Takdirku Di Tangan Seorang Psychopat.
Awal Kehidupanku~
Tepat pukul 10.30 Malam aku pulang dengan kondisi badan ku yang lemas, rasanya saat ini badanku sangat remuk. Dari pagi sampai tengah malam ku usahakan semampu tenagaku untuk pergi kuliah dan bekerja, tidak ada sedikit pun waktu untuk aku istirahat. Namun, aku hanya bisa pasrah melewati semua ini.
Sesampainya di perkarangan rumah kosanku ku buka knop pintu yang berwarna coklat itu. Saat aku masuk tidak ada seorang pun disini.
Krukkkk...Krukkk
Suara perut ku berbunyi meminta untuk di kasih makan, Ku berjalan ke arah meja makan dan ku buka tutup saji itu. Saat aku buka tidak ada makanan sedikitpun di atas meja hanya ada ikan yang sudah tinggal tulangnya saja, aku hanya membuang nafas pasrah dan menutupnya kembali.
Ku ambil air putih dan kutuangkan ke dalam gelas dan.
Glekk...Glekk...Glekk
Ku minum air putih yang ada di tanganku sampai habis, karna merasa lapar aku mengambil air putih itu dan ku minum lagi hingga beberapa gelas sampai habis. Tanpa aku sadari saat aku sedang minum air mata ku lolos begitu saja.
Ku suruput lagi hingga habis minuman yang ada di tanganku, Ahkkk rasanya tengorokan ku tidak kering lagi. dan lumayan perutku tidak begitu lapar seperti tadi. Hanya dengan meminum beberapa gelas saja sudah cukup membuatku kenyang.
Setelah merasa kenyang dengan meminum beberapa gelas, Aku pergi ke kamar dan merehatkan pikiran dan tubuhku. Ku baringkan tubuhku di atas kasur yang tidak terlalu besar hanya cukup untuk satu orang saja. Aku menatap langit-langit kamar tidak ada suara sedikit pun hanya ada suara jam dingding saja. Perlahan kedua mataku terpejam, namun belum beberapa detik kedua mata ku terbuka saat tiba-tiba ada suara pecahan piring dari luar kamar.
PRANKKKK
Aku bangkit dari tempat tidurku dan bergegas keluar kamar untuk melihat apa yang terjadi?.
"Ayah?." Lirih
PRANKĶ
Ayah Adnan melempar semua barang ke tembok dan juga ke lantai, Aku melihat banyak pecahan beling yang berserakan di lantai. Ku coba mendekati ayah secara perlahan.
"Ayah, Apa yang ayah lakukan?." Tanyaku
"Arrgghh." Teriaķnya lagi sambil terus-terusan melempar barang ke dingding.
"Ayah udah cukup hiks jangan lakukan itu lagi hiks aku mohon." Ucapku sambiĺ memeluk ayah dari belakang berniat agar ayah tidak melakukannya lagi.
Namun, caraku tidak mempan ku pikir ayah akan luluh saat aku menangis memeluknya dan memohon, tapi ternyata dugaanku salah. Ayah malah mendorong ku kasar hingga terpental ke tembok.
BUUKKK..
Badan ku yang awalnya remuķ, setelah di dorong ayah rasanya semakin remuk. Tanpa aku sadari darah segar mengalir di keningku, namun aku tidak peduli, Aku menghampiri ayah yang sedang meminum air botol Wine, ku ambil botol itu kasar dari tangan ayah dan ku lemparkan botol itu ke lantai.
PRANKK...
"AYAH CUKUP!! JANGAN TERUS-TERUSAN MINUM, SETIAP HARI AYAH SELALU MABUK SETIAP PULANG AYAH SELALU MELEMPAR BARANG-BARANG RUMAH BAHKAN AYAH BERLAKU KASAR KE ANAK AYAH SENDIRI. APA AYAH TIDAK PERNAH BERPIKIR GIMANA PERASAAN ARA SETIAP HARI MELIHAT AYAH SEPERTI INI?."
Tangisku pecah di hadapan Ayah, Namun bukanya kasihan terhadapaku Ayah malah melayangkan tangannya ke wajahku kasar sehingga aku terpental ke lantai.
PLAAKKK
Satu tamparan mendarat di pipiku, Aku merasakan panas di area pipiku ku pegang pipiku dengan tanganku dan ku coba tahan air mataku agar tidak terus-terusan keluar.
"BERANI SEKALI KAMU HAHK" Bentaknya dengan tangan yang mejimbak dan menarik rambutku kasar.
"Arggh ayah sakit hiks tolong lepasin." tangisku memberontak untuk di lepaskan.
"BERANI SEKALI KAMU MELEMPAR BOTOL AYAH HAHKK." Bentaknya lagi
Kali ini aku berhasil menyingkirkan tangan ayah yang dari tadi menyimbak rambutku kasar.
"APAH BOTOL ITU LEBIH PENTING DARI PADA ANAK AYAH SENDIRI, SAMPAI-SAMPAI AYAH BERBUAT KASAR KE ANAK AYAH SENDIRI." Teriaku.
Terlihat dari wajah ayah, kalau ayah sedang menahan emosinya, wajahnya yang merah padam dan juga kedua matanya yang merah.
Lagi-lagi ayah ingin melayangkan pukulannya ke arahku namun aksinya terhenti saat ku beranikan membuka suara.
"APA? MAU TAMPAR ARA LAGI? AYOK TAMPAR ARA SAMPAI AYAH PUAS, KALAU BISA SAMPAI MATI SEKALIPUN." Teriaku.
Mendengar ucapan Aku, Ayah menarik tangannya dan pergi keluar meningalkanku sendiri. Tangisku pecah, Ku bereskan pecahan-pecahan botol dan piring yang berserekan di lantai. Tiba-tiba aku teringat Ibu kalau saja ibu masih ada mungkin saat ini Ayah tidak akan seperti ini.
Sebenarnya aku kasian sama ayah, karna ayah seperti ini karena Ayah Depresi di tinggal Ibu, Ibu meninggal karna di bunuh oleh seseorang, Ibu di bunuh di hadapan ayah itulah yang membuat ayah depresi sampai sekarang.
Setelah beres membersihkan pecahan-pecahan itu, Aku membereskan pakaian ku ke koper. Aku pergi meningalkan rumah dan Ayah, sebenarnya aku tidak ingin meningalkan ayah sendirian di rumah tapi aku juga tidak mau setiap hari melihat ayah mabuk, dan menyiksaku.
"Ayah maafkan ara, Semoga dengan ayah sendiri ayah akan lebih baik lagi." Ucapku dalam hati.
Aku simpan Uang sisa tambungan ku di atas meja dan beranjak pergi meningalkan semua kenangan bersama ayah di rumah ini.
*
Hari ini sudah larut malam sedangkan aku masih di luar untuk mencari tempat untuk berteduh, Ku susuri jalan yang sepi tak ada orang sama sekali disini hanya ada hembusan angin malam.
Di sepanjang jalan sesekali aku menangis memikirkan nasib ayah setelah aku pergi. Tapi aku harus gimana lagi, Aku gak mau terus-terusan jadi bahan ayah untuk obsesi mabuknya itu.
Langkah demi langkah telah ku lalui sampai sebuah teriakan menghentikan langkahku.
"Suara apa itu?." gumam
Ku langkahkan kaki menuju sumber suara itu.
"Ehk ngapain juga aku liat, lagian suaranya udah ilang. Sekarang udah larut malam tapi aku belum juga mendapatkan tempat tinggal, sebaiknya aku harus cepat-cepat cari kostsan." Gumam
Ara melangkahkan kakinya pergi, namun lagi-lagi suara teriakan itu menghentikan langkah Ara. Teriakan kali ini bukan teriakan yang di dengar ara tadi, melainkan teriakan ini teriakan pertolongan.
Ara yang penasaran melangkahkan kakinya untuk melihat ke sumber suara. Suara itu menuntun Ara ke gang kecil, langkah demi langkah ku lalui dan suara itu kini semakin kencang di telingaku.
Kini dapat ku dengar dengan jelas suara itu, Suara itu berasal dari sebuah Gedung yang sudah lama terbengkalang.
GLEKKK
Aku menelan saliva susah payah, Aku ingin sekali pergi dari sini tapi disisi lain aku mendengar orang yang meminta pertolongan. Ku beranikan melihat apa yang ada di dalam gedung itu. Perlahan-lahan aku melangkahkan kakiku hingga sampai di pintu gedung itu, Kini suara itu semakin jelas bahwa memang di gedung ini ada yang meminta bantuan. Ku keluarkan semua keberanianku dan masuk ke dalam untuk melihat siapa yang meminta bantuan itu.
Kini aku sudah ada di dalam gedung. Namun suara itu sudah menghilang, Aku berpikir bahwa aku hanya berhalusinasi dan berniat ingin pergi, namun saat ingin pergi aku melihat sebuah bayangan orang yang sedang memegang pisau.
Deg...deg...deg
Jantung ku berdetak dengan kencang. Ku beranikan melihat arah bayangan itu, Aku melihat ada 2 orang disana, dan lagi-lagi jantungku berdeguk kencang saat kala melihat seorang pria yang kepalanya sudah terlepas dari tubuhnya.
"Astaga, Apa yang aku lihat sekarang." Batin Ara dengan mulut yang ia tutupi dengan kedua tangannya.
"A_aku harus pergi sekarang." Sambung ara dan berbalik berniat pergi.
Tapi, Sial Ara menginjak sesuatu yang menghasilkan suara. Ara hanya mengigit bibirnya dan berbatin "Mampus lu Ara"
Ara memberanikan memutar badannya untuk berbalik melihat orang yang ada di sebrang sana, namun nihil saat Ara berbalik tidak ada, hanya ada pria yng kepalanya yang sudah terlepas. Ara menarik nafas lega.
"Huhhh...Sepertinya dia sudah pergi." Gumam Ara dan berbalik.
Ouh Shittt saat ara berbalik Ara melihat pria yang ia lihat tadi sudah ada di depannya saat ini.
... ❤...
Ara
Ferdy (Ayah Ara)
TERIMA KASIH SUDAH MAMPIR KE NOVEL KU 😊
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK YAH SEPERTI LIKE, KOMEN, FOLLOW , AND VOTE MAKASIH😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Khaanza
👍👍👍
2023-04-19
0
Fitri Fitri yani Abdul
semangat Thor 🥰
2023-04-07
0