Masih di ruang makan, mendengar gurauan yang terdengar serius dari mulut Fawaz membuat Queentsa merasa geram. Ia menggenggam erat sendok dan garpu yang ada di tangannya seakan ingin segera mencubit pipi cubby sang Adik. Queentsa pun menatap tajam ke arah Fawaz membuat bundanya menghentikan pertikaian batin itu.
"Sudah-sudah..., Queentsa, Fawaz, besok pagi Bunda dan Ayah mau pergi ke luar kota, karena Ayah ada urusan mendadak. Jadi, Bunda harus dampingin Ayah. Nah, untuk sementara waktu kalian nginap di rumah Tante Mika dulu yah," terang Bunda Naila.
"Apa?! Bunda, kok gitu, sih! Queentsa nggak mau nginep di rumah Erdo!" seru Queentsa.
"Fawaz pun. Fawaz sama Kak Queentsa di rumah ini aja," sahut Fawaz yang telah benar-benar menyelesaikan makannya.
"Nggak bisa. Kalian harus ada yang ngawasin. Ayah juga sudah bilang ke Om Raffi bakal titip kalian selama dua hari," tutur Ayah Soni.
"Pokoknya, harus turutin kata Bunda, yah? Nah, sudah ayo Queen, tolong bantu Bunda beresin dong!" pinta Bunda Naila kepada putrinya. Wajah Queentsa dan Fawaz pun masih cemberut untuk menerima hal itu.
Keesokan harinya, terlihat Erdo sedang menemani Kania menonton TV di ruang keluarga lantai dua. Hari minggu, adalah hari yang sangat menyenangkan bagi pelajar mana pun untuk rehat dari aktifitas belajarnya.
"Kakak, ayo temenin Kania main game bentar!" ajak Kania kepada Kakak semata wayangnya itu.
"Game apa?" timpal Erdo.
"Gema masak-masak!" seru Kania seraya tersenyum semangat di hadapan Erdo.
"Yang lain. Kakak nggak suka," kata Erdo.
Ketika kakak beradik itu asik menentukan game apa yang akan mereka mainkan, tiba-tiba Mama Mika memanggil kedua anaknya untuk segera turun ke lantai satu.
"Erdo, Kania, ayo turun sini! Lihat nih, siapa yang datang!" seru Mama Miki menggandeng Queentsa dan Fawaz di tangan kanan dan kirinya.
Erdo dan Kania pun segera menyusul sumber suara itu. Mereka berdua terkejut melihat Queentsa dan Fawaz berbondong-bondong hendak menginap di rumah mereka.
"Fawaz!" teriak Kania sangat bahagia melihat teman kelasnya itu.
"Ah, Bunda. Kenapa harus nginap di sini, sih!" sahut Fawaz dalam hati.
Erdo hanya diam dan menatap Queentsa dengan pandangan dingin. Namun, pada dasarnya Erdo merasa senang jika Queentsa mau mengunjungi rumahnya.
"Erdo, Mama titip Queentsa sama Fawaz, yah? Mereka akan nginap di sini sampai Om Soni dan Tante Naila pulang dari luar kota. Mama, keburu telat nih. Mahasiswa Mama pasti pada nunggu," tutur Mama Mika.
"Iya, Ma." Erdo menyanggupi permintaan Mamanya.
"Nah, Queen nanti biar Erdo yang nunjukin kamar kalian berdua, yah. Ah, sementara Fawaz satu kamar sama Kak Erdo dan Kania satu kamar sama Kak Queentsa, yah? nggak papa kan sayang?" tanya Mama Mika kepada mereka semua.
"Iya, Tante." Queentsa terpaksa menerima apa pun keputusan dari tuan rumah.
Setelah meletakkan tas di kamar masing-masing, mereka semua duduk di ruang keluarga untuk memakan cemilan yang telah disiapkan oleh orang tua Erdo.
"Fawaz, nanti malam kita ngerjain PR bareng, yah?" kata Kania yang duduk di samping Fawaz.
"Aku mau belajar sama Kakakku. Kamu kan punya Kakak genius, kenapa kamu tidak minta ajari sama Kak Erdo?" tanya Fawaz menolak ajakkan Kania.
"Tapi, tetap saja aku ingin belajar sama kamu," tutur Kania memaksa Fawaz.
"Iya, boleh Kania. Nanti malam, kamu beleh belajar bersama kami," ucap Queentsa.
"Asik!!" seru Kania yang suaranya terdengar kencang di telinga Fawaz.
"Aduh! telingaku!" gumam Fawaz menatap wajah Kakaknya. Queentsa pun hanya tersenyum melihat tingkah ke dua anak SD itu.
"Kau, kau mau belajar bersama kami juga?" tanya Queentsa kepada Erdo.
"Apa aku harus ikut?" timpal Erdo.
"Oke, nggak perlu. Cukup kita bertiga saja," sahut Queentsa.
"Yeeaah...asik!" seru Kania lagi.
"Haaah, dasar!" gumam Erdo lalu meninggalkan ruang santai dan masuk ke dalam kamarnya.
Malam harinya, Mama Mika meminta Queentsa untuk mengantarkan makanan kepada Erdo yang sedang belajar dalam kamarnya.
Tok...Tok...Tok...
"Masuk.." sahut Erdo.
Queentsa pun membuka pintu kamar Erdo. Ia sangat terkejut melihat tatanan kamar yang sangat rapi. Puluhan buku yang ada di atas rak kamar membuat view kamar menjadi pemandangan klasik.
"Wah, keren!" gumam Queentsa karena kagum dengan kamar lelaki yang begitu rapi.
"Ada apa?" tanya Erdo.
"Oh, aku hanya ingin mengantarkan buah-buahan dari Tante," sahut Queentsa yang masih memandangi setiap sudut kamar Erdo.
"Gila! Semua buku ini, kamu udah pernah baca semua?" tanya Queentsa mendekati rak buku itu setelah meletakkan sepiring buah-buahan di atas meja belajar Erdo.
"Mmm," sahut Erdo lalu berdiri dari tempat duduk belajarnya.
"Pantesan dia genius! aku aja nggak kuat baca dua halaman buku sejarah," gumam Queentsa mulai merambatkan jarinya ke setiap buku yang tersusun rapi.
"Jangan sentuh buku-buku itu, jika kamu tak ingin membacanya!" seru Erdo membuat Queentsa mengehentikan jari-jarinya.
"Ehem, aku hanya sekilas takjub saja," sahut Queentsa.
Erdo pun memandang wajah Queentsa tanpa alasan. Hal itu membuat Queentsa merasa canggung.
"Ba-baiklah, lanjutkan belajarmu! aku ingin kembali ke kamar dulu," ucap Queentsa ingin melangkah pergi.
"Tunggu!" Erdo mengentikan langkah Queentsa. Ia pun mengambil beberapa buku dari rak bukunya dan memberikan buku-buku itu kepada Queentsa.
"Ambil ini dan pelajarilah! Buku ini sangat berguna untuk ujian akhir dan persiapanmu untuk masuk SMA nanti," tutur Erdo.
"Lalu, kamu sendiri?" timpal Queentsa setelah menerima buku-buku itu di tangannya.
"Aku sudah hampir hafal di setiap halamannya. Jadi, tak masalah jika buku itu menjadi milikmu," tutur Erdo lagi. Dia pun kembali duduk di meja belajarnya.
"Terimakasih," sahut Queentsa lalu perlahan keluar dari kamar Erdo.
"Apa-apa an dia? Hafal di setiap halamannya? Apa dia bercanda?" Queentsa mengomel di balik pintu Erdo.
Setelah kejadian satu hari dua malam itu, terlihat ada perubahan dalam hubungan pertemanan Erdo dan Queentsa. Mereka sering mengerjakan tugas bersama baik di rumah Erdo maupun di rumah Queentsa. Sampai ujian akhir sekolah pun hampir tiba.
* * *
Waktu menunjukkan pukul 22.00 WIB, saat itu Erdo belum bisa tidur. Ia sengaja berdiri di luar balkon kamarnya, berharap bisa mengobrol dengan Queentsa. Namun, bebepa menit ia berdiam diri di tempat itu alih-alih bisa melihat wajah Queensta, tiba-tiba kedua orang tua Erdo datang dan menyampaikan kabar buruk.
"Erdo, kamu belum tidur rupanya," sahut Mama Mika yang masuk bersama Papa Raffi.
"Ada apa Mama dan Papa masuk kamar Erdo malam-malam?" tanya Erdo merasa penasaran.
"Erdo, dengarkan Papa. Malam ini, kami mendapat kabar buruk dari kakekmu yang berada di Jepang. Beliau sedang sakit parah. Kita sebagai walinya harus segera berangkat ke Jepang untuk merawat beliau," tutur Papa Raffi.
BERSAMBUNG....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
coco
like mendarat
2021-05-04
1
Zulfa
Salken kak, JIKA mampir membawa like nih. Mari saling dukung kakak😍
2021-04-30
1
Rosenorchid
semangaaat
2021-04-23
1