Awal Kehidupanku~
Tepat pukul 10.30 Malam aku pulang dengan kondisi badan ku yang lemas, rasanya saat ini badanku sangat remuk. Dari pagi sampai tengah malam ku usahakan semampu tenagaku untuk pergi kuliah dan bekerja, tidak ada sedikit pun waktu untuk aku istirahat. Namun, aku hanya bisa pasrah melewati semua ini.
Sesampainya di perkarangan rumah kosanku ku buka knop pintu yang berwarna coklat itu. Saat aku masuk tidak ada seorang pun disini.
Krukkkk...Krukkk
Suara perut ku berbunyi meminta untuk di kasih makan, Ku berjalan ke arah meja makan dan ku buka tutup saji itu. Saat aku buka tidak ada makanan sedikitpun di atas meja hanya ada ikan yang sudah tinggal tulangnya saja, aku hanya membuang nafas pasrah dan menutupnya kembali.
Ku ambil air putih dan kutuangkan ke dalam gelas dan.
Glekk...Glekk...Glekk
Ku minum air putih yang ada di tanganku sampai habis, karna merasa lapar aku mengambil air putih itu dan ku minum lagi hingga beberapa gelas sampai habis. Tanpa aku sadari saat aku sedang minum air mata ku lolos begitu saja.
Ku suruput lagi hingga habis minuman yang ada di tanganku, Ahkkk rasanya tengorokan ku tidak kering lagi. dan lumayan perutku tidak begitu lapar seperti tadi. Hanya dengan meminum beberapa gelas saja sudah cukup membuatku kenyang.
Setelah merasa kenyang dengan meminum beberapa gelas, Aku pergi ke kamar dan merehatkan pikiran dan tubuhku. Ku baringkan tubuhku di atas kasur yang tidak terlalu besar hanya cukup untuk satu orang saja. Aku menatap langit-langit kamar tidak ada suara sedikit pun hanya ada suara jam dingding saja. Perlahan kedua mataku terpejam, namun belum beberapa detik kedua mata ku terbuka saat tiba-tiba ada suara pecahan piring dari luar kamar.
PRANKKKK
Aku bangkit dari tempat tidurku dan bergegas keluar kamar untuk melihat apa yang terjadi?.
"Ayah?." Lirih
PRANKĶ
Ayah Adnan melempar semua barang ke tembok dan juga ke lantai, Aku melihat banyak pecahan beling yang berserakan di lantai. Ku coba mendekati ayah secara perlahan.
"Ayah, Apa yang ayah lakukan?." Tanyaku
"Arrgghh." Teriaķnya lagi sambil terus-terusan melempar barang ke dingding.
"Ayah udah cukup hiks jangan lakukan itu lagi hiks aku mohon." Ucapku sambiĺ memeluk ayah dari belakang berniat agar ayah tidak melakukannya lagi.
Namun, caraku tidak mempan ku pikir ayah akan luluh saat aku menangis memeluknya dan memohon, tapi ternyata dugaanku salah. Ayah malah mendorong ku kasar hingga terpental ke tembok.
BUUKKK..
Badan ku yang awalnya remuķ, setelah di dorong ayah rasanya semakin remuk. Tanpa aku sadari darah segar mengalir di keningku, namun aku tidak peduli, Aku menghampiri ayah yang sedang meminum air botol Wine, ku ambil botol itu kasar dari tangan ayah dan ku lemparkan botol itu ke lantai.
PRANKK...
"AYAH CUKUP!! JANGAN TERUS-TERUSAN MINUM, SETIAP HARI AYAH SELALU MABUK SETIAP PULANG AYAH SELALU MELEMPAR BARANG-BARANG RUMAH BAHKAN AYAH BERLAKU KASAR KE ANAK AYAH SENDIRI. APA AYAH TIDAK PERNAH BERPIKIR GIMANA PERASAAN ARA SETIAP HARI MELIHAT AYAH SEPERTI INI?."
Tangisku pecah di hadapan Ayah, Namun bukanya kasihan terhadapaku Ayah malah melayangkan tangannya ke wajahku kasar sehingga aku terpental ke lantai.
PLAAKKK
Satu tamparan mendarat di pipiku, Aku merasakan panas di area pipiku ku pegang pipiku dengan tanganku dan ku coba tahan air mataku agar tidak terus-terusan keluar.
"BERANI SEKALI KAMU HAHK" Bentaknya dengan tangan yang mejimbak dan menarik rambutku kasar.
"Arggh ayah sakit hiks tolong lepasin." tangisku memberontak untuk di lepaskan.
"BERANI SEKALI KAMU MELEMPAR BOTOL AYAH HAHKK." Bentaknya lagi
Kali ini aku berhasil menyingkirkan tangan ayah yang dari tadi menyimbak rambutku kasar.
"APAH BOTOL ITU LEBIH PENTING DARI PADA ANAK AYAH SENDIRI, SAMPAI-SAMPAI AYAH BERBUAT KASAR KE ANAK AYAH SENDIRI." Teriaku.
Terlihat dari wajah ayah, kalau ayah sedang menahan emosinya, wajahnya yang merah padam dan juga kedua matanya yang merah.
Lagi-lagi ayah ingin melayangkan pukulannya ke arahku namun aksinya terhenti saat ku beranikan membuka suara.
"APA? MAU TAMPAR ARA LAGI? AYOK TAMPAR ARA SAMPAI AYAH PUAS, KALAU BISA SAMPAI MATI SEKALIPUN." Teriaku.
Mendengar ucapan Aku, Ayah menarik tangannya dan pergi keluar meningalkanku sendiri. Tangisku pecah, Ku bereskan pecahan-pecahan botol dan piring yang berserekan di lantai. Tiba-tiba aku teringat Ibu kalau saja ibu masih ada mungkin saat ini Ayah tidak akan seperti ini.
Sebenarnya aku kasian sama ayah, karna ayah seperti ini karena Ayah Depresi di tinggal Ibu, Ibu meninggal karna di bunuh oleh seseorang, Ibu di bunuh di hadapan ayah itulah yang membuat ayah depresi sampai sekarang.
Setelah beres membersihkan pecahan-pecahan itu, Aku membereskan pakaian ku ke koper. Aku pergi meningalkan rumah dan Ayah, sebenarnya aku tidak ingin meningalkan ayah sendirian di rumah tapi aku juga tidak mau setiap hari melihat ayah mabuk, dan menyiksaku.
"Ayah maafkan ara, Semoga dengan ayah sendiri ayah akan lebih baik lagi." Ucapku dalam hati.
Aku simpan Uang sisa tambungan ku di atas meja dan beranjak pergi meningalkan semua kenangan bersama ayah di rumah ini.
*
Hari ini sudah larut malam sedangkan aku masih di luar untuk mencari tempat untuk berteduh, Ku susuri jalan yang sepi tak ada orang sama sekali disini hanya ada hembusan angin malam.
Di sepanjang jalan sesekali aku menangis memikirkan nasib ayah setelah aku pergi. Tapi aku harus gimana lagi, Aku gak mau terus-terusan jadi bahan ayah untuk obsesi mabuknya itu.
Langkah demi langkah telah ku lalui sampai sebuah teriakan menghentikan langkahku.
"Suara apa itu?." gumam
Ku langkahkan kaki menuju sumber suara itu.
"Ehk ngapain juga aku liat, lagian suaranya udah ilang. Sekarang udah larut malam tapi aku belum juga mendapatkan tempat tinggal, sebaiknya aku harus cepat-cepat cari kostsan." Gumam
Ara melangkahkan kakinya pergi, namun lagi-lagi suara teriakan itu menghentikan langkah Ara. Teriakan kali ini bukan teriakan yang di dengar ara tadi, melainkan teriakan ini teriakan pertolongan.
Ara yang penasaran melangkahkan kakinya untuk melihat ke sumber suara. Suara itu menuntun Ara ke gang kecil, langkah demi langkah ku lalui dan suara itu kini semakin kencang di telingaku.
Kini dapat ku dengar dengan jelas suara itu, Suara itu berasal dari sebuah Gedung yang sudah lama terbengkalang.
GLEKKK
Aku menelan saliva susah payah, Aku ingin sekali pergi dari sini tapi disisi lain aku mendengar orang yang meminta pertolongan. Ku beranikan melihat apa yang ada di dalam gedung itu. Perlahan-lahan aku melangkahkan kakiku hingga sampai di pintu gedung itu, Kini suara itu semakin jelas bahwa memang di gedung ini ada yang meminta bantuan. Ku keluarkan semua keberanianku dan masuk ke dalam untuk melihat siapa yang meminta bantuan itu.
Kini aku sudah ada di dalam gedung. Namun suara itu sudah menghilang, Aku berpikir bahwa aku hanya berhalusinasi dan berniat ingin pergi, namun saat ingin pergi aku melihat sebuah bayangan orang yang sedang memegang pisau.
Deg...deg...deg
Jantung ku berdetak dengan kencang. Ku beranikan melihat arah bayangan itu, Aku melihat ada 2 orang disana, dan lagi-lagi jantungku berdeguk kencang saat kala melihat seorang pria yang kepalanya sudah terlepas dari tubuhnya.
"Astaga, Apa yang aku lihat sekarang." Batin Ara dengan mulut yang ia tutupi dengan kedua tangannya.
"A_aku harus pergi sekarang." Sambung ara dan berbalik berniat pergi.
Tapi, Sial Ara menginjak sesuatu yang menghasilkan suara. Ara hanya mengigit bibirnya dan berbatin "Mampus lu Ara"
Ara memberanikan memutar badannya untuk berbalik melihat orang yang ada di sebrang sana, namun nihil saat Ara berbalik tidak ada, hanya ada pria yng kepalanya yang sudah terlepas. Ara menarik nafas lega.
"Huhhh...Sepertinya dia sudah pergi." Gumam Ara dan berbalik.
Ouh Shittt saat ara berbalik Ara melihat pria yang ia lihat tadi sudah ada di depannya saat ini.
... ❤...
Ara
Ferdy (Ayah Ara)
TERIMA KASIH SUDAH MAMPIR KE NOVEL KU 😊
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK YAH SEPERTI LIKE, KOMEN, FOLLOW , AND VOTE MAKASIH😊
"Sial, apa yang harus aku lakukan sekarang." umpatku dalam hati.
Pria yang ada di hadapanku saat ini menatapku tajam, aku tak berani menatap nya. aku hanya menunduk dan memikirkan cara agar aku bisa keluar dari sini.
" Apa kamu melihatnya?." Suara parau yang keluar dari mulutnya.
"A_aku tidak tau apa pun, ku mohon jangan bunuh a_aku, a_aku janji a_aku tidak akan memberitahukan ini kepada siapa pun tapi aku mohon biarkan a_aku pergi." Ucap ku terbata-taba memohon.
"Apa ucapan mu bisa aku percaya?." Tanyanya dingin
Ouh tuhan, suaranya saja sudah membuatku merinding apalagi mukannya.
"I_iya aku akan merahasiakan kejadiaan ini, aku mohon biarkan aku pergi, a_aku tidak mau mati sekarang ku mohon."
"Apa jaminan jika kamu melangarnya?." Tanyanya
"J_jika aku melanggarnya k_kamu boleh membunuhku." jawabku.
Pria di hadapanku terdiam sejenak sebelum membuka suara.
"Tatap saya." suruhnya
Pria di hadapanku saat ini menyuruhku untuk menatapnya, namun aku engan menatapnya saat ini aku takut benar-benar takut.
" Tatap saya." ucapnya lagi.
" SAYA BILANG TATAP SAYA." Bentaknya di depan mukaku.
Aku terlonjak kaget mendengar bentakannya, Ku beranikan menatapnya kini aku melihat dengan jelas wajahnya disini. Sangat tampan namun mengerikan.
"Apa kamu yakin dengan ucapanmu itu hm?." Tanyanya dingin
"I_iya."
"Kalau begitu kamu tunggu disini." Ucapnya
" U_untuk apa?."
" Jangan mencoba untuk kabur dari sini." Ucapnya spontan
"Ya tuhan, aku harus gimana." Batinku
2 Menit telah berlalu, namun kini pria itu belum datang juga. Terdengar di luar sana turun hujan, Terlintas dipikiranku untuk lari dari tempat ini, tapi disisi lain aku takut kalau sampai dia bisa menemukan ku.
Namun, saat ini tidak punya cara lain ku beranikan keluar dari tempat itu secara perlahan dan lari sekuat tenagaku.
Belum sempat beberapa detik dari kepergianku, pria itu datang dan tiba-tiba rahang nya mengeras saat tidak melihatku di tempat.
"Ternyata kamu ingin bermain dengan ku, baiklah akan ku turuti kemauanmu itu." Gumam pria itu.
*
"Huh...huhh...huhh, sepertinya dia tidak mengikutiku." gumamku ngos-ngosan karna dari tadi aku berlari tanpa henti.
"Hahh.. Sekarang hujan sangat lebat baju aku sekarang basah, dan koperku ketinggalan di tempat tadi, ngak aku ngak mau balik lagi ke tempat itu, sebaiknya aku cari penginapan dulu." Gumam Ara.
Ara bergegas mencari kost-kosan kecil, beberapa menit kemudian Ara bersyukur karna mendapatkan kos-kosan yang pas dengan uang nya yang ia pegang.
"Ini mbak kuncinya, kalau mbak butuh sesuatu jangan sungkan bilang aja sama ibu." Ucapnya
"Iyah bu makasih." Ucapku
"Yaudah ibu pamit pulang dulu yah." Ucapnya
" Ahk iya ibu hati-hati."
Ibu kosan itu pergi meningalkan ku sendiri, dengan cepat ku buka pintu itu dengan kunci yang di berikan Ibu itu. Namun, sangat sulit untuk aku buka tiba-tiba kunci yang aku pegang lepas dari tanganku.
Aku membungkuk untuk mengambil kunci itu, namun saat sedang mengambil kunci itu aku melihat sebuah kaki yang berada di belakangku.
Aku sempat berpikir kalau di sini tidak ada siapapun, Ibu kosan pun sudah pulang ke rumahnya lalu siapa dia?.
Tiba-tiba pikiran ku terhenti kepada pria yang tadi aku temui tadi, refleks aku berbalik dan benar saja dia pria tadi.
"K_kamu?." Ucapku terbata-bata
"Kenapa? kau ingin bermain dengan ku hm." Ucapnya dengan wajah yang merah padam.
"Ngak aku gak mau, Tolong....Tolongg...Tol...mmpphtt."
Pria itu membungkam mulutku dengan sapu tangannya aku sempat memberontak, namun nihil tenaganya lwbih kuat dari ku dan berhasil membuatku tak sadarkan diri.
Pria itu mengangkatku Ala Brindal Style, dan memasukanku ke mobilnya.
Di sepanjang perjalanan aku belum sadar, karna pria itu memberikan durasi bius yang cukup tinggi di sapu tangannya.
*
5 menit kemudian, pria itu membawa ara ke sebuah rumah dan membaringkan ara di tempat tidur king sizenya itu.
Dia menatap Ara begitu lekat, sesekali pria itu mengelus pipi ara dan menyingkirkan rambut ara dari wajahnya.
" Kamu sangat cantik namun sayang kamu tidak mendengarkan perintah orang lain, Dan aku tidak suka orang yang membantah perintahku." Gumam pria itu.
Pria itu berjalan ke arah sofa dan duduk memerhatikan Ara yang terbaring tak sadarkan diri di tempat tidurnya itu.
Jackson William Wildon, yakkk...Itulah nama pria yang membawa Ara itu. Dia putra tunggal dari pasangan Jordan William Wildon dan Ameli William Wildon. Kedua orang tuanya sudah meningal dunia saat umur Jackson 9 tahun saat itu lah Jackson di asuh oleh sahabat dari ayahnya yaitu Candra, Jackson memangil Candra dengan sebutan Om.
Jordan telah meningal dunia karena di bunuh dan ibunya meningal karna Depresi di tinggal suaminya. Kini Jackson turun temurun dari ayahnya yaitu seorang Psychopat dan itu di dukung penuh oleh Candra.
Jackson terkenal dengan sifat dingin, tidak peduli, sekali marah sangat menyeramkan, dia tidak suka ada orang yang mengangkang dan membantah nya. Itulah yang membuat semua orang takut dan tunduk kepada Jackson.
Dan hal itu membuat Jackson menjadi seorang Psychopat atau bisa di bilang KING PSYCHOPAT.
*
"Eunghhh." suara lengkuhan Ara.
Ara mengerjap-ngerjap matanya perlahan untuk mengondisikan dengan cahaya lampu.
"A_aku dimana?." gumam
"Akhirnya bangun juga kamu."
*
*
*
Jackson William Wildon.
HAPPY READING 😙
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK YAH
SEPERTI LIKE, KOMEN, FOLLOW, AND VOTE MAKASIH😊🙏😙.
SEE YOU NEXT TIME.👋
"Akhirnya bangun juga kamu."
Suara yang familiar di telingaku, Aku terkejut saat melihat siapa pemilik suara itu.
" K_kamu, ngapain kamu bawa aku kesini hahk." Ucapku ketakutan.
Jackson menghampiri Ara yang sedang duduk dengan tubuh ara yang di selimuti.
Ara memegang selimutnya erat, kini badan Ara penuh denan keringat saking takutnya terhadap jackson.
Tenaga Ara tidak sekuat jackson, Jackson meraih selimut Ara kasar dan melemparnya asal.
Kini ara semakin takut, Jackson menindihi tubuh Ara dan menatap Ara penuh amarah.
Ara memberontak, namun nihil jackson malah meraih kedua tangan ara dan menyimpannya di atas kepala ara dan menguncinya.
Jackson menatap ara penuh amarah! Dan berengseknya Jackson menci*um bibir ara kasar. Ara memberontak dengan membalikan wajahnya ke kanan dan ke kiri.
" Mmmpphht."
Jackson seperti kesetanan ia tidak memerdulikan Ara yang kini sudah menangis di bawahnya.
" HIKS APA MAU KAMU HAHK ." Teriaku.
" APA KAMU TIDAK INGAT DENGAN KESALAHANMU GADIS KECIL." Ucapnya.
" APA MAKSUD KAMU? AKU TIDAK PUNYA KESALAHAN APAPUN TERHADAPMU." Teriaku.
" BENARKAH?." Ucapnya tak yakin.
Jackson bangkit dan berjalan ke arah nakas, Dengan cepat aku bangkit dari kasur dan beranjak lari ke luar kamar. Namun, sialnya pintu tidak bisa di buka, aku terus mengobrak pintu itu untuk meminta bantuan namun nihil tidak ada yang menyaut dari luar sana.
" TOLONG BUKA PINTUNYA."
TOK...TOK..TOK..
" SIAPAPUN TOLONG AKU HIKS." Tangisku pecah.
"Kenapa? Mau mencoba lari lagi? Apa tidak cukup tadi kamu lari?." Tanyanya dari belakang.
Mendengar penuturannya refleks aku berbalik, aku terkejut saat mendapati Jackson yang sedang memainkan pisau tajam di tangannya.
" A_apa yang ingin kamu lakukan?." ucapku ketakutan.
" Apa yang kau katakan gadis kecil, tentu saja kita akan bermain." Ucapnya tersenyum smrik.
" N_ngak a_aku mohon bi_biarkan a_aku pergi dari sini." ucapku memohon.
" Kenapa? kita akan bermain dulu di sini."
Aku hanya mengeleng menandakan tidak mau, Jackson mendekati Ara yang sedang berdiri lemas di depan pintu.
Jackson memang sudah mengunci pintu itu dengan remot, karna jackson tau saat Ara bangun pasti dia akan mencoba untuk lari lagi.
Jackson meraih tangan Ara kasar dan menghempaskan tubuh ara ke tembok.
" Sakit hiks." tangisku
" Uhhh...cup..cupp...cupp jangan menangis sayang, kita kan ingin bermain sudah jangan menangis."
" A_aku mohon lepaskan aku, aku hanya ingin pulang. Maafkan aku jika aku membuatmu marah hiks." Ucapku memohon.
" Kamu ingin pulang kemana sayang? Ini rumahmu sekarang." tuturnya.
"Ayok sayang kita mulai bermain, kita mulai dari sini dulu yah."
SRETTT....
" ARRGGHHH.... SAKITTT HIKS.." Teriaku kesakitan saat Jackson memainkan pisau tajamnya itu di pipiku.
Darah segar keluar dari pipi ara, Air mata yang terus keluar dan mengenai pipi ara membuat luka ara semakin perih dan sakit.
" Kenapa kamu menangis baby? Aýolah kita bermain." Ucap jackson sambil menghapus jejak air mata ara mengunakan pisau nya itu.
" Hiks aku mohon lepaskan aku."
" Kamu tau kenapa aku bisa seperti ini? itu karna kamu sendiri sayang, kamu yang membuatku berbuat seperti ini. Aku menyuruhmu untuk tetap di situ tapi kenapa? kenapa kamu malah lari hm?." Ucapnya
" DAN AKU TIDAK SUKA ADA ORANG YANG TIDAK MENURUTI PERINTAHKU." Sambungnya dengan menatap tajam ke arahku.
"A_aku minta maaf, saat itu aku sangat takut kepadamu jadi aku lari darimu aku..."
" Tangan kamu sangat bagus dan cantik ." ucapnya memotong ucapanku
" Akan lebih bagus lagi kalau ada nama seseorang di tanganmu ini." Ucapnya melirikku dan tersenyum smrik.
"A_apa maksud ka_kamu?."
SRETTT...
SREEETT...
" ARGHHH..." Teriaku saat kala Jackson mēmainkan pisaunya di tangan kanan Ara.
"AARGHHHH AKU MOHON HIKS HENTIKAN INI SANGAT SAKIT HIKS ."
Namun seperti kesetanan Jackson tidak memerdulikan Ara yang berteriak yang meringgis kesakitan.
Darah segar mengalir di tangan Ara, Jackson menuliskan 7 huruf mengunakan pisaunya di tangan Ara.
Selesai dengan aktivitasnya Jackson tersenyum senang saat karya buatannya itu terlihat indah di tangan Ara.
"Lihat lah, Namaku sangat indah di tanganmu." Ucapnya menatap ara.
"L_lepaskan A_aku...."
Byurrrrrr..
Belum selesai bicara tiba-tiba kedua mata ara mengkabur semuanya mejadi hitam. Saking kelelahan menangis Ara lemas tak sadarkan diri, namun dengan cepat Jackson menangkapnya sehingga ara tidak jatuh ke lantai.
Jackson mengendong Ara Ala Brindal Style, dan membaringkan Ara ke ranjangnya dan menyelimuti tubuh Ara.
" Kalau saja kamu menuruti perintahku, aku tidak akan menyakitimu seperti ini." Gumamnya.
Jackson mengambil P3K di nakas, dan mulai mengobati luka di pipi Ara.
Selesai mengobati luka Ara, Jackson merapihkan membersihkan bekas percikan darah di pisau, tangan dan bajunya.
Setelah selesai, Jackson berjalan ke atah ranjang dan membaringkan tubuhnya menyamping menghadap Ara.
Sesekali jackson menyimbakan rambut Ara yang menutupi wajah cantik ara.
" Kamu sangat cantik ketika sedang tidur." Gumamnya.
Tak lama Jackson pun ikut tertidur di samping Ara.
*
Cahaya matahari pagi sudah datang dan menyelinap ke celah-celah jendela kamar, Terlihat di dalam kamar Jackson dan Ara masih tertidur lelap.
Bahkan dua sejoli itu tidak merasa terusik oleh cahaya matahari pagi itu.
" Engghh..." Lengkuhan ara
"Shhh...." Ringgis ara sambil memegang pipinya dan kepalanya yang terasa pusing.
" Kenapa pipiku di perban, Apa pria itu yang mengobati lukaku?." Batin ara bertanya-tanya.
Saat ara ingin bergerak, Ara merasa sulit karna ara merasakan ada benda berat yang menimpa perutnya. Ara meraba perutnya dan merasakan sebuah tangan kekar yang menindihi perutnya.
Kedua mata Ara membola saat melihat Jackson tertidur pulas di sampingnya.
" AHKkkkkk." Teriak Ara
Dengan cepat ara bangkit dari tidurnya menjadi posisi duduk, Ara menatap jackson yang dengan santainya bicara tanpa rasa mlu sedikitpun
" Kenapa kamu berteriak hm? Aku masih ngantuk, kenapa kamu membangunkanku dengan cara seperti itu." Ucapnya khas orang bangun tidur.
" A_apa k_kamu melakukan..."
Jackson yang mendengar ucapan ara tersenyum jahil.
Jackson bangkit dari tidurnya dan kini menjadi posisi duduk menatap Ara.
" Kalau aku melakukannya gimana?." Goda Jackson di telinga Ara.
Ara yang mendengar itu membulatan mata, Jackson yang melihat itu tersenyum dan gemas saat melihat wajah Ara yang seperti itu.
" A_apa jadi kamu..."
" Ngak aku hanya becanda kok, Aku tidak melakukan apapun saat kamu tidur." Tutur Jackson.
" Benarkan? kamu ngak bohong?."Tanyaku meyakinkan.
Jackson hanya menjawab dengan senyuman.
Dalam hati Ara, Ara saat ini bersyukur.
" Cepat lah mandi setelah itu turun untuk sarapan." Ucapnya datar.
Aku hanya menganguki ucapan jackson.
*
5 Menit kemudian aku selesai dengan ritual mandi ku, Aku berjalan ke arah kamar untuk mencari pakaian.
Ouh Shitt... Semua bajuku kan ketinggalan di tempat kemaren. Terus sekarang aku harus pake baju apa?.
Saat Ara kebingugan memikirkan pake baju apa, Tiba-tiba Jackson masuk ke dalam kamar. Secepat kilat ku tarik ujung selimut dan kutempelkan di badanku untuk menutupi badanku yang saat ini setengah telanjang.
Jackson yang melihat itu, seperti tidak tau malu. Ia malah menyilangkan kedua tanganya di depan dada bidangnya dan menatap ke arah Ara.
"Kenapa kamu belum siap-siap?."Tanyanya dingin.
"A_anu a_aku ngak punya baju, Semua bajuku ketingalan di tempat kemaren." Tuturku pelan agar dia tidak marah lagi.
Jackson tidak mengubris perkataan Ara, Jackson berjalan ke arah ruang ganti pakaian dan mengambil kemeja putihnya dan ia berikan ke Ara untuk di pakainya.
"Pakailah." Ucapnya datar.
Ara mengambil kemejanya itu dan mengenakannya. Tak lama Ara wluar dari ruang ganti dan sudah memakai kemeja putih itu.
Kemeja Jackson saat di pakai Ara terlalu kecil hanya pertengahan paha, hal itu menampilkan kaki jenjang putih Ara. Sesekali Ara menurun-nurunkan kemeja putih itu untuk menutupi bawahnya.
Jackson saat melihat Ara terpesona. Jackson pria normal jadi wajar bila nafsunya naik saat melihat wanita seperti Ara saat ini.
"A_Apa tidak ada baju yang lebih besar?."Tanyaku pelan.
Lamunan Jackson tersadar saat kala Ara membuka suara.
"Tidak ada sekarang ke bawah untuk sarapan." Ucapnya datar dan pergi.
Jackson cepat-cepat keluar dari kamar, kalau saja jackson tidak cepat-cepat keluar jackson tidak bisa menahan nafsunya lagi.
...*...
...^^^ *^^^...
...*...
...END...
......HAPPY READING......
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK YAH, SEPERTI LIKE, KOMEN, FOLLOW, AN VOTE.
...MAKASIH😊...
_____________//__________________//___________
...SEE YOU NEXT TIME:)...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!