Mona Lisa

Mona Lisa

Eps 1

Typo adalah jalan Ninjaku. Jadi mohon dimaklumi. Selamat membaca semoga betah.

_________________________________________

Hari masih gelap. Orang orang masih tertidur di atas tempat tidur masing masing. Akan tetapi, berbeda dengan para pelayan yang saat ini sedang berjalan bolak-balik. Itu sangatlah mengganggu.

Segerombolan pelayan berjalan kearah suatu kediaman. Setelah tiba, salah satu dari sekian banyak nya pelayan itu membuka pintu ruangan tanpa mengetuknya. Sementara yang lainnya hanya menunggu diluar tanpa berniat masuk. Lalu nampak lah seorang wanita cantik sedang tertidur diatas tempat tidur.

"Nona, hari sudah pagi. Waktunya bersiap." ucap pelayan itu. Sekali.

"Nona, hari sudah pagi" ucap pelayan itu lagi. Dua kali.

"Non-" ucapan pelayan itu terpotong.

Terdengar erangan rendah dari arah wanita itu. "Ini terlalu pagi Ana" balas wanita itu.

"Tapi hari ini adalah hari pernikahan nona dengan putra Perdana Menteri". balas pelayan itu, yang bernama Ana. Dia tetap keukeh membangunkan sang majikan. Ana adalah pelayan pribadi wanita itu.

"Baiklah. Baiklah. Aku akan bersiap" ucap wanita itu sambil menyenderkan punggungnya pada sandaran tempat tidur.

"Siapkan air mandi dan kebutuhanku" titah wanita itu. Dia adalah putri ketiga Jenderal Liu. Liu Feng. Nama gadis itu adalah Liu Meimei.

"Baik" ucap pelayan itu seraya menundukkan setengah badannya dan berjalan keluar. Setelah pelayan itu keluar, segerombolan yang lain mengikutinya lagi.

"Hah" Liu Meimei menghembuskan nafas kasar. "Hari ini adalah hari pernikahanku. Tak terasa waktu begitu cepat." ucapnya sambil bangkit berdiri dan berjalan ke arah jendela. Dibukanya jendela itu.

"Diluar masihlah gelap, tapi Ana terlalu perhatian" ucap Meimei tersenyum kecil.

Tok.. tok..

Pintu kamar Meimei diketuk.

"Masuk." ucapnya sambil berjalan menjauhi jendela.

"Nona, air mandinya sudah siap. Mandilah sebelum airnya kembali dingin" ucap Ana.

'Bukankah dia baru saja memanaskannya? Lalu apa dia pikir air akan dingin dengan kecepatan angin?' batin Meimei.

"Baiklah" ucap Meimei lalu berjalan ke kamar mandi. Dia mulai membuka helaian demi helaian hanfu yang ia kenakan. Setelah itu dia masuk ke dalam bak mandi dan berendam.

Sementara Ana dengan sigat menyuruh pelayan yang merias wajah pengantin masuk. "Atur semuanya, jangan sampai ada yang kurang" ucap Ana. Dia lalu berjalan ke arah tempat penyimpanan baju. Dia mengambil hanfu merah dari dalam sana.

Beberapa saat berlalu.

"Aku sudah selesai" ucap Meimei keluar dari kamar mandi sudah menggunakan jubah mandi.

"Segera dandani Nona sebaik mungkin" ucap Ana.

"Baik" ucap mereka lalu mengambil tugas masing masing.

Meimei lalu duduk di depan meja rias. Beberapa pelayan mendekatinya dan mulai menghiasinya.

'Pernikahan ini adalah pernikahanku, tapi aku sama sekali tidak bahagia. Apa yang harus kulakukan?' batin Meimei.

Diluar ruangan, matahari sudah memancarkan sinarnya beberapa saat yang lalu.

"Hari ini adalah hari pernikahan kakak ketiga dengan putra pertama Perdana Menteri. Mari kita beri kejutan kecil padanya" ucap gadis muda, bisa dibilang lebih muda dari Meimei. Dia adalah putri ke-empat Jenderal Liu. Liu Whusuang.

"Itu ide yang baik, adik. Mari kita ke kediaman adik ke-tiga" ucap wanita yang satunya. Dia putri ke-dua Jenderal Liu. Liu Yuna.

"Tidak perlu repot repot kakak. Kita akan memberikan hadiahnya nanti di acara pemberian hadiah" ucap Whusuang tersenyum manis. Tapi hanya orang bodoh yang tidak tahu arti senyum itu.

"Baiklah. Mari kembali ke kediaman, kita juga perlu bersiap bukan?" ucap Yuna.

"Baiklah" Ucap Whusuang mengiyakan pendapat kakaknya.

***

Waktu terus berjalan. Dua dupa sudah habis terbakar dan digantikan dengan dupa ketiga.

"Rombongan Menteri Xu sudah tiba" ucap seorang prajurit.

"Segera panggilkan Mei'er. Kita akan berangkat ke kuil segera" ucap Liu Feng.

"Ayah, ibu. Mei'er memberi salam". ucap Meimei setelah tiba di gerbang. Penampilannya sangat indah, mewah anggun secara bersamaan. Dia memakai tutup kepala warna merah seirama dengan hanfunya untuk menutupi wajahnya.

"Adik ke-tiga sungguh cantik" ucap Yuna.

"Iya kakak." ucap Whusuang.

"Lihat saja, setelah ini kau akan mendapatkan hadiahmu. Wanita jalang' batin Whusuang tersenyum manis.

"Mei'er kemarilah" ucap ibu Meimei.

Meimei mendekat kearah orangtuanya. Huang Yan An langsung memeluknya sambil terisak.

"Kau akan segera menikah. Berbaktilah kepada suamimu. Dan, datanglah sekali-sekali berkunjung kesini" ucap Yan An terisak.

"Mei'er pasti menuruti ibu." ucap Meimei.

Lalu Yan An melepaskan pelukannya dan menghapus air matanya.

"Masuklah ke tandu pengantin Mei'er. Kita akan segera berangkat ke kuil." ucap Huang Yan An.

"Baik ibunda" ucap Meimei sambil menundukkan kepalanya lalu masuk ketandu yang ada di depannya.

"Angkat tandunya dan segera berangkat" ucap Jenderal Liu sambil naik kekudanya.

Mereka lalu berangkat ke arah selatan sesuai dengan letak kuil. Perjalan berjalan mulus hingga beberapa saat.

"Berhenti. Serahkan barang-barang kalian" ucap pria berbaju hitam tiba tiba muncul dengan beberapa orang memegang golok besar.

"Siapa kalian" ucap Jenderal Liu bersikap waspada dan mengeluarkan pedang dari sarungnya.

"Banyak omong" ucap pria itu kemudian berlari maju membawa golok.

"Lindungi Tandu dan para wanita." ucap Jenderal sambil maju.

Peperangan tak ter-elakkan. Perompak itu terus menyerang dengan brutal kearah tandu.

"Apa aku harus keluar?" ucap Meimei pada Ana.

"Tidak perlu nona. Biar para prajurit yang akan menghadapi mereka. Nona tetaplah di dalam tandu." ucap Ana. Dia sebernya merasa kawatir, tapi mereka masih dalam perlindungan Jenderal, jadi tak perlu takut.

Sebagai seorang bawahan, Ana juga memiliki kemampuan bertarung yang lumayan hebat tapi tak bisa dibandingkan dengan Meimei.

Perompak terpukul mundur. Beberapa dari mereka tewas mengenaskan dan beberapa lagi kabur dengan luka-luka.

"Lanjutkan perjalanan" ucap Jenderal.

'Kejutan pertama baru dimulai kakak ketiga' batin Whusuang yang berada di barisan belakang.

Perjalanan kali ini berjalan mulus hingga kuil.

"Pengantin wanita telah tiba" ucap seorang prajurit kediaman perdana Menteri melapor.

"Nona, kita telah sampai" ucap Ana membantu Meimei turun dari tandu.

Setelah menapakkan kakinya di tanah, Meimei disambut dengan uluran tangan seorang pria.

"Mari" ucap pria itu tersenyum tipis. Dia adalah Xu Hanrong, pengantin pria Meimei.

Meimei menerima uluran tangan tersebut. Mereka berjalan beriringan ke arah aula pernikahan.

"Wah, putri ketiga jendral bukan hanya pandai bertarung tapi juga sangat cantik" ucap seorang pria.

"Tidak mungkin begitu, rumor mengatakan bahwa putri pertama jenderal Liang sangat jelek. Mungkin saja dibalik kain itu, wajahnya sangat jelek." ucap wanita disampingnya.

"Itu hanya rumor" ucap wanita yang lainnya.

"Terserah kalian saja" ucap wanita itu lagi.

Meimei dan Hanrong sudah sampai di aula nikah. Mereka lalu berdiri tegap menghadap kearah pendeta dan melepaskan genggaman tangan mereka.

"Apakah pernikahan sudah dapat dimulai?" tanya pendeta itu. Manatau salah satu dari mereka keberatan bukan?!.

"Sudah" ucap mereka serentak.

"Hormat kepada Langit". ucap pendeta.

Meimei dan Hanrong menundukkan badannya.

"Hormat kepada Orang Tua".

Meimei dan Hanrong berbalik. Mereka lalu membungkuk.

"Hormat kepada Pasangan"

Saat ingin membungkukkan badannya, sebuah panah melesat cepat kearah Meimei, tepat pada bagian jantung belakang.

'Sial' batin Meimei berusaha mencabut panah itu. tapi gagal karena tangannya tak dapat mencapainya.

"Penyusup" ucap para pengawal sambil berlari kearah panah berasal. Sementara para tamu sibuk melindungi dirinya masing masing. Dan keluarga pengantin berkumpul di sekitar pasangan yang belum sah.

"M-Mei'er..." ucap Huang Yan An. Matanya mulai berkaca kaca dan tak berapa lama akhirnya menangis terisak. Dia memeluk Meimei yang saat ini mulai terpejam. Telapak tangannya memegang erat kepala putrinya, menyakitkan kekuatan dan kehangatan.

"Panah ini dilumuri racun arsenik" ucap Ana setelah mencabut panah itu. "Dan,." ucapan Ana gantung.

"Dan apa!” bentak Yan An.

"Panah sudah mengenai jantung nona" ucap Ana lemah. Dia duduk terkulai lemas mengetahui fakta itu.

'Kenapa aku begitu ceroboh? Apakah ini akhir dari hidupku? Aku belum siap!' batin Meimei. Dia memerhatikan sekeliling, tiba tiba matanya tertuju pada Whusuang, samar ia lihat senyum bahagia terpantri dibibir merah gadis itu.

'Dia.. Dia adalah pelakunya' ingin mengucapkan itu, tapi suaranya tercekat. Pandangannya menggelap dan .,..

'Hadiahku sudah ditetima. Selamat menikmati kakak ketiga' batin Whusuang tersenyum senang.

"Penyusup tidak di temukan" ucap seorang prajurit.

"Sial!" umpat Jenderal.

"Tidak, buka matamu Mei'er" ucap Yan An. Pasalnya, Indra Meimei mulai menutup.

'Selamat tinggal kakak' batin Whusuang.

_____________________&___________________

Sampai jumpa di episode selanjutnya.

Jangan lupa like, coment and vote ya ges.

Bye... bye..

Terpopuler

Comments

Abizar zayra aLkiaana

Abizar zayra aLkiaana

masih nyimak

2023-02-20

0

Rahmadany

Rahmadany

horas

2021-08-03

1

Sang Dewi

Sang Dewi

Hai ka, Sang Dewi mampir.. saling dukung ya 🖐

2021-06-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!