Erdo memang lah sosok lelaki remaja yang sangat cuek. Meski telah menjadi tetangga Queentsa bertahun-tahun, tak merubah kedekatan maupun sikap Erdo pada Queentsa.
Seperti yang diketahui, mereka berdua bagaikan tikus dan kucing yang selalu berdebat setiap kali bertemu, jadi tak ada kesan manis yang pernah mereka alami. Tapi siapa tahu, di balik sifat Erdo yang dingin, ternyata Erdo sempat menyimpan rasa suka dan nyaman di dekat seorang gadis, siapa lagi jika bukan tetangganya itu.
Queentsa memang remaja yang sangat cerewet. Lebih lagi, jika berseteru dengan Erdo. Mungkin itulah yang membuat Erdo terbiasa dan merasa nyaman dengan Queentsa. Akan tetapi, suatu hari tibalah dimana mereka berdua harus terpisah, ketika keluarga Erdo memutuskan untuk pindah ke Jepang karena urusan keluarga yang sangat mendesak.
Malam itu bulan terlihat sangat Indah. Erdo masih saja termenung di balkon kamarnya sambil sesekali memandangi bulan. Namun, kedatangan orang tua Erdo ke kamarnya membawa berita tak mengenakkan.
"Erdo, dengarkan Papa. Malam ini, kami mendapat kabar buruk dari kakekmu yang berada di Jepang. Beliau sedang sakit parah. Kita sebagai walinya harus segera berangkat ke Jepang untuk merawat beliau," tutur Papa Raffi.
"Jepang? malam ini, Pa?" sahut Erdo terkejut dengan keputusan itu.
"Papa baru saja mendapat kabar secara mendadak. Papa juga harus membatalkan beberapa jadwal operasi dan menyerahkan kepada dokter yang lain," tutur Papa Raffi.
"Nak, maafkan kami yang tiba-tiba harus memutuskan untuk membawa kalian pindah. Karena situasi di Jepang saat ini memang urgent. Sekarang kamu siap-siap, yah? satu jam lagi kita akan pergi ke bandara," terang Mama Mika dengan penuh penyesalan.
Malam itu pun keluarga Erdo meninggalkan Indonesia dan pindah ke negeri Sakura. Sebelum keluarga Erdo berangkat, mereka sempat berpamitan kepada keluarga Queentsa. Namun, Erdo tak bisa bertemu dengan Queentsa karena Queentsa dan Fawaz telah tertidur lelap. Hati dan pikiran Erdo pun masih kacau karena belum sempat berpamitan kepada Queentsa. Untungnya, Erdo sempat menitipkan sebuah surat yang khusus ia tulis untuk Queentsa dan juga beberapa buku yang sengaja Erdo berikan untuknya.
*******
Keesokan harinya, terlihat beberapa menu masakan telah berjajar rapi di atas meja makan. Queentsa dan Fawaz pun turun dari kamarnya dan bergabung dengan orangtua mereka yang telah siap di ruang makan lebih dulu.
"Selamat pagi, Ayah Bunda!!" seru Queentsa dan Fawaz.
"Selamat pagi," timpal orang tua Queentsa.
Pemandangan pagi itu sedikit aneh. Raut wajah Ayah Soni dan Bunda Naila terlihat sedih dan tak bersemangat. Mereka terlihat salah tingkah saat memandang wajah Queentsa. Queentsa pun penasaran dan mencoba bertanya kepada orang tuanya.
"Bunda, Ayah, ada apa? Kenapa Bunda sama Ayah terlihat sedih?" tanya Queentsa ingin tahu.
"Queen," panggil Bunda Naila dengan lembut sambil menyerahkan sepucuk surat untuknya.
"Ini, ada titipan untuk kamu," ucap Bunda Naila.
"Surat dari siapa, Bun?" tanya Queentsa lalu mengambil surat dari tangan sang Bunda.
"Erdo," jawab Bunda Naila dengan raut wajah sedih.
"Erdo? hemm, untuk apa dia mengirim surat segala? bukan tipikal Erdo banget," gumam Queentsa seraya membolak balikkan surat yang masih di dalam amplop putih itu.
"Queentsa, tadi malam keluarga Erdo pindah ke Jepang. Mereka mendadak harus meninggalkan Indonesia secepat mungkin karena ada keluarga mereka yang sedang sakit," jelas Ayah Soni.
"Apa?! ke Jepang? Ayah serius?!" tanya Queentsa terkejut mendengar berita itu.
"Iya, sayang. Karena tadi malam kalian sudah tidur, jadi Erdo dan Kania tak ingin mengganggu kalian berdua," ucap Bunda Naila sambil menatap kedua anaknya.
"Bun, seharusnya Bunda bangunin Queentsa, dong!" Mata Queentsa mulai berlinang air mata.
"Jadi, Kania pindah yah? Nggak ada yang gangguin Fawaz lagi deh!" cetus Fawaz yang sejak tadi menyimak percakapan sang kakak dengan orang tuanya.
Queentsa sangat terpukul mendengar berita bahwa Erdo telah pindah ke Jepang. Tak hanya itu, kabar mengenai kepindahan Erdo pun juga membuat semua murid di sekolah gempar.
Di hari yang sama dengan kepergian Erdo, banyak murid yang mendatangi kelas Queentsa untuk menanyakan langsung kepada Queentsa mengenai alasan mengapa Erdo mendadak pindah ke jepang. Hal itu membuat Queentsa bertambah sedih dan terpukul.
Queentsa pun memutuskan untuk bersembunyi di dalam toilet karena ingin menghindari beberapa pertanyaan dari para murid. Tangisannya pun mulai pecah saat ia membaca surat dari Erdo.
Isi surat Erdo...
Teruntuk Queentsa,
Queentsa, aku sengaja nulis surat ini, supaya aku tak terkesan hilang begitu saja. Aku hanya ingin bilang, kalau aku harus berangkat ke Jepang malam ini, karena sesuatu yang sangat mendesak.
Aku hanya ingin mengucapkan terimakasih, karena kamu telah menjadi teman sekaligus tetangga yang baik. Maaf, jika selama ini aku sering membuatmu merasa sebal. Aku hanya belum mengetahui, bagaimana seharusnya menyikapi seorang teman, apalagi teman perempuan.
Oleh karena itu, sekali lagi aku minta maaf.
Buku yang ku berikan, silahkan bisa kamu pelajari dengan baik, supaya kamu bisa lulus ujian dengan nilai yang bagus dan bisa masuk ke SMA yang kamu inginkan.
Semoga harimu selalu bahagia dan selalu menjadi Queentsa yang ceria.
Salam,
Erdo
Sepucuk surat itu membuat nafas Queentsa menjadi sesak. Ia menutup surat pada genggamannya dengan perlahan dan merengkukkan badannya. Queentsa tak tahu mengapa dirinya menjadi sesedih ini. Ia mulai merasakan betapa pentingnya sosok Erdo dalam hidupnya.
"Kenapa, kenapa kamu menulis kata-kata manis seperti ini saat kamu udah pergi? Dasar Erdo Brensek!!" teriak Queentsa yang membuat murid lain terkejut mendengar teriakannya.
Beberapa bulan pun telah berlalu. Hari-hari yang telah Queentsa jalani terasa aneh baginya. Queentsa kehilangan semangat untuk melakukan banyak hal. Akan tetapi, Queentsa mulai sedikit terbiasa dengan tidak adanya Erdo dalam kehidupannya. Jika Queentsa merindukan sosok Erdo, sesekali Queentsa pergi ke balkon kamarnya dan menatap ke arah balkon kamar Erdo yang terlihat mulai usang penuh debu.
"Queen," panggil Bunda Naila seraya masuk ke dalam kamar Queentsa tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.
"Iya, Bun." Queentsa menghampiri sang Bunda.
Terlihat Bunda Naila memberikan sebuah kardus berisi beberapa buku pelajaran.
"Ini, ada buku titipan dari Erdo. Dia berpesan agar Bunda memberikan buku ini sewaktu kamu akan menghadapi ujian akhir sekolah. Nah, karena ujian akan dilaksanakan seminggu lagi, jadi Bunda akan berikan kepadamu sekarang," tutur Bunda seraya memindahkan box kepada Queentsa.
"Terimakasih, Bun" sahut Queentsa.
"Ya sudah. Belajar yang giat yah..." pesan Bunda pada putrinya.
"Iya, Bun," jawab Queentsa dengan memberikan senyuman hangat.
Queentsa pun mulai menerima kotak berisi buku itu. Dengan adanya buku pemberian Erdo, Queentsa menjadi semangat dalam belajar.
* * *
Satu minggu kemudian, hari yang menegangkan bagi Queentsa pun telah tiba yaitu hari ujian nasional. Namun, berkat buku-buku yang Erdo berikan dan semangat Queentsa dalam belajar membuatnya merasa mudah dalam mengerjakan setiap soal. Hari-hari ujian pun terasa ringan bagi Queentsa. Ia merasa terbantu dengan buku-buku itu.
Waktu itu koridor sekolah terlihat sangat ramai. Para murid sengaja berkumpul untuk mengecek jawaban soal di dalam buku mereka masing-masing. Namun, di situasi yang cukup bising, terlihat Queentsa dan Sisi berjalan bersama dengan santai. Kemudian mereka pun berlari menuju taman untuk duduk santai.
"Leganya... hari ini adalah hari terakhir kita ujian!!" seru Sisi sambil memeluk tubuh Queentsa.
"Iya, setelah ini kita akan memasuki dunia putih abu-abu!" tambah Queentsa merasa sangat senang.
"Tapi Queen, kamu yakin kalau kita bakal lulus bareng?" timpal Sisi sambil menjepit kedua pipi Queentsa dengan gemas
"Tentulah!! kita pasti lulus!" Queentsa berseru keras. Ia yakin dengan usahanya selama ini.
"DUAAAARRRRR" suara petir menyambar keras mengejutkan Queentsa dan Sisi yang sedang duduk di bangku taman.
"Ya Tuhan! kaget aku! kayaknya mau hujan deh, Queen. Ayo masuk ke kelas aja!" ajak Sisi sontak berdiri.
Ditengah percakapan mereka berdua, tiba-tiba datanglah Bu Nindi yang mendapatkan kabar buruk mengenai orang tua Queentsa.
"Queentsa," panggil Bu Nindi dengan mimik yang penuh dengan simpati.
Saat itulah, dimana hati Queentsa hancur berkeping-keping. Hari terburuk dalam hidupnya pun telah di mulai.
***
Kenangan yang terbayang dalam benak Queentsa saat itu telah hilang ketika suara Sonia terdengar di telinganya.
"Queen!! Queen !! kamu kok ngelamun sih!!" seru Sonia membubarkan lamunan Queentsa yang sejak tadi menatap balkon tanpa tuan itu.
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Yukity
Mampir Thor..
Salam dari GADIS TIGA KARAKTER
2021-08-29
1
Little Peony
Like like like
2021-07-30
1
Titik pujiningdyah
like
2021-06-03
1