The Power Of First Love
Masih teringat dalam benak gadis itu, saat itu hujan begitu deras. Kilatan petir menyambar di langit Jakarta. Lubang jalan yang tergenang air sudah biasa ia lewati. Dengan mengenakan seragam sekolah, Queentsa berlari kencang melewati lorong-lorong jalan perumahan. Setiap beberapa langkah, Queentsa menyeka air matanya. Rambut panjangnya sudah terlanjur basah semenjak ibu guru memberikan kabar duka padanya. Queentsa pun masih terus berlari pulang untuk memastikan kabar itu. Kabar kematian orang tuanya masih tersimpan erat dalam pikirannya.
Berjarak dua puluh meter dari rumah Queentsa, dia telah melihat suasana yang membuat ia takut setengah mati. Tante Ratna yang berdiri sambil memeluk Fawaz pun menambah ketakutan yang bersarang dalam dirinya. Queentsa pun berjalan sempoyongan seraya melewati mobil jenazah yang terparkir di depan rumahnya. Pandangannya menyapu setiap orang yang saat itu berada di sekitar rumahnya. Seakan, memberi jawaban atas berita duka yang ia peroleh sewaktu di sekolah.
"Kakak!!!" teriak Fawaz yaitu adik Queentsa yang masih duduk di bangku SD. Fawaz pun berlari dan memeluk tubuh kakaknya yang masih berdiri lemas.
"Kakak, Ayah Bunda udah pergi ninggalin kita," tangis Fawaz pun pecah dalam pelukan kakaknya.
Queentsa pun membalas erat pelukan itu. Dia mulai mengeluarkan semua emosinya yang semenjak tadi tertahan dalam perjalanan pulang.
"Queentsa!" panggil Sonia, sepupu terdekat Queentsa.
Kehadiran Sonia saat itu, membuat Queentsa sedikit merasa lebih tenang.
Orang tua Queentsa meninggal disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas. Saat itu, Queentsa hanya mampu meratapi kedua orangtuanya yang telah membujur kaku. Ia tak menduga bahwa orangtuanya telah meninggalkan dirinya dan adik laki-lakinya lebih dulu.
Hujan pun turun dengan deras semalaman, seakan mengiringi kesedihan keluarga itu. Setelah kematian orangtua mereka, hari demi hari Queentsa dan Fawaz pun telah menerima takdir yang harus mereka jalani. Karena Queensta dan Fawaz masih duduk di bangku sekolah, paman dan tante mereka pun memutuskan untuk memarawat dan membawa Queentsa dan Fawaz pindah ke Surabaya.
Malam itu adalah malam ke sepuluh dari hari kematian orangtua Queentsa dan juga malam terakhir untuk Queentsa tinggal di Jakarta. Lagi-lagi Queentsa sedang melamun di balkon kamarnya sambil memandang kosong balkon kamar rumah sebelah yang terlihat usang dan penuh dengan debu. Dia sedang membayangkan sosok lelaki yang sangat berarti baginya. Seorang teman, sahabat, sekaligus tetangga. Bahkan bisa dibilang, lelaki itu adalah cinta pertama Queentsa. Dengan pandangan yang terus menerus terfokus kepada pintu kamar usang itu, Queentsa berharap lelaki yang ia rindukan akan muncul dari dalam sana. Namun, air matanya tak sanggup terbendung. Queentsa pun mulai menangis kembali.
"Queen... sampai kapan kamu akan menangis setiap malam di sini?" tanya Sonia yang setia mendampingi Queentsa selama sepuluh hari terakhir.
"Kenapa orang yang aku sayang, semuanya meninggalkanku? Apa salahku?" tutur Queentsa yang masih terisak tangis.
"Queen, setelah kamu tinggal bersama keluargaku di Surabaya nanti, aku yakin kamu dan Fawaz akan baik-baik saja. Kita akan masuk sekolah SMA yang sama. Aku akan selalu bersamamu baik suka dan duka," sahut Sonia dengan suara lirih sambil menepuk pelan punggung Queentsa.
"Terimakasih Sonia. Aku hanya bersedih karena teringat dengan sahabatku yang bernama Erdo. Kamu masih ingat, bukan?" ucap Queentsa.
"Mmm, cowok yang sedingin es itu, kan?" sahut Sonia lalu merapikan anak rambut Queentsa yang sedikit berantakan karena hembusan angin malam.
"Semester lalu, Erdo tiba-tiba pindah ke Jepang tanpa berpamitan kepadaku. Sekarang, Ayah dan Bunda pun pergi meninggalkanku. Aku harus gimana, Sonia? Aku...aku ingin bertemu Erdo lagi. Aku ingin cerita sama dia mengenai keluh kesahku menanggung kesedihan ini," terang Queentsa tangisnya pun mulai pecah.
"Apakah kalian berdua tidak berkomunikasi lagi?" tanya Sonia seraya menyeka air mata Queentsa. Queentsa pun menggelengkan kepalanya.
"Kamu gak punya nomer HP nya?" tanya Sonia lagi.
"Aku udah beberapa kali mencoba menghubungi Erdo, tapi nomernya sudah tidak aktif lagi," ucap Queentsa yang hidungnya mulai memerah karena menangis.
"Mungkin, ada alasan tertentu kenapa Erdo mendadak pindah ke Jepang. Suatu saat pasti dia akan kembali," timpal Sonia.
"Entahlah, aku sudah berusaha melupakan dia. Tapi, bayangannya masih terus ada di dalam benakku. Nasibku benar-benar kacau. Tidak muda bagiku melupakan sosok Erdo, sekarang malah lebih parah lagi," ujar Queentsa sambil berusaha menatap Sonia dengan mata lebamnya.
"Queen, apakah bagimu Erdo hanyalah seorang sahabat? atau...." tutur Sonia sangat mengharapkan jawaban pasti dari sepupunya itu.
Mendengar pertanyaan Sonia, membuat Queentsa menatap balkon usang itu lagi. Queentsa pun mulai membayangkan masa-masa bersama Erdo sebelum akhirnya mereka berpisah.
Kenangan masa lalu itu pun dimulai...
* * *
Tok tok tok....
"Queentsa... Fawaz... ayo bangun. Solat subuh dulu!" seru Bunda Naila kepada kedua anaknya.
Mendengar suara indah nan menyejukkan itu, Queentsa pun mulai berusaha menggerakkan mata. Ia hanya mampu mengubah posisinya yang awalnya miring ke kanan berubah menjadi terlentang. Queentsa berusaha untuk beranjak dari tempat tidur sebelum ibundanya memasuki kamarnya. Namun, tubuhnya masih terasa berat seakan tertimpa batu beton teramat besar. Rasa malas pun masih membelenggu dirinya.
"CKREEKKK" suara ganggang pintu kamar terbuka.
"Queen, ayo bangun ah! Bukankah hari ini kamu ada UTS yah?" tanya Bunda Naila seraya duduk di samping anak gadisnya itu.
"He'em," sahut Queentsa dengan mata masih terpejam.
"Kamu ini! ayo bangun! Ini nih, akibat setiap malam mainan gejet terus. Ingat sayang, kamu kan sudah hampir ujian akhir sekolah. Bunda nggak pernah tuh, lihat kamu serius belajar?" tutur Bunda Naila mulai berceramah sambil mencubit hidung mancung Queentsa.
"Kata siapa Queentsa nggak pernah belajar? Setiap malam Queentsa selalu ngerjain latihan soal kok. Bunda aja yang nggak pernah tahu, Hoaammm" Queentsa pun mulai beranjak duduk.
"Lihat tuh si Erdo, mulai dia TK sampai SMP selalu dapat ranking satu. Mamanya aja sampai bosan," sahut Bunda Naila menatap wajah putrinya yang masih terus menguap.
"Kenapa bunda selalu bandingin Queentsa dengan Erdo,sih? Bunda, Erdo itu sudah genius dari janin, berbeda dengan Queentsa. Ah Bunda, apresiasi dikit dong sama kemampuan Queentsa," ucap gadis cantik itu.
"Iya, iya sayang. Nah, cepetan solat. Bunda mau bangunin adek kamu juga," sahut Bunda Naila sambil tersenyum.
"Iya Bun. Ini masih proses pemantapan raga," tutur Queentsa seraya duduk bersila di atas tempat tidurnya.
"Kamu ini, ada-ada saja," timpal Bunda Naila lalu keluar dari kamar Queentsa.
Waktu telah menunjukkan pukul 06.15 saatnya Queentsa untuk berangkat sekolah. Di dalam kamar, terlihat sedang menata isi tasnya.
"Buku bimbel udah, kotak pensil udah, oke sudah siap semua." Queentsa pun hendak mengambil sepatu favoritnya yang ada di luar balkon kamarnya.
"Jegreekk" suara pintu kaca balkon. Queentsa pun hendak mengambil sepatunya. Namun, tiba-tiba...
"Astaga!!" Queentsa terkejut melihat sosok lelaki yang sedang berdiri di samping balkon kamarnya.
Dia adalah Erdo, siswa genius yang telah dibahas oleh Ibunda Queentsa pagi tadi. Erdogan Qois Multazam adalah tetangga Queentsa sekaligus teman kecil Queentsa sejak bayi. Orangtua Queentsa dan orangtua Erdo memiliki hubungan yang sangat baik. Bagaimana tidak, kedua keluarga telah bertetangga semenjak Queentsa dan Erdo belum lahir di dunia.
"Dia lagi, bikin kaget saja!" gumam Queentsa yang sering kali dibuat terkejut oleh kemunculan Erdo.
"Bisa nggak sih! kamu tuh nggak ngagetin orang !? Kan nggak lucu, tiba-tiba ada penampakan orang di situ," tutur Queentsa seraya menyapu rambut panjangnya yang terkena hembusan angin.
Mendengar ocehan Queentsa, Erdo hanya terdiam sejenak lalu kembali masuk ke kamarnya. Ia sengaja tak menggubris umpatan gadis itu.
"What ! dia pergi begitu saja?! Dasar manusia batu, cowok zombi! baru tahu ada manusia nggak punya hati," umpat Queentsa lalu keluar dari tempat itu.
BERSAMBUNG...
Semoga episode satu berhasil membuat Kakak reader tertarik dengan cerita ini Yah...
Mohon dukungannya dengan memberikan Like, komen & rate 5 nya Yah....Thank You..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Little Peony
Halooo Thor salam kenal dari Crushed by CEO dan Shadow Ya ✨✨✨
2021-07-30
1
Rini Sarmilah
good...👍👍 jangan lupa feedback..terima kasih🥰🥰🥰🙏🏼🙏🏼
2021-07-30
1
Titik pujiningdyah
like kak
2021-05-26
1