Bab 11. Pertanyaan

Setelah kembali dari Sleman, Hanin memutuskan untuk pindah tempat kost, karena kebetulan ada satu kamar yang baru dikosongkan di sebelah kamar Nadeen.

“Ternyata di sini lebih nyaman tempatnya,” ucap Hanin seraya berbaring sambil mengangkat telapak tangannya. Dia masih belum bosan menatap cincin berlian yang tersemat di jari manisnya. Bibirnya pun tak bisa berhenti untuk tersenyum, sambil memiringkan wajahnya ke kiri dan ke kanan.  Apa ini reaksi orang yang tengah kasmaran?

“Aahh, senangnya jadi calon istri kapten pilot, bisa keliling dunia kapan saja.” 

“Kamu salah. Bukannya jadi istri pilot itu harus siap ditinggal? Aku malah takut kalau dia kepincut pramugari cantik di dalam pesawatnya.”

“Jangan dong! Aku yakin, Mas Hafidz-mu itu orang yang sangat setia.”

“Aamiin ….” ucap Hanin lalu menoleh ke arah Nadeen. Tiba-tiba dia teringat Ammar. Sejauh mana hubungannya dengan Ammar.

“Nad, gimana kamu sama Pak Ammar?” 

“Gimana apanya maksudmu, Nin?” jawab Nadeen seraya menghindari tatapan mata Hanin. 

Aku dengar dari pihak keluarganya, jika Pak Ammar pun akan segera menikah setelah Kakaknya menikah terlebih dahulu. Itu artinya setelah Mas Hafizd menikahiku, maka  Pak Ammar akan melamar gadis pilihannya.

Nadeen segera memutarkan kepalanya karena penasaran.

“Menikah?” tanya Nadeen sambil membulatkan matanya dengan sempurna.

“Kamu penasaran, Nad?”

“Ohh, tidak,” jawabnya sambil meluruskan kembali pandangannya untuk menyembunyikan wajahnya yang penuh tanya. “Apa selama ini, dia sudah memiliki calon istri?”

“Bisa jadi, kalau gadis pilihannya itu ternyata kamu, Nad.”

Nadeen menepiskan senyuman sambil memalingkan wajahnya yang memerah.

“Bercanda kamu.”

“Laki-laki seperti dia mungkin akan memperistri wanita seperti kamu, Nin. Orang tuanya tidak akan memilih wanita sembarang,” lanjutnya sambil menghadap Hanin.

“Tapi menurutku, kalian sangat cocok. Aku senang karena akhirnya kita akan menjadi lebih dekat, jika Pak Ammar memilihmu.”

“Menikah adalah satu peristiwa yang sudah pasti ada dalam rencana setiap orang yang belum mengalaminya, termasuk aku dan juga Pak Ammar. Namun, kapan, di mana, siapa, dan seperti apa jalannya kita tidak tahu ya, Nin.” 

Setelah cukup lama mereka berbincang di kamar Nadeen, Hanin kembali ke kamarnya yang bersebelahan itu.

Tiba-tiba ponsel Nadeen bergetar di atas meja belajarnya.

[Assalamualaikum, ukhty, apa saya mengganggu …?]

[Waalaikum salam, baru saja menemani calon kakak ipar Pak Ammar, tapi dia baru saja kembali ke kamarnya …,] balas Nadeen dengan cepat.

Apa yang dia inginkan? Kenapa masih menghubungiku? Aku benar-benar takut dengan perasaan ini.

[Benarkah? Dia benar-benar pindah ke tempatmu?  Baguslah, Ukhty....]

Nadeen merasakan jika belakangan ini sikap Ammar tidak begitu kaku lagi seperti sebelumnya. Meskipun hanya dalam bentuk teks pesan singkat, bahasanya kali ini mulai terasa akrab. Namun, untuk apa dia bersikap seperti ini?

[Apakah aku boleh menelponmu sekarang?]  pinta Ammar dalam pesan singkat.

Sontak, Nadeen membulatkan matanya. ‘Apa Pak Ammar tidak salah mengetik pesan?’ batin Nadeen sambil membaca pesan berulang-ulang. ‘Atau aku yang salah membaca pesan ini? Tidak mungkin dia memperdengarkan suaranya pada seorang wanita meski hanya dalam telepon.’

Terus terang, Nadeen sangat takut. Karena suara Ammar yang merdu seperti mantra yang bisa menggoyahkan imannya.  Dia masih berpikir, akan tetapi nada dering telepon berbunyi tiba-tiba ketika Nadeen belum sempat membalas pesan Ammar.

‘Dia benar-benar meneleponku.’ Dengan gugup, Nadeen mengangkat telepon itu.

“Assalamualaikum, Nadeen.” Ammar berhenti sejenak. Baru kali ini Ammar menyapa dengan menyebut nama Nadeen. 

“W-waalaikum … salam,” jawabnya terbata. Andai saja Ammar bisa melihat tingkah dan wajah Nadeen saat ini. Betapa merah dan terasa panas.

“Saya boleh memanggil namamu, Nadeen?”

“T-tentu, Pak.” Lidah Nadeen tiba-tiba terasa kelu.

“Maaf, seharian ini jari-jari saya sudah bekerja sangat keras sehingga saya tidak bisa menggunakannya untuk mengetik pesan.”

“Oh ….” Nadeen hanya bisa menjawab dengan bahasa yang sangat singkat dari pada nanti terdengar gugup.

“Jadi, mungkin saya akan lebih sering melakukan panggilan telepon dibanding mengetik pesan singkat saat ini,” lanjut Ammar.

“Baik.”

“Nadeen, berapa usiamu sekarang?” tanya Ammar kemudian.

“Dua puluh dua tahun, Pak. Kenapa memangnya?” 

“Saya salut dengan semangat belajarmu.” Ammar menghela napasnya sesaat. “Pernahkah kamu merasa bosan atau berpikir untuk berhenti di tengah-tengah proses hijrahmu?”

“Saya tidak pernah merasa bosan, dan semoga kata 'bosan' tidak pernah datang apalagi sampai membuat saya ingin berhenti di tengah jalan.”

“Dalam perjalanan hijrah terkadang kita akan mengalami kesulitan, kesedihan, atau bahkan kekecewaan. Apakah tekadmu akan tetap sama?”

“InsyaAllah saya ingin tetap pada pendirian saya, bahkan ketika Allah sedang memberi ujian terberat dalam hidup yang saya jalani ini.”

“Jawabanmu bagus. Saya merasa tertantang untuk menanyakan beberapa hal, maukah kamu menjawabnya?”

“Pertanyaan …? Jangan membuat saya takut, Pak. Saya jadi gemetar, loh, ini.” Nadeen terkekeh.

“Hahaha ….” Tawa Ammar terdengar sangat renyah. “Saya hanya ingin bertanya, bukan ingin membunuhmu. Saya yakin, kamu pasti bisa menjawab dengan tepat karena kamu sudah belajar dengan baik selama ini.”

“Masih banyak yang harus saya pelajari, Pak. Karena ternyata semakin digali, maka ilmu semakin dalam dan tidak ada habisnya.”

“Memang begitulah, bahkan pepatah mengatakan jika kita gunakan air laut sebagai tinta untuk menuliskan ilmu yang ada di langit dan di bumi ini, itu tidak akan pernah cukup.

“Oh ... tapi tenang saja, saya hanya akan menanyakan satu pertanyaan dalam sehari.”

“Satu hari satu pertanyaan?”

“Iya, besok malam saya akan kembali meneleponmu untuk pertanyaan yang pertama. Bersiaplah!”

Nadeen tampak mengerutkan wajahnya setelah panggilan telepon dari Ammar berakhir.

 

 

Terpopuler

Comments

hapus akun

hapus akun

satu hari satu pertanyaan hmmm semacam test ini layak tak nadeen jd pendamping ammar kira" begitu cara ammar mengetes nya 🤔🤔🤔

2021-06-03

0

Nur Yuliastuti

Nur Yuliastuti

😍😍😍

2021-04-26

0

@Ani Nur Meilan

@Ani Nur Meilan

makin penasaran... 🤔🤔🤔🤔🤔🤔😱😱😱😱

2021-04-22

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!