Jam tiga pagi, aku sudah bangun tidur dan kini aku harus bersiap-siap untuk ambil wudhu' dan melaksanakan sholat tahajjud. Selesai sholat, aku menyempatkan waktu untuk membaca Al qur'an sampai nunggu adzan shubuh tiba. Setelah adzan shubuh berkumandang, barulah aku keluar kamar dan pergi ke musholla yang ada di lantai bawah. Di sana sudah ada abi dan umi yang menungguku.
Oh ya aku belum ngasih tau kalian di keluargaku setiap sholat shubuh, maghrib dan isya' kami wajib sholat berjamaah. Abi yang jadi imamnya dan aku serta umi yang jadi makmumnya. Berhubung aku anak tunggal jadi abi dan umi sangat sangat menjaga dan melindungiku, mereka sangat ketat dalam menjagaku bukan karena mereka ingin memanjakanku tapi karena mereka tidak ingin aku salah jalan.
Kalian tau sendirikan bahwa peran orang tua sangat menentukan baik-buruk serta utuh-tidaknya kepribadian anak. Untuk itu orang tua pasti akan dimintai pertanggung jawaban di hadapan Allah Azza wa Jalla kelak di akhirat tentang anak-anaknya.Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Tiada seorangpun yang dilahirkan kecuali dilahirkan pada fithrah (Islam)nya. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi. [HR. al-Bukhâri dan Muslim]
Hadits ini menunjukkan bahwa orang tua sangat menentukan shaleh-tidaknya anak. Sebab pada asalnya setiap anak berada pada fitrah Islam dan imannya; sampai kemudian datanglah pengaruh-pengaruh luar, termasuk benar-tidaknya orang tua mengelola mereka.
------------
Biasanya selesai sholat shubuh, aku langsung bantu umi untuk masak sedangkan abi nyapu halaman rumah. Kami bertiga selalu bergotong royong karena kami tidak punya pembantu jadi mau gak mau pekerjaaan rumah harus kami kerjakan secara bersama. Selesai masak, aku langsung mandi pakai seragam lalu mengambil tas sekolah yang buku bukunya sudah aku siapkan tadi malam. Setelah selesai semua, aku langsung pergi ke ruang tengah untuk sarapan pagi. Abi dan umi sudah duduk santai di kursi menunggu kedatanganku.
"Ayo cepetan sarapan, ini sudah siang nanti telat." ucap Maryani, Maryani adalah nama ibuku.
"Iya, umi." Jawabku yang langsung duduk di kursi kosong di dekat umi. Sebelum makan, kami selalu membaca doa terlebih dahulu baru setelah itu menyantap makanan dengan penuh rasa syukur karena bisa dikasih umur panjang dan bisa menikmati makanan selezat ini. Di luaran sana, banyak orang yang ingin makan tapi tidak punya makanan yang akan mereka makan, mereka harus menahan rasa perih dan rasa haus. Untuk itu, abi selalu mengajarkan untuk selalu bersyukur, apapun yang kita makan harus di syukuri walaupun hanya nasi sambel dan garam.
Selesai makan, abi akan mengantarkan aku sekolah. Abi tidak memperbolehkan aku berangkat dan pulang sekolah sendiri, sesibuk apapun abi. Beliau selalu berusaha untuk selalu ada waktu menjemput dan mengantarkanku. Jika abi gak bisa, kadang umi yang akan menjemputku. Biasanya setelah abi selesai mengantarkan aku, ia akan segera kembali ke rumah untuk menjemput umi.
Oh ya abi dan umi punya toko baju, mereka berjualan baju syar'i di salah satu pasar yang tidak jauh dari tempat kami tinggal. Tokonya tidak terlalu besar tapi juga tidak terlalu kecil. Keuntungan dari toko itu cukup untuk memenuhi kebutuhan kami bertiga dan untuk menabung serta membantu orang-orang yang kesusahan. Abi dan umi tidak mempekerjakan karyawan, cukup mereka berdua yang mengelola toko itu, kadang ketika pulang sekolah dan aku tidak mempunyai banyak tugas (PR), aku sering membantu umi dan abi di toko. Abi buka toko dari jam delapan pagi sampai jam lima sore. Abi memang tidak menutup toko itu sampai malam karena menurut abi, kita tidak boleh mengejar harta sampai lupa waktu. Abi juga butuh waktu buat bersenang-senang dan berkumpul dengan keluarga di rumah. Abi tidak ingin sibuk mencari harta sampai melupakan kewajibannya sebagai kepala rumah tangga
Aku sangat salut sama abi, dia benar-benar sangat bertanggung jawab. Abi sangat romantis, sejak aku lahir sampai sekarang belum pernah sekalipun aku mendengar abi berbicara dengan nada tinggi. Jikapun ada masalah, abi akan bicara dengan baik-baik, ia akan kasih tau di mana kesalahannya lalu menasehatinnya. Abi tak jarang sering meminta maaf kepada umi jika ia melakukan kesalahan sekecil apapun itu, begitupun dengan umi, ia tak pernah gengsi untuk minta maaf terlebih dahulu jika memang umi salah.
Keluargaku sangat harmonis mungkin karena setiap ada masalah kami selalu menyikapi semua itu dengan kepala dingin dan tidak membesar-besarkan masalah. Aku menganggap abi dan umi bukan hanya sekedar orang tua saja melainkan juga sahabat sehingga kami sangat akrab dan bisa bercerita apa saja. Aku sangat menyayangi dan mencinta mereka berdua. I LOVE YOU MY PARENTS
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 180 Episodes
Comments