun setelah beberapa detik senyuman itu pudar karena sepertinya Revan paham jawaban Aletta.
"Lho, kenapa sayang?" serbu Rena, ia sudah terlanjur suka pada Aletta. Cantik sekali, apalagi Rena tidak punya anak perempuan.
"Letta masih harus kuliah, tante. Letta masih jalan semester empat, jangan nikah harusnya. Revan juga kan harus kuliah dulu kan?" ujarnya tak enak.
Rena menggeleng, "Revan sudah lulus, sayang. Sudah lama, makannya minta di nikahin sama kamu."
"Tapi, Aletta..."
"Maaf, Tuan Bagaskara, mungkin sekarang Aletta belum bisa berpikir jernih, mungkin dia masih butuh waktu." ujar Bayu kakak keduanya.
#end
"Alettara, dengar!" tegas Revan saat Aletta terlihat akan meninggalkan dirinya.
"Cukup menikahlah denganku dan kamu tidak perlu bekerja keras. Kamu tidak akan menderita dengan terus bekerja. Aku bisa memberikan kamu uang tanpa kamu harus bekerja." ujar Revan dengan lancarnya tanpa memperdulikan hati Letta yang tersentil.
"Kamu kira aku cewek matre? Aku mungkin tertarik dengan kamu, tapi aku tidak mau menikahi cowok malas kaya kamu."
balas Aletta sengit dan berjalan meninggalkan Revan.
"Aletta bukan begitu maksud aku!" teriak Revan berusaha mengejar Aletta.
"Sebenarnya apa maksud kamu melamar aku?!" berbalik Aletta berteriak bertanya di depan wajah Revan yang seketika berhenti karena yang ia kejar mendadak berbalik.
"Kamu mau apa? Mau kasihani aku?!" sambung Aletta dengan Revan yang masih terdiam.
"Aku bisa, Re. Aku bisa biayai hidupku sendiri!" ya memang, tujuan Revan adalah ingin memberikan segalanya pada yang tercinta, Aletta. Gadis yang ia cintai sejak pandangan pertama, gadis ceria dengan senyum manis yang tak pernah ia sangka menyimpan banyak luka di hatinya.
Ia bukan mau sombong, ia tidak tega, melihat Aletta yang mulai bekerja semakin keras demi membiayai pendidikannya.
Tentu ia sendiri, sebab keluarga gadis itu tidak ada yang setuju jika Aletta berkuliah, karena hanya akan menambah beban hidup yang serba pas-pasan.
"Aku tau, tapi--"
"Bukan karena mencintai aku, tapi karena mengasihani aku. Aku tidak akan menerima pinanganmu, Revan Arya Bagaskara." tegas Aletta.
"Aletta!" dengan nada tinggi Revan menyentak gadis yang mulai emosi dengan prasangkanya sendiri.
"Ingat ini baik-baik! Aku mencintai kamu dan kamu akan jadi milikku, milikku Aletta!" setelahnya Revan lah yang pergi lebih dulu meninggalkan Aletta yang mulai menitikkan air mata.
Tidak bisa!
Tidak akan ia biarkan Aletta lepas dari tangannya, dulu baru ia ingin menggapai namun ada si pengganggu. Sekarang, jangan sampai ia gagal memenuhi hasrat hatinya.
"Aku cinta kamu, tapi perbedaan menghalangi aku untuk bisa mencintai kamu dengan sebenar-benarnya." bisik Aletta menatap punggung Revan yang semakin menjauh.
Sama, itu satu kata yang membuatnya senang. Setidaknya ada satu kesamaannya dengan Revan. Mereka sama-sama saling menyukai.
Ingin, Aletta berkata ya, tapi Aletta sadar diri. Siapa dia, siapa Revan.
Entah siapa yang akan menang, Revan yang memaksa mendapatkan cintanya atau Aletta yang berusaha menutup hatinya rapat-rapat?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments