Typo adalah jalan Ninjaku. Jadi mohon dimaklumi. Selamat membaca, semoga betah.
___________________&_____________________
Byurrrr..... Aahhhh.
Suara air yang tumpah diikuti oleh suara teriakan yang memekakkan telinga.
"Apa yang kau lakukan! Dasar jalang. Ahhh mataku" ucap Ester. Ya, yang terkena siram air panas itu adalah Ester. Rasain lu.
"Sial! Kau sudah berani ya sekarang?!!" ucap Maria. Bukannya menolong adiknya yang kesakitan, dia malah menjambak rambut Lisa. Tak mau kalah, Lisa menarik rambut Maria sangat kencang. Jangan lupa, dia adalah ahli beladiri di zamannya jadi otomatis tenaganya lebih kuat dari Maria.
'Sial! Sejak kapan tenaga jalang ini begitu kuat!” batin Maria merasa heran.
"Kakak, mataku perih.." ucap Ester. Dia berjalan kearah meja dengan mata tertutup berniat mengambil air dingin. Tapi gelasnya minder sama dia, jadi gelasnya pecah. 'Sial!' batin Ester menyentuh kakinya yang terkena pecahan kaca.
Bergeser ke pertarungan yang lebih seru.
"Lepaskan rambutku, dasar jalang" teriak Maria marah.
"Heh. Kau yang memulai kenapa bukan kau yang mengakhiri" ucap Lisa. Sebenarnya kepalanya cukup sakit, tapi itu tidak sesakit yang dirasakan Maria.
'Sial! Jika seperti ini, kepalaku bisa botak' batin Maria. Maria mengerahkan seluruh tenaganya untuk menarik rambut Lisa. Lisa pun begitu.
"Lepaskanlah, rambutmu sudah banyak yang rontok" ucap Lisa.
"Kau saja yang duluan!" ucap Maria. Egonya tinggi amat ya oy.
"Ada apa ini!" teriak ayah, dia datang entah darimana. "Kenapa kalian bertengkar. Maria, jauhkan tanganmu dari Lisa" ucap ayah sambil berjalan kearah Lisa. Dia berusaha melerai mereka, tapi zonk. Bukannya melerai, dia malah terjatuh karena terkena dorongan Maria dan Lisa.
Agus datang membawa seember air lalu menyiramkannya kearah Lisa dan Maria.
Eh tapi malah salah sasaran. Yang kena air hanya ayah dan Maria, Lisa tidak.
"Apa yang kau lakukan!" ucap Maria segera melepaskan tangannya dari rambut Lisa. Kepalanya sudah sakit, ditambah bajunya basah. Lengkap sudah penderitaannya malam ini.
Lisa memegang kepalanya yang sakit. Lalu memberikan 2 jempol pada Agus.
"Sudah cukup! Jangan bertengkar lagi." ucap ayah mendekat ke arah Lisa dan mendudukkannya di kursi. "Sakit?" tanya ayah sembari mengelus lembut kepala Lisa.
'Ya jelaslah sakit! Tangannya sangat kasar!' batin Lisa sambil mengangguk mengiyakan perkataan ayahnya.
"Ayah" ucap Ester mulai menangis. "Lisa menyirami aku dengan air panas. Dia juga melemparkan gelas padaku" ucap Ester di sela sela tangisnya. Penampilannya sangat menyedihkan. Matanya tertutup tapi masih bisa menangis, kakinya berdarah dan dia duduk disekitar pecahan kaca.
"Hah? Sejak kapan aku melemparmu dengan gelas kaca? Aku saja sedang bertengkar dengan Maria." ucap Lisa. "Lagipula jika aku tidak membalikkan gelas itu, maka aku akan melepuh." sambungnya.
"Pembohong. Kau sengaja melakukannya. Dan juga kau melempar gelas padaku" ucap Ester teriak.
"Iya ayah. Lisa yang memulainya duluan. Lihatlah, rambutku sudah rontok" ucap Maria sambil menyisir rambutnya dengan jarinya.
"Diam! Biar kuperiksa cctv. Kita lihat siapa yang salah" ucap Agus. Ester dan Maria saat ini sedang merutuki kebodohan mereka. Bagaimana mereka lupa bahwa rumah mereka dilengkapi cctv? Sial!
'cctv? Benda apa lagi itu?' batin Lisa bertanya-tanya. Netranya memperhatikan sekeliling, ‘Seperti apa bentuk CCTV itu ?’ ucapnya dalam hati.
Agus pergi. Beberapa saat kemudian dia datang membawa laptop.
"Mari kita lihat! Siapa yang salah, siapa yang benar!" ucap Agus. Tangannya beralih pada keyboard dan berkata "Ini Vidio beberapa saat yang lalu" ucapnya sembari mengarahkan laptopnya pada ayah. Maria dan Ester semakin gugup, sementara Lisa tersenyum penuh kemenangan saat menyaksikan Vidio yang sedang diputar.
"Kalian kelewatan! Sudah tahu Lisa sakit, kalian malah mencelakainya" ucap ayah. "Semua aset yang ayah berikan ditarik" sambungnya lagi.
"Tidak ayah! Maafkan kami! Kami khilaf" ucap Ester seraya berlutut di kaki ayahnya, air matanya kembali mengalir sedikit-demi sedikit.
'Heh! Giliran di hukum bilangnya khilaf!' batin Lisa mendengus pelan.
"Tidak! Dialah yang salah! Aku tak mau tau. Dia yang harus dihukum!" teriak Maria.
"Diamlah! Antarkan Lisa ke kamarnya" ucap ayah pada Agus. "Dan panggilkan dokter untuk mengobati Ester" sambungnya lalu pergi.
'Pria ini kurang tegas mendidik anak anaknya' batin Lisa.
Agus merogoh sakunya dan mengambil ponsel.
"Halo"
"..."
"Datanglah segera kerumah"
"...."
panggilan selesai.
"Kau sudah puas?! Dasar jalang!" ucap Maria berusaha mendekati Lisa. "Menjauh! Atau aku akan memukulmu!" ucap Agus. Tapi tak diindahkan oleh Maria. Dia tetap saja mendekat ke arah Lisa. Agus langsung bertindak. Dia mendorong Maria hingga jatuh kelantai.
"Kakak!" teriak Ester. Dia mau mendekat, tapi kakinya masih sakit.
"Kau! Lihat saja pembalasanku!" ucap Maria berusaha berdiri, jari telunjuk kanannya ia arahkan ke wajah Lisa. Bokongnya terasa sakit dan tak membiarkan dia berdiri.
"Diam!" ucap Agus, lalu menggendong Lisa menuju kamarnya. "Tidurlah. Kunci kamarmu supaya mereka tak masuk" ucap Agus. Lisa mengangguk dan segera Agus keluar.
"Mereka pasti ada hubungannya dengan kecelakaan Lisa. Perlakuan mereka juga tidak layak" ucap Lisa berbicara dengan dirinya sendiri.
****
Di ruang tamu, Maria dan Ester sudah duduk di sofa dibantu oleh art rumah tangga. Pintu diketuk dengan tidak sabaran dan Art segera membukakan pintu. Masuklah seorang pria tampan menggunakan pakaian putih dan menenteng kotak P3K.
"Siapa yang sakit" ucapnya dingin.
"Nona Maria dan nona Ester, tuan" ucap art itu sambil mempersilahkan dokter itu masuk.
"Hei! Lihatlah dokter Jansen datang" ucap Maria sambil memberikan tatapan memuja pada Jansen. Dia kagum pada ciptaan Tuhan yang satu ini. 'Dia sangat tampan' batin Maria. Sementara Ester hanya bisa mendengarkan saja karna matanya tak bisa dibuka.
'Wanita ini sangat aneh. Centil sekali' batin pria itu merasa terganggu.
"Biar kuperiksa" ucap Jansen. Dia adalah pria itu. Dia jongkok dan memeriksa kaki Ester. "Lukanya tidak terlalu dalam" lalu dia membersihkannya dengan tisu basah dan membalutnya dengan perban.
Dia beralih pada mata Ester yang terpejam. "Apakah matamu juga terluka?" ucapnya dan diangguki oleh Ester. Jansen mengambil senter kecil dari kotak P3K. Dia menyalakannya dan mengarahkannya pada mata Ester. Dia menyentuh mata Ester dan berusaha membukanya.
'Sial! Sakit sekali.' batin Ester. Dia tetap berusaha membuka matanya. 'Silau' batinnya ketika netranya sudah terbuka. Berbeda dengan Maria, dia tidak terlalu memuja Jansen setelah melihatnya, malah dia heran. ‘Apanya yang tampan ?’ batin Ester bertanya-tanya.
"Penglihatan mu mengalami masalah. Tapi tidak terlalu berat. Apa ini terkena air panas?" ucapnya dan diangguki oleh Ester. "Besok datanglah ke rumah sakit untuk kontrol lebih lanjut" sambungnya. "Untuk sementara pakailah obat ini" ucap Jansen sambil menyerahkan botol kecil. Ester hanya mengangguk sembari menerima botol mini itu.
'Sial! Ester mendapat perlakuan yang sangat baik! Aku juga harus beraksi' batin Maria.
"Dok, jika sudah selesai memeriksa adik saya... Tolong periksa luka saya" ucap Maria mengedipkan sebelah matanya.
'Ada apa dengan kakak? Apa matanya juga sakit?' batin Ester.
Jansen bergedik jijik. 'Wanita ini sangat agresif' batinnya.
"Apa matamu juga sakit?" tanya Jansen.
'Kenapa dia tidak peka!' batin Maria berteriak.
"Tidak. Hatiku lah yang sakit" ucap Maria sembari menyentuh dadanya.
'Gila' batin Jansen.
'Ada apa dengan kakak? Apa karna Lisa menjambak nya terlalu keras, dia menjadi sedikit gila?' batin Ester.
"Baiklah jika tidak ada lagi. Saya permisi" ucap Jansen tidak mengindahkan ucapan Maria. Dia merapikan kotak P3K nya.
'Bajingan ini! Lihat saja aku akan mendapatkanmu!' batin Maria.
"Dok, bisa saya minta nomor WhatsApp nya?" tanya Maria menyerahkan ponselnya pada Jansen.
"Tidak" ucap Jansen dingin. Dia segera berjalan keluar rumah.
'Bangsat! Dia berani menolakku? Awas saja!' batin Maria. Bukannya malu, dia malah marah.
"Kakak. kamu kenapa?" ucap Ester khawatir. Dia menyentuh kening Maria tapi langsung di tepis oleh Maria.
"Diamlah!" ucap Maria lalu berdiri dan berjalan pincang ke arah tangga.
Ester hanya mengedikkan bahunya acuh. Dia memanggil art untuk membantunya tapi tak ada jawaban. Tak mau pusing, dia berjalan kearah tangga. Sakit. hanya itu yang mendefinisikan perasaannya saat ini. Satu demi satu anak tangga di naikin nya. Hingga sampai pada pertengahan tangga.
Tiba.. Tiba...
...Apa yang terjadi? Ikuti kisah selanjutnya....
BERSAMBUNG.....
____________________&____________________
Jangan lupa tinggalkan like, komen, dan bunga nya ya.
Dan ya, kritik dan sarannya selalu terbuka.
Sekian ^_^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Bella
seru thor ceritanya
2021-07-02
0
auliasiamatir
kayanya Agus juga suka sama Lisa,... apa jangan jangan mereka bukan saudara kandung ...
masih penasaran aku Thor .
2021-05-23
0
Manami Slyterin
seru juga 😚
2021-05-03
3