MARLA

MARLA

Bertemu Tak Terduga

BIMA

Tidak terfikir akan jatuh cinta, di tepi danau yang berpasir putih itu. Bertemu di acara muda mudi gereja dengan dia ada di sana. Gadis semampai dengan rambut ikal terurai. Saat aku melihat dia, aku hanya ingin mengenalnya,tak lebih dari itu. Namun ketika kita saling bercerita aku mulai menyukainya.

Kita bercerita tentang banyak hal, bertukar tanya tentang banyak hal, berbagi kisah tentang beberapa hal. Aku lalu menyadari, bahwa aku sudah jatuh cinta padanya. Pada pribadinya yang ramah, sopan dan menghargai. Jiwaku seperti menemukan gadis yang tepat di waktu yang tepat. Mungkin ini yang disebut cinta pandangan pertama. Entahlah.

Waktu itu niatku hanya ingin istirahat sejenak karena lelah mengikuti beberapa kegiatan yang diadakan di acara itu. Aku melayangkan pandangan ke arah tenda dan melangkah kesana, tapi niatku tadi batal saat melihat gadis itu duduk di sana.

Dia duduk menekuk lutut lalu berkutat dengan ponselnya, sambil sesekali melambai ke arah orang di tengah acara. Aku mengikuti arah lambaian itu dengan pandanganku dan aku menemukan sosok Lina di sana. "Oh...,berarti dia teman Lina. "Tebakku dalam benak.

Lalu aku duduk di bawah pohon rindang yang dekat dengan tenda. Dari sana aku bisa mengamatinya dengan leluasa. Sapuan angin menyingkap rambut ikal di sisi kanan wajahnya. Membuat aku bisa melihat dengan jelas wajah nan ayu itu.

Lalu aku tau, ternyata aku tidak mengenalnya. Sepertinya dia orang baru. Rasa penasaran menggerakan langkahku mendekat ke arahnya. Dia belum menyadari aku berada di sana.

"Seru ya acaranya." Kataku menarik perhatian.

Dia menoleh dan menjawab. "Iya..., seru."

Melihat dia memberi respon, aku lalu duduk di samping kanan nya.

"Sering ikut acara begini ?" Tanyaku menggali informasi.

"Oh enggak bang, ini baru pertama kalinya aku ikut. " Jawaban itu menjawab penasaranku. Dipangil dengan sebutan bang, aku senang sekali. Aku merasa dihargai dengan sebutan itu.

"Ohhhhhh..., pantas saja aku kok kayak ga kenal. Soalnya muda mudi di sini aku kenal semua." Jelasku padanya.

Dia hanya tersenyum merespon kalimatku barusan.

"Oh iya, kenalkan aku Bima...." kataku menyodorkan tangan perkenalan ke arahnya.

"Marla bang." sambutnya cepat membalas salamku.

"Sendiri saja ?" Tanyaku membuka cerita.

Dia mengangguk cepat dan tersenyum ramah. Meletakkan ponsel di atas pangkuan nya. Seolah memberi ijin untuk aku temani cerita.

"Kok ga ikut acara ?" Tanyaku sambil membenarkan posisi dudukku.

"Habis jaga malam bang, masih capek. Tadinya mau baringan di tenda, cuman ga nyaman aja, karena tendanya terbuka begini. Jadi duduk duduk ajalah bang, sekalian jaga tas dan barang barang yang diletak di tenda." Jelasnya panjang.

"Oh gitu..., kerja dimana ?" tanyaku.

"Dinas di rumah sakit bang?" Jawab Marla menghargai.

"Perawat atau dokter ?"

"Perawat bang?"

"Wah..., aku salut dengan pekerja medis. Apalagi perawat, pekerjaan yang tidak mudah."

"Ahhh, biasa aja bang." Jawabnya masih dengan senyum sopan.

Pembicaraan kami berlanjut panjang. Dia bercerita lika liku pekerjaan nya. Cerita bagaimana dia menghadapi pasiennya. Cerita tentang keluarganya. Tentang bagaimana dia sampai ada dan bekerja di kota ini. Tentang pengharapan dan impian impiannya.

Cara dia bercerita sangat menarik, dan aku senang mendengarnya. Dia tidak mendominasi pembicaraan, tapi juga menggali kisahku dan membuat aku mudah menceritakan diriku, dan semua hal tentangku. Dia menjadikan suasana bercerita ini menjadi hidup dan menyenangkan. Baru kali ini aku bertemu gadis seperti dia, yang nyambung ngobrol sampai panjang.

Mendengar suaranya, bahasanya dan ceritanya aku jadi ingin lebih mengenalnya. Rasanya nyaman bercerita dengan nya, tatapan nya ramah, sikapnya yang sopan dan rendah hati membuatku merasa nyaman bercerita.

Namun waktu seakan cepat berlari, acara outdoor itupun selesai, saatnya kami berpisah. Di akhir pertemuan, kami hanya 'say good bye'. Tidak teringat bertukar nomor telepon sama sekali.

Setiba di rumah kontrakan aku bergegas mandi, sudah sangat gerah rasanya seharian di udara panas. Setelahnya aku lalu masuk ke kamar dan

mengutak atik ponselku, sambil mengusap rambutku yang basah sehabis mandi dengan handuk.

Aku lalu tersadar, kalau tadi lupa bertukar nomor dengan gadis itu.

"Aduhhh..., kok bisa lupa sih aku !" Sesalku menepuk jidat sendiri.

"Minta sama siapa ya nomornya ?"Tanyaku dalam hati.

Aku menggeleng dan berdecak kesal tak ada ide akan tanya sama siapa nomor ponsel gadis itu.

"Ahhhhhh...." Aku melepaskan nafas kesalku sambil berbaring di tempat tidur, lalu memandangi langit langit kamarku. Terlengkung senyum tipis di wajahku kala mengingat gadis itu. Gadis bernama Marla sedang menyita konsentrasiku saat ini.

"Marla...." Sebutku mengulang nama itu, seolah olah aku takut lupa. Gadis sederhana yang menarik. Tidak terlalu cantik, tapi manis dan enak di pandang. Aku suka suaranya, tutur bahasanya yang sopan dan rendah hati. Ketika gadis itu memanggilku 'bang', aku seperti tersanjung.

"Semoga lain waktu bisa bertemu kamu lagi Marla." gumamku sambil memejamkan mata. Mencoba mengingat kembali sosok gadis itu. Membiarkan fikiranku diisi memori tentang dia, senyumannya dan kenangan pertemuan tadi. Membayangkan akan bertemu Marla lagi di lain waktu, dengan suaranya yang memanggilku 'bang'. Sekali lagi aku tersenyum bahagia, membawa ingatan wajah gadis itu menghantarkanku sampai terlelap.

______________

MARLA

Setiba di kamar kost, aku berbenah sebentar lalu pergi mandi. Melihat kasur tipis si lantai kost itu, aku tergoda untuk segera rebahan.

Sebentar fikiranku teringat Bima, pria yang aku temui di acara muda mudi gereja tadi siang.

Bagaimana rasa kagumnya dengan pekerja medis sepertiku, karena dulu dia sering sakit. Besar sebagai anak yatim piatu di usia belia dan terlahir menjadi anak paling kecil dari 3 bersaudara, memaksanya harus mandiri.

Karena sering diremehkan dan disepelekan, Bima mengakui bahwa itu membuatnya tidak percaya diri bergaul dengan orang lain. Termasuk berkenalan denganku tadi. Aku tersenyum haru mengingatnya. Terselip empati dalam hatiku tentang hidupnya.

Cerita hidup Bima memberiku kekuatan baru, bagaimana hidup di perantauan , apa yang kualami ini, belum seberapa dibandingkan apa yang Bima sudah lewati.

Bagiku itu seperti penggalan cerita penyemangat hidup. Untuk bertahan di kota besar ini seorang diri. Jauh dari keluarga dan orangtua, aku harus mandiri dan menjaga diriku sendiri. Mencukupkan diri dengan apa yang ada. Mencari peruntungan dengan caraku sendiri. Berkenalan dengan Bima memberiku pelajaran hidup yang sangat berarti.

Kuhentikan lamunanku sampai disitu, berhubung besok aku harus masuk pagi di tempat pasien rawat rumah. Sekarang juga aku membujuk mataku untuk terlelap. Tapi sepertinya tidak mudah menjemput kantuk.

Lalu kuraih ponselku dan memutar kompilasi lagu lagu rohani kesukaan. Lagu sendu yang menenangkan hati. Berharap lagu lagu itu bisa menghantarkanku ke alam mimpi.

Dan harapan itu sepertinya terkabul. Perlahan namun pasti akupun mulai terlena. Entah di putaran lagu keberapa aku sudah melayang tak sadarkan diri. Terlelap dengan sisa sisa lelah yang ingin kupulihkan dengan tidurku. Dan aku berharap bisa menyambut pagi besok dengan kekuatan yang baru.

Terpopuler

Comments

@Kristin

@Kristin

Aku mampir dari grup Hay salm kenal. boleh kah kita Saling dukung?

2022-12-04

0

Lena Laiha

Lena Laiha

Aku mampir kak.
Like, fav sama bunga sudah aku kirim buat kamu

2022-07-16

0

Anellakomalasari

Anellakomalasari

Hai, Bima. Aku langsung mampir. Tengok "Wening" dong, dia juga perawat loh kaya Marla.

Salam kenal,
🍒 Komalasari

2022-06-14

10

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!