Bab 3. Taklim⁷

Di hari keberuntungannya, Nadeen berjalan di belakang Ammar ketika hendak menuju ke kampus. Ia yang tengah bersemangat belajar ilmu agama, tiba-tiba memberanikan dirinya untuk menyapa. Sang dosen yang juga memiliki gelar M.Ag ini, memang memiliki kapasitas menjadi tempat konsultasi para mahasiswa di kampus, bukan hanya Nadeen.

“Pak Ammar!” seru Nadeen dengan nada suaranya yang nyaring. "Assalamualaikum."

Ammar berhenti sesaat tanpa menoleh. Namun, ia sudah bisa menebak dari suaranya. 

“Waalaikumsalam. Iya, Ukhty?” jawabnya.

“Saya … ingin memperdalam ilmu agama. Pak Ammar bisa bantu saya?” ucapnya malu-malu.

Ammar terdiam beberapa saat lalu membalikkan badannya sambil menunduk.

“Alhamdulillah.”Ekspresinya menunjukkan seakan ia tak peduli bahkan tidak tertarik.

“Jadi gimana? Pak Ammar bisa bantu saya?” Nadeen sedikit tidak sabar mendengar jawaban Ammar.

“Saran saya, luruskan dulu niatmu supaya bisa beristikamah⁶. Semoga niat baikmu ini dimudahkan jalannya oleh Allah.”

“InsyaAllah, niat saya sudah bulat.”Mata Nadeen semakin berbinar hingga semangatnya terlihat jelas di wajah cantiknya.

“Niatkan karena Allah semata. Setelah itu, Ukhty bisa datang pada budeku. Belajarlah padanya!” 

Ammar menatap jam di pergelangan tangannya. “Saya mohon maaf tidak bisa berlama-lama, ada jadwal kelas pagi,” pungkasnya ketika mengakhiri obrolan lalu pergi dari hadapan Nadeen.

Nadeen belum beranjak dari tempat berdiri saat ini masih memandangi punggung Ammar yang berjalan terburu-buru dari hadapannya. Ia merasa bingung dengan jawaban sang dosen yang diucapkannya beberapa saat yang lalu.

Kenapa begitu? Aku pikir dia akan mengajariku karena dia dosen. Ternyata malah menyuruhku untuk menemui budenya.

Dan sikapnya selalu formal untuk ukuran seorang dosen terhadap seorang mahasiswa sepertiku.

Namun, karena Nadeen sudah membulatkan niat untuk belajar, tak ada salahnya jika dia datang menemui budenya Ammar yang belum diketahui oleh Nadeen di mana rumahnya.

Sore hari sepulang dari kampus, Nadeen lewat di depan masjid, lalu singgah untuk salat ashar sebelum tiba di tempat kost. Ada majlis taklim⁷ yang biasa mengadakan kajian setiap sore. Tak sengaja telinga Nadeen menangkap beberapa penggalan ceramah yang dibawakan seorang wanita paruh baya. Suaranya memang tidak terlalu lantang, tapi artikulasinya sangat jelas dan tutur katanya sangat mengutamakan sopan santun.

“Jalan hijrah memang tak mudah. Namun, jadikan Allah satu-satunya alasan untuk tidak menyerah ....”

Meskipun sayup-sayup, tetapi isinya terdengar sangat menyentuh dan cukup membuat Nadeen penasaran. Kalimat itu bisa Nadeen ingat ketika tekadnya mulai goyah karena benar yang dikatakan Ammar bahwa hijrah dan Istikamah itu tidak mudah.

Di kesempatan yang lain, diam-diam Nadeen masuk kedalam kumpulan Ibu-ibu. Seraya tersenyum ia coba membelah barisan supaya bisa duduk di jajaran paling depan. Maklum, di belakang sangat riuh dengan suara anak-anak. Sehingga isi ceramah tidak bisa ia tangkap dengan benar. Bahkan Nadeen melupakan rasa malunya sesaat demi melakukan pendekatan pada sang ustazah supaya bisa bertanya banyak hal padanya.

Pengajian sore telah usai, Nadeen duduk sebentar sambil menunggu azan magrib yang tinggal beberapa menit lagi. Tak perlu menunggu lama, azan pun berkumandang dengan sangat merdu dari Indra pengecap seorang pria. Saat itu juga, jemaah berdatangan. 

Bagian terpisah dari masjid ini yang ditutup dan dibatasi oleh tabir pemisah, akhirnya menjadi penuh dengan para wanita yang sama-sama ingin menjalankan ibadah salat magrib. Terlihat jemaah saling merapikan barisan shaf⁸ saat iqamat⁹ dibacakan pelan. Nadeen hanya mengikuti gerakan-gerakan mereka tanpa tahu apa maksudnya, dan suara merdu itu pun kembali terdengar sayup-sayup ketika sang imam memimpin salat magrib berjamaah. 

Setelah selesai salat dan melipat kembali mukenanya, Nadeen baru menyadari bahwa tepat di depannya adalah seorang ustazah yang biasa menyampaikan ceramah di pengajian rutin setiap sore. 

Sengaja Nadeen tidak beranjak dulu karena ingin menunggu sampai ustazah selesai dengan wiridnya. Sampai akhirnya Nadeen duduk di sebelahnya. Tak lupa ia menunjukkan sikap takzim¹⁰ sebelum bertutur kata. 

“Assalamualaikum, Ustazah,” sapa Nadeen seraya mencium punggung tangannya. Disambut seulas senyum dari sang Ustazah saat menjawab salam, membuat mahasiswi calon penyandang gelar sarjana komputer (S.kom) ini semakin bersemangat.

“Jika diizinkan, Nadeen ingin pulang bersama Ustazah. Boleh?”

“Tentu saja Nadeen.” Ustazah yang memiliki nama lengkap Astuti Anggraeni ini kembali tersenyum. “Tapi ingat, jangan sematkan lagi embel-embel itu padaku. Panggil 'ibu' saja,” tegasnya. Karena ke-tawadhu¹¹-annya membuat Bu Astuti tidak nyaman dengan panggilan Ustazah.

“Senang sekali bisa berkenalan dengan Ibu. Nadeen sangat menantikan saat-saat seperti ini. Duduk bersama dengan seorang guru yang sangat Nadeen kagumi.” 

“Kata-katamu sangat berlebihan, Nad. Sebenarnya, kapan pun kamu bisa datang ke rumah Ibu, untuk sekedar duduk menikmati secangkir teh,” ucap Bu Astuti yang sudah siap untuk pulang.

Akhirnya Nadeen mendapat tawaran yang sangat ia tunggu. “Apa tidak mengganggu jika Nadeen datang ke rumah Ibu, nanti?”

“Ibu tunggu kapan pun kamu ada waktu.”

“Ayo, ngobrolnya sambil jalan saja, suami ibu mungkin sudah menunggu di luar,” ajak Astuti sambil bangkit dari duduknya.

“Ibu tidak keberatan 'kan jika nanti Nadeen banyak tanya sama Ibu?” Nadeen turut bangun, tatapannya tidak lepas dari wanita paruh baya yang baru dikenalnya itu.

“Tentu saja tidak. Bertanya itu kan hak setiap orang, meskipun ibu tidak yakin akan bisa menjawabnya.” Menggelengkan kepalanya pelan.

“Nadeen gak tahu lagi harus berkata apa, Ibu ini terlalu merendah.”

Bu Astuti pun tersenyum kecil menanggapi ucapan gadis itu sambil mengusap lembut pundak Nadeen.

“Jujur, ibu salut sama kamu, karena begitu bersemangat. Mengingat ... betapa wajibnya kita untuk selalu menuntut ilmu terutama ilmu agama.”

 

▬▬▬▬▬▬▬•◇✿✿◇•▬▬▬▬▬▬▬

Dalam sabda Rasulullah SAW sebagai berikut,

Artinya : "Barang siapa menempuh satu jalan (cara) untuk mendapatkan ilmu, maka

Allah pasti mudahkan baginya jalan menuju surga." (HR. Muslim)

▬▬▬▬▬▬▬•◇✿✿◇•▬▬▬▬▬▬▬

 

▬▬▬▬▬▬▬•◇✿✿◇•▬▬▬▬▬▬▬

Diriwayatkan Turmudzi

Artinya : "Barang siapa yang keluar untuk mencari ilmu, maka ia berada di jalan Allah hingga ia pulang"

▬▬▬▬▬▬▬•◇✿✿◇•▬▬▬▬▬▬▬

 

▬▬▬▬▬▬▬•◇✿✿◇•▬▬▬▬▬▬▬

Diriwayatkan At-Tabrani,

Artinya :"Belajarlah kalian ilmu untuk ketentraman dan ketenangan serta rendah hatilah pada orang yang kamu belajar darinya."

▬▬▬▬▬▬▬•◇✿✿◇•▬▬▬▬▬▬▬

 

▬▬▬▬▬▬▬•◇✿✿◇•▬▬▬▬▬▬▬

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

Artinya : "Jika seorang manusia mati, maka terputuslah darinya semua amalnya kecuali dari tiga hal; dari sedekah jariyah atau ilmu yang diambil manfaatnya atau anak shalih yang mendoakannya." (HR. Muslim no. 1631)

▬▬▬▬▬▬▬•◇✿✿◇•▬▬▬▬▬▬▬

 

__________

⁶Istikamah atau istiqamah dalam terminologi Islam adalah hal berpendirian kuat atau teguh pendirian. Dalam Islam, istikamah secara spesifik adalah sebuah komitmen dan konsisten dalam tauhid, ibadah, dan akhlak.

⁷Taklim \= Kegiatan pengajaran ilmu agama dari seseorang kepada sekumpulan khayalak pada suatu tempat tertentu 

⁸Shaf \= Barisan kaum muslimin dalam shalat berjamaah.

⁹Ikamah, kamat, atau iqamat \= Panggilan atau seruan segera berdiri untuk salat.

¹⁰Takzim \= Amat hormat dan sopan.

¹¹Tawadhu \= Rendah hati, tidak sombong.

Terpopuler

Comments

Azqiara

Azqiara

Aku ninggalin jejak di sini ya kak. Salam kenal kak mbuna.

2023-05-24

0

hapus akun

hapus akun

alhamdulillah ya Allah tambah ilmu lagi trimakasih mbu

2021-06-02

3

Galeri UmmuSheenaz

Galeri UmmuSheenaz

hadirr lagi 🤩🤩

2021-05-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!