Typo adalah jalan Ninjaku. Mohon dimaklumi. Selamat membaca semoga betah.
____________________&____________________
Ester menapaki tangga dengan kakinya yang pincang. Sangat memprihatinkan. Dia sudah berada di tengah tengah tangga dengan perjuangan yang sangat besar. Tiba-tiba lampu mati utama mati, hawa ruangan juga menjadi asing. Bulu kuduk Ester sudah berdiri, dia seketika melupakan kakinya yang sakit dan segera berlari naik. Dia meraba-raba pinggiran tangga. Nafasnya ter-engah engah. Dia berhenti berlari. Tiba tiba lampu menyala kembali. 'Sialan. Lampu kampret ini mempermainkan aku' batinnya. Kakinya kembali sakit dan nyeri.
'Akhh. Ini sangat sakit' batinnya berteriak merasakan rasa sakit yang teramat pada bagian kakinya. Dia melihat art berjalan ke arah dapur. "Bi Ina, tolong antar aku ke kamar" pinta Ester. Bi Ina terkejut dan hampir berteriak. Dia melihat Ester sudah ada di ¾ tangga atas. Dia mengangguk dan segera berlari ke atas. Cukup melelahkan di usianya yang tidak muda lagi.
"Mari non," ucap bi Ina memapah Ester ke kamarnya. Kamar atas ada 4.
1 kamar untuk ibu dan ayah mereka.
1 kamar untuk Agus.
1 kamar untuk Maria.
dan 1 untuk Ester.
kamar bawah ada 6 .
2 kamar untuk tamu, 1 kamar untuk Lisa, dan sisanya untuk para pekerja.
Ester cukup sulit berjalan. Tapi berkat bantuan bi Ina, itu lumayan mudah.
"Sudah sampai non" ucap bi Ina. Dia membuka pintu dan memapah Ester ke ranjang dan membantunya berbaring.
"Saya pamit non" ucapnya lagi lalu keluar meninggalkan Ester.
"Makasih ya Bi" ucap Ester. Dan diangguki bi Ina.
Ester lalu menarik selimut dan tertidur.
****
......Hari sudah pagi.......
Sekarang pukul 7.12
Lisa berjalan kearah dapur karena keluarganya sudah berkumpul untuk makan. Dia lalu duduk di sebelah Agus. Makanan sudah tersedia di depan mata, tinggal menunggu disantap saja.
"Maaf membuat kalian menunggu" ucap Lisa canggung.
"Cepatlah duduk. Aku sudah lapar." ucap Ester sewot.
"Makan. Jangan ada yang ribut" ucap ibu tak mau dibantah. Mereka lalu makan dengan damai.
Sesaat berlalu.
"Ayah, aku ikut bekerja. Tunggu sebentar! Aku akan mengganti pakaian ku.” ucap Lisa lalu berlari kearah kamarnya.
"Ti-" ucapan ayah terpotong.
"Tak ada penolakan ayah" ucap Lisa masuk ke kamarnya. Cukup singkat. 6 menit waktu mengganti bajunya ke pakaian formal kantoran.
"Mari" ucap lisa lalu mengandeng ayahnya. Dia menyalimi tangan ibunya.
"Baiklah. Baiklah" ucap ayah mengalah.
Ayahnya memang cukup memanjakan anak-anaknya. Tapi dia sangat memanjakan Lisa membuat kedua kakak perempuannya iri. Sementara Agus tidak mempermasalahkan hal itu.
Mereka semua pergi dan tinggallah Ester dan ibu di rumah. "Ibu, bisa temani aku kerumah sakit untuk kontrol kesehatan?” ucap Ester lalu menggandeng tangan ibu.
"Baiklah. Ayo kita berangkat” ucap ibu.
***
Di mobil, semuanya diam. Hanya suara kendaraan yang terdengar. Membuat suasana menjadi canggung.
"Ayah, aku nanti ikut bekerja ya?" pinta Lisa memecah keheningan.
"Tidak. kau cukup duduk saja" ucap ayah tegas.
"Benar kata ayah. Kau cukup duduk saja. Jangan sentuh pekerjaan kantor" tambah Agus. Lisa hanya bisa menghela nafas pasrah. Dia mengalihkan netranya pada Maria. Sejak kejadian semalam, Maria selalu menatap penuh dendam pada Lisa. Begitu juga saat ini.
"Apa liat-liat! Mau berantam?" bentak Maria. Lisa menggeleng.
"Hei! Berhentilah bertengkar! Kita sudah sampai!" ucap Agus.
Mereka lalu turun. Kaki Lisa sudah cukup membaik setidaknya untuk berjalan. Mereka berjalan beriringan kearah pintu masuk. Karyawan menundukkan badan mereka menyambut bos mereka yang datang.
"Lihatlah, si jalang tidak tahu diri sudah datang". ucap seorang wanita.
"Iya. Kenapa si jalang itu tidak mati saja"
"Lihatlah, pak Agus sangat tampan"
"Iya, dia sangat tampan"
Mereka bergosip ria setelah bos mereka sudah ada beberapa langkah di depan.
Maria tersenyum sinis ke arah Lisa. Dan Lisa hanya cuek, tak menggubris gosipan mereka.
"Berhenti bergosip atau kalian di pecat!" bentak Agus tegas. Semuanya kembali bungkam. Jika Agus sudah berteriak pagi pagi, maka sampai siang moodnya tidak akan kembali bagus.
"Ayo kuantar keruangan mu" ucap Agus lalu membawa Lisa ke lift khusus sementara ayah dan Maria menaiki lift umum.
Agus menekan tombol angka lalu pintu lift itu tertutup. 'Wah, benda ini sangat istimewa. Lihatlah, hanya di tekan saja pintunya sudah tertutup. Apalagi jika dipukul? Apa yang akan terjadi?' batin Lisa.
Ting...
Bunyi itu mengejutkan Lisa. Dia melangkah ke belakang.
"Apa kau terkejut?" tanya Agus. Lisa hanya menggeleng.
Pintu terbuka. "Ayo keluar." ucap Agus lagi.
Mereka keluar dan berjalan ke arah kanan sesuai letak ruangan para atasan. Posisi Lisa dii perusahaan itu cukup penting.
Ayah--------> Direktur
Agus--------> CEO.
Lisa---------> Wakil CEO.
Maria-------> Sekretaris.
Pintu di buka oleh Lisa.
"Kakak, aku sudah sampai. Silahkan," ucap Lisa lalu mengarahkan tangannya ke arah samping.
"Hmm. Ingat jangan sampai menyentuh berkas" ucap Agus lalu pergi.
Belum juga lama Lisa duduk tenang, ada saja yang mengganggunya.
"Woi. Lu udah sehat ya! Sekarang kerjain tugas gue" ucap wanita itu lalu melemparkan map ke arah Lisa. Pakaian yang sangat ketat, bagian dada yang terbuka dan tidak punya sopan santun.
"Lancang" ucap Lisa sembari menangkap map itu. "Dimana sopan santunmu" ucap Lisa melempar balik map itu dan tepat mengenai wajah wanita itu.
"Akhh. Dasar jalang" ucap wanita itu lalu mendekat ke meja. Dia menarik kerah baju Lisa.
"Lepaskan," ucap Lisa dingin
"Kau sudah membantah ya sekarang." ucap wanita itu ingin menampar Lisa. Lisa segera menahan tangan itu sebelum mengenai wajahnya.
"Aku adalah atasanmu. Bersikaplah sopan" ucap Lisa menahan amarah yang mulai melonjak.
"Heh. Kau hanyalah sampah" ucap wanita itu lagi sambil berusaha melepaskan tangannya tapi tak bisa.
Plak.. Plak..
2 tamparan mengenai wajah wanita itu.
"Ingatlah sopan santun" ucap Lisa lagi.
"K-Kau.. Bagaimana bisa wanita lemah sepertimu menamparku" ucap Yuna marah. Ya, wanita itu adalah Yuna. orang yang selama ini memanfaatkan kelemahan Lisa yang dulu. Tapi tidak dengan sekarang.
Yuna mendekat kearah Lisa sambil memegang wajahnya yang memerah.
Dia ingin menarik rambut Lisa tapi, ...
Buk.. Akh..
Lisa langsung menendang perut Yuna tak tanggung tanggung. Emosinya sudah meningkat. Biarpun fisiknya saat ini lemah, tapi tenaga dalamnya masih bagus. Dia berjalan ke arah Yuna dan menarik rambut wanita itu, membuat dia menengadah ke atas.
"Ingatlah sopan santun!" ucap Lisa lalu menampar Yuna.
"Jangan karna aku terlihat lemah, kau jadi semena mena" ucap Lisa lalu menampar Yuna lagi.
"Segera keluar dan jangan kembali lagi" ucap Lisa melepaskan rambut Yuna. Yuna langsung berlari, wajah nya lebam. Bibirnya robek dan mengeluarkan darah akibat tamparan Lisa. Rambutnya acak-acakan dan mungkin sudah ada yang rontok.
"Wanita sialan. Jika kau kembali lagi, maka aku akan menghabisimu" ucap Lisa. Ia kembali duduk.
****
Setelah Yuna keluar, dia segera berlari ke arah lift. Di tekannya berkali kali tombol itu dengan tergesa gesa.
Lift terbuka, Yuna segera keluar dan berlari kearah jalan raya.Orang orang melihatnya dengan tatapan aneh. Lalu Dia memberhentikan taksi dan menyuruhnya jalan. Taksi berjalan dan berhenti di sebuah bangunan mewah. Yuna keluar setelah membayar.
Yuna berlari kedalam dan menuju lift. Tak mengindahkan tatapan menjijikkan orang orang. Lift terbuka dan dia berlari kembali. Sudah berapa kali dia berlari hari ini?. Lalu ia masuk ke ruangan yang bertuliskan CEO.
"Dady, lihatlah. Lisa menamparku hingga begini. Dia menendang, menjambakku juga" ucap Yuna setelah masuk dan mengadu pada pria muda yang sedang sibuk.
"Jangan ngadi-ngadi deh. Dia baru sembuh, tak mungkin bisa memukulmu" ucap Pria itu. Dia adalah Arif. Sugar Dady dari Yuna.
"Dady, lihatlah ini" ucap Yuna mendekat.
Arif cukup terkejut. Wajahnya mulai merah padam. Dia mengusap lembut wajah Yuna. Lalu tangannya beralih pada telepon kantor yang ada di samping nya.
"Bawa kotak P3K ke ruangan suara sekarang!" titahnya. Dia mematikan panggilan itu secara sepihak.
"Tenang saja. Aku akan membalasnya" ucap Arif.
Tok.. Tok..
"Masuk" ucap Arif.
Seorang wanita muda masuk. Dia menggunakan pakaian formal yang sopan, tidak seperti Yuna.
"Obati Yuna" ucap Arif. Wanita itu hanya menurut saja.
"Halo". Arif menelepon seseorang.
"...."
"Tangkap dan bawa dia ke markas" ucap Arif.
"..."
Panggilan selesai.
"Sudah pak. Saya permisi" ucap wanita itu membereskan kotak P3K nya dan berjalan keluar.
"Dia akan mati sayang" ucap Arif. Yuna hanya mengangguk saja.
*****
Pukul 17.30
Lisa berjalan keluar dari gedung pencakar langit. Dia tidak bersama kedua kakak dan ayahnya karena mereka sedang lembur.
Lisa berjalan kearah jalan raya berniat menggunakan taksi untuk pulang, tetapi semua yang ia hentikan ternyata sudah penuh. Untuk menghilangkan rasa bosan, dia berjalan ke sebelah kantor. Terdapat taman yang sepi. Ia lalu berjalan kearah bangku yang tersedia dan duduk. Lisa mengeluarkan ponselnya dan menekan-nekan nya. Dia bosan lalu mengembalikan benda pipih itu pada tas nya.
Tiba-Tiba pandangannya menggelap karena ada benda asing memukul tengkuk lehernya dengan begitu tidak berperasaan nya, perlahan semua yang ia lihat menggelap. Matanya menutup seiring bergantinya detik.
Bersambung..
Jangan lupa, kritik dan saran nya 🙂 See you next eps
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
auliasiamatir
sumpah keren .., tapi aku of duku tthor tar habis solatcmgrib aku lanjut.
2021-05-23
0
Awalshole
next read Thor 👍
2021-05-16
0
Salwa29
grrrr kesel sendiri aku bacanya
2021-05-15
1