Bab 4. Hamasah¹²

Satu pertanyaan terlontar dari bibir polos Nadeen ketika dia melihat Bu Astuti yang menatap jauh ke sana mencari keberadaan suaminya. Karena area laki-laki dan perempuan memang terbentang sangat jauh dari ujung ke ujung.

“Kenapa, ya, Bu, di setiap masjid, selalu ada pembatas untuk jemaah laki-laki dan perempuan, kenapa harus dibatasi?”

Bu Astuti tersenyum sambil menatap.

“Karena memang laki-laki dan perempuan bukan mahram tidak diperkenankan untuk bercampur baur. Bukan hanya dalam kehidupan sehari-hari tapi saat menjalankan ibadah salat di masjid pun sama.”

“Begitu, ya, Bu?” 

 

...▬▬▬▬▬▬▬•◇✿✿◇•▬▬▬▬▬▬▬...

Rasulullah pernah bersabda, “Janganlah salah seorang di antara kalian berdua-duaan dengan perempuan kecuali ada mahram yang menyertainya.” (HR. Bukhari no. 5233 dari Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma)

Beliau juga bersabda tentang shaf yang terbaik bagi kaum lelaki dan kaum wanita di dalam salat, “Sebaik-baik shaf bagi kaum lelaki adalah yang terdepan dan shaf terjelek bagi mereka adalah yang paling belakang. Sedangkan sebaik-baik shaf bagi perempuan adalah yang paling belakang dan yang terjelek adalah yang terdepan.” (HR. Muslim)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam begitu menjaga hubungan antara lelaki dan perempuan, sampai dalam hal barisan salat mereka pun diusahakan saling berjauhan. Dan demikianlah yang dipahami oleh para Sahabat wanita rodhiallahu ‘anhunna di masa Nabi yaitu tidak diperbolehkan terjadinya berdesak-desakan atau campur baur lelaki dan perempuan. 

Hal ini sebagaimana dikisahkan oleh Ummu Salamah rodhiallahu ‘anha. Beliau mengatakan, “Dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila telah selesai mengucapkan salam maka para wanita pun berdiri seketika sesudah selesai membaca salam.

Adapun Nabi tetap diam dalam posisinya selama beberapa saat sebelum berdiri.” (HR. Bukhari no. 870). 

Ummu Salamah mengatakan, “Menurut kami, wallahu a’lam, beliau melakukan hal itu adalah dalam rangka agar kaum wanita segera beranjak pergi sebelum ada lelaki yang berpapasan dengan mereka.” (lihat Nashihati lin Nisaa’, hal. 119). 

...▬▬▬▬▬▬•◇✿✿◇•▬▬▬▬▬▬...

 

“Nah, jika ketika salat saja campur baur itu tidak boleh, apalagi di luar salat, tentunya lebih terlarang! Begitu kesimpulannya. Tapi, maaf, loh, ibu tidak sedang menggurui siapa pun, ibu hanya menyampaikan apa yang ibu pelajari selama ini.”

Nadeen tersenyum sambil menganggukkan kepalanya pelan. “Sampaikan saja semuanya, Bu. Biar Nadeen tahu apa yang harus Nadeen perbaiki nanti. Jujur saja, ilmu agama Nadeen benar-benar Nol. Nadeen butuh bimbingan Ibu.”

Sambil menunggu sang suami, Bu Astuti mengajak Nadeen berjalan pelan. Hingga tiba di persimpangan jalan yang memisahkan mereka. 

Hari yang menyenangkan untuk Nadeen karena dia seperti mendapatkan orang tua baru di perantauan.

“Bu, Nadeen akan telepon Ibu terlebih dahulu  sebelum datang untuk bertandang. Dan Ibu jangan heran, karena Nadeen ini orangnya sangat memalukan,” selorohnya.

“Baik,” jawab Bu Astuti sambil tersenyum. “Ibu mau lihat. Di antara kita berdua, siapa yang lebih memalukan.”

Mereka berdua terkekeh, lalu Nadeen mempersilakan Astuti supaya meninggalkannya terlebih dahulu.“Silakan Ibu duluan.”

“Kamu saja duluan, ibu tunggu suami ibu di belakang.”

“Atau ... Ibu mau mampir dulu ke tempat kost-ku yang berantakan?” tawarnya basa basi.

“Lain kali saja, Sayang. Ini sudah malam,” tolaknya dengan sopan.

Nadeen pun melangkah di jalan yang lurus menuju ke tempat kost-nya. Sementara Bu Astuti berhenti sebentar dan menoleh ke belakang sebelum belok ke arah rumahnya, dilambaikanlah tangannya pada dua orang laki-laki yang sedari tadi berjalan di belakangnya. Bu Astuti beserta suaminya dan juga Ammar, berjalan sama-sama menuju pulang ke rumahnya.

Setiap pulang dari masjid, Bu Astuti memang selalu beriringan dengan suami dan juga Ammar, hanya saja kali ini kebetulan ada Nadeen yang membersamai perjalanannya, maka Ammar dan suami Bu Astuti sengaja berjalan sejauh beberapa meter di belakang.

Nadeen belum mengetahui sama sekali, bahkan tidak mengira bahwa Bu Astuti adalah bude yang pernah disebut oleh Ammar tempo hari.

“Mar, apakah dia gadis yang kamu maksud?” tanya Bu Astuti yang tengah berjalan di sampingnya.

Ammar mengangguk sambil membalas tatapan sang bude yang penasaran.

“Sepertinya dia memiliki semangat yang besar untuk belajar.”

“Ya ... semoga saja semangatnya itu tidak padam di tengah jalan, Bude,” sahut Ammar.

***

Beberapa hari kemudian, disela waktu luangnya, Nadeen sempatkan bertamu seperti janjinya. Jarak rumahnya yang dekat, cukup memudahkan Nadeen untuk datang kapan pun.

“Assalamualaikum ….” Nadeen mengucap salam seraya mengetuk pintu rumah Bu Astuti. Sambil memastikan nomor rumah yang menempel di samping pintu, sesekali ia melihat ke kanan dan ke kiri, khawatir jika sang Sahibulbait¹³ sedang ada ihwal¹⁴ di luar rumah.

Tak lama, Bu Astuti membukakan pintu. Dia begitu menyambut dan segera mempersilakan Nadeen untuk masuk dan duduk di ruang tamu.

“Ternyata kamu benar-benar datang, Nad. Ibu kira sudah berubah pikiran,” ucapnya saat kembali dari dapur dengan membawa secangkir teh hangat.

“Nadeen kan gak mungkin melewatkan kesempatan yang sudah jelas di depan mata, Bu. Nadeen ini orangnya aji mumpung, loh, Bu. Kapan lagi bisa dapat teh hangat gratis seperti ini.” Kelakarnya sambil meraih cangkir teh yang diletakkan Bu Astuti di atas meja.

“Nadeen, Nadeen ....” Bu Astuti tersenyum sambil menggelengkan kepala. Dia mulai berpikir kalau Nadeen ini gadis polos yang menyenangkan. Selalu bicara dan bertingkah apa adanya.

 

__________

¹²Hamasah \= Semangat 

( merujuk pada semangat Nadeen untukbelajar)

¹³Sahibulbait \= Tuan rumah

¹⁴Ihwal \= Urusan

Terpopuler

Comments

Nur Yuliastuti

Nur Yuliastuti

😍😍😍😍❤️

2021-04-26

0

Pandan Wangi

Pandan Wangi

Ada kosa kata yg baru yg aku pahami.. Alhamdulillah tambah lagi ilmu baru nya🙏🙏😘

2021-04-24

0

@Ani Nur Meilan

@Ani Nur Meilan

aq.. semakin semangaaattt baca karna ada ilmu didalamnya... 😍😍😍😍😍makasih.. Mbu'na 👍👍👍👍🙏🙏🙏🙏🙏

2021-04-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!