Tok...tok....tok.....
"Bu....Bu.... Bapak pulang." Bi Nani mengetuk pintu kamar Dewi dan memanggil Dewi memberitahu kalau suaminya pulang. Di dalam kamar Dewi buru-buru bangun dari tempat tidurnya langsung menyisir rambutnya dan mengoleskan lipstik menutupi bibirnya ya g terlihat pucat, matanya terlihat sembab saat ia melihat wajahnya di cermin, sudah tidak ada waktu lagi untuk menutupi mata sembabnya.
Saat Dewi keluar kamar, suaminya sudah masuk ke ruang tamu, Dewi langsung menyambutnya dengan mencium tangan suaminya, tak lupa ia pasang senyum lebar di bibirnya walaupun jantungnya terasa dagdigdug tak menentu.
"Mas kok gak ngabarin dulu kalau pulang siang ini, kirain bakalan pulang sore." ujarnya, ia meraih tas kerja yang ditenteng suaminya.
"Memangnya kalau Mas pulang sore mau ngapain Mas disana, kamunya ada di sini." Dewa nerangkul pinggang Dewi sambil berjalan menuju ruang tengah, ia mengecup caruk leher Dewi membuat tubuh Dewi meremang.
"Gimana keadaan Kharis...?" tanya Dewa, ia berhenti di depan pintu kamarnya.
"Eu...Kharis sudah baikan, ia sudah tidak demam dan muntah-muntah lagi, hanya mualnya masih ada, tadi ia sedang tidur." jawab Dewi dengan jantung berdebar. Dewi berusaha bersikap setenang mungkin, ia masih mencari-cari kata yang tepat untuk menjelaskan kepada suaminya apa yang terjadi pada putri mereka.
"Saya lihat Kharisa dulu." Dewa berjalan menuju kamar Kharisa, Dewi mengikutinya di belakang dengan jantung yang terasa mau copot. Dewa membuka pintu kamar putrinya, ia masuk dan mendekati putrinya yag tengah berbaring di tempat tidur dengan mata terpejam, kemudian mengecup kening putrinya yang sangat ia sayangi, putri satu-satunya yang selalu ia banggakan di depan keluarga besarnya, selain cantik Kharisa juga anak yang ramah dan mudah bergaul dengan siapa saja termasuk dengan staf papanya dan keluarga rekan bisnis papanya.
Dewi menghela nafas, ia merasa lega karena ternyata Kharisa tidak terbangun saat dikecup keningnya oleh papanya. Dewi benar-benar tidak siap untuk menyampaikan kepada suaminya, Dewi pun sudah mewanti-wanti kepada Kharisa untuk tidak bicara apa pun kepada papanya.
"Tidurnya nyenyak sekali, kita jangan ganggu dia dulu." ujar Dewa, ia mengecup lagi kening putrinya, kemudian mengajak Dewi keluar kamar putrinya.
"Mas mau makan siang sekarang? Aku siapin dulu." Dewa meraih pinggang istrinya saat akan berlalu menuju dapur.
"Mas mau makan kamu dulu...." Bisik Dewa, ia menangkup wajah istrinya dengan tatapan penuh makna, lalu mengecup bibir istrinya, tidak hanya mengecupnya, Dewa mencium lebih dalam bibir Dewi yang terlihat menggodanya.
"Hmmmp....Mas kita ke kamar." Dewi mengedarkan pandangan, untunglah tidak ada orang lain yang melihat mereka berdua. Bi Nani berada di belakang dan supir suaminya mungkin juga berada di belakang ngobrol dengan Bi Nani sambil ngopi. Dewi menggandeng tangan suaminya masuk ke dalam kamarnya.
"Saya kangen sama kamu Wi, tadi malam saya gak bisa ngapa-ngapain, gak ada kamu Wi." Dewa langsung meraih tubuh istrinya ke dalam rangkulannya.
"Kenapa matamu bengkak?" Dewa baru sadar kalau mata istrinya terlihat bengkak, sembab lebih tepatnya.
"Mungkin karena dari kemarin kebanyakan tidur Mas, aku juga bingung mau ngapain, Kharisa tidur terus, mungkin karena pengaruh obat, jadi habis Isya aku langsung tidur saja." ucap Dewi berbohong, padahal semalam ia tak henti-hentinya menangis, menyesali apa yang terjadi pada putrinya, menyesali karena dia tidak bisa menjaga putrinya dengan baik.
"Berarti sekarang kamu siap dua babak Wi." ujar Dewa dengan senyum jahilnya. Usia Dewa sudah lebih dari setengah abad tapi tampilannya terlihat lebih muda dari usia yang sesungguhnya, tubuhnya masih terlihat tegap walau tidak terlalu berotot. Dan staminanya jangan ditanya, ia rutin berolah raga, mengkonsumsi makanan sehat dan suplemen untuk menjaga kebugaran tubuhnya.
"Buat Mas aku selalu siap." jawab Dewi, ia melingkarkan tangannya di leher Dewa. Ya... ini saatnya Dewi memuaskan dulu suaminya sebelum nanti ia menyampaikan keadaan putri mereka yang mungkin saja bisa membuat jantung suaminya copot, siapa tau setelah terpuaskan hati suaminya lebih cair, dan otaknya lebih dingin.
Mereka berdua mulai mencurahkan kerinduan mereka, menumpahkan hasrat yang kemarin sempat tertunda. Dewi benar-benar memberikan service terbaiknya membuat Dewa kewalahan namun membuatnya merasa tertantang.
"Kamu habis makan apa Wi?" tanya Dewa di tengah-tengah permainan mereka yang menggelora. Dewi hanya senyum mendesis.
"Hari ini kamu beda Wi, kamu luar biasa, apa karena kamu begitu merindukanku?" bisik Dewa setelah mereka selesai dengan aktifitas panasnya. Dewi tidak menjawabnya, ia hanya memeluk erat Dewa seolah tidak mau berpisah dengan suaminya. Di dalam hatinya berkecamuk, apa yang akan terjadi setelah ini? setelah ia memberitahu suaminya apa yang akan terjadi dengan putrinya, akankah suaminya menerima atau malah menyalahkannya? Rasanya ia ingin waktu melambat atau kalau bisa kembali berputar agar ia bisa menjaga putrina dengan baik, hingga tidak ada kejadian seperti ini.
"Wi aku lapar, ternyata energiku benar-benar terkuras kali ini." Dewa mengecup kening istrinya.
"Aku mandi dulu ya Mas, nanti aku siapin makan siang." Dewi beranjak ke kamar mandi dengan setengah telanjang.
"Wi jangan dikunci...kita mandi bareng." ujar Dewa yang masih setengah bebaring di tempat tidur. Dewi menoleh dan mengangguk sambil tersenyum.
Selesai mandi bersama Dewi menemani suaminya makan di meja makan. Kharisa sudah bangun namun belum mau turun dari tempat tidur, ia lebih memilih makan di kamar dibantu Bi Nani dari pada makan bersama mama papanya. Tentu saja ia sangat takut dengan reaksi papanya kalau mengetahui ia hamil. Ia bersikap seperti biasa dengan papanya, hanya menunjukan kalau tubuhnya lemas karena sakit seperti arahan mamanya.
Sebelum makan siang papanya menemui Kharisa di kamarnya, dan Kharisa telah bangun dari tidurnya, tengah memainkan HPnya. Saat melihat papanya masuk, Kharisa tidak bisa menahan emosinya, perasaan menyesal, rasa bersalah pada papanya karena tidak bisa menjaga kehormatannya membuat air matanya jatuh di pipinya.
"Hey.....kenapa gadis papa cengeng? Karena sakit jadi cengeng begini." Dewa merangkul putrinya yang tengah duduk di tempat tidur, ia mengecup kepala putrinya dengan penuh rasa sayang.
"Masih sakit? atau sudah enakan?" tanya Dewa sambil mengelus kepala putrinya.
"Sudah enakan Pah, cuma lemes saja. Kharis hanya kangen sama Papa." Kharisa melingkarkan tangannya di pinggang papanya, kepalanya disandarkan di perut papanya yang terlihat datar. Memeluk erat papanya, entah setelah papanya tau ia hamil bisakah ia memeluk papanya seperti ini. Kharisa menahan diri agar bisa menutupi kecemasan dan rasa takutnya.
"Gadis papa cepet sembuh yah, nanti papa ajak liburan, Kharis mau liburan kemana? Kita ajak abangmu, dia kuliahnya sudah selesai."
"Liburan bareng Bang Rendi Pah? Mau....." Kharisa memang kangen dengan kakaknya, anak bungsu dari Dewa dan Lisna, hanya Rendi yang dekat dan sayang sama Kharisa walaupun beda ibu kandung.
"Makanya Kharis cepat sembuh dulu yah."
Akhirnya setelah yakin putrinya baik-baik saja, Dewa pun menuju ruang makan untuk makan siang dengan istrinya.
" Wi nanti malam aku pulang dulu, ada yang harus aku diskusikan dengan Lisna tentang Rendi, kuliahnya sudah selesai, ia ingin langsung lanjut S2nya. Besok pagi aku ke sini lagi." ujar Dewa setelah ia menghabiskan makan siangnya.
"Mas.....ada yang ingin aku bicarakan juga, Mas tidak lelah kan?" ucap Dewi ragu-ragu.
"Kamu kira aku kelelahan setelah bermain denganmu tadi, bahkan sekarang aku masih kuat untuk babak kedua kalau kamu mau." Dewa menaik turunkan halisnya dan menampakan senyum jahilnya.
"Bukan gitu Mas, takutnya Mas mau istirahat." Ujar Dewi dengan suara lembut, ia mulai merasakan jantungnya berdebar-debar, tangannya pun mulai terasa dingin.
"Kamu mau bicara apa? Sekarang juga boleh." ujar Dewa
"Kita bicara di kamar ya Mas."
"Apa yang akan dibicarakan rahasia?" tanya Dewa heran, biasanya mereka membicarakan sesuatu di ruang tengah sambil santai.
"Oh...biar bisa lanjut babak ke dua kan? Ok kalau begitu, ayo kita ke kamar." tambah Dewa sambil beranjak menuju kamar.
Mereka duduk di sofa saling berhadapan. Dewi mulai terlihat gelisah, ia menyatukan kedua tangannya seolah sedang menyusun kekuatan untuk mulai pembicaraan.
"Apa yang mau kamu bicarakan Wi? Kok malah diam." tanya Dewa
"Itu Mas.....eu.....ini tentang......." Dewi bingung harus mulai dari mana, atau langsung bicara intinya.
"Kamu mau ngomong apa sih Wi? Kaya takut-takut gitu."
" Eu.....sebentar Mas." Dewi beranjak mengambil sesuatu di laci nakas. Ternyata ia mengambil hasil pemeriksaan USG Kharisa. Ia kembali duduk di sofa.
"Eu.....ini Mas." Dewi menyerahkan hasil pemeriksaan USG pada suaminya
"Apa ini?" Dewa langsung membuka lembar pertama tanpa membaca identitas yang tertera di lembar depan. Dewa melihat terpasang print out hasil pemeriksaan USG, ia tidak asing dengan gambar itu, pernah melihatnya saat kedua istrinya hamil.
"Kamu hamil lagi Wi...ha..ha...ha...." Dewa malah tertawa. " Kenapa kamu terlihat takut begitu, kamu gak mau hamil lagi? Gak mau punya anak lagi?" Dewa mengangkat dagu Dewi yang sejak tadi tertunduk.
"Kalau aku no problem Wi kita punya anak lagi, usia kamu masih memungkinkan untuk hamil dan melahirkan, sekarang ilmu kedokteran juga semakin canggih, kamu tenang saja jangan takut. Aku akan support kamu Wi." Dewa menangkup wajah Dewi seolah memberi dukungan.
" Kamu tenang saja Wi, aku tidak malu punya bayi lagi, walaupun lebih cocok jadi cucuku. Berarti aku masih laki-laki hebat kan Wi?"
bersambung........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
Liyam Sikumbang
hebat apa nya wong yang hamil anak gadis mu ko kok dewa
2023-03-25
0
Tien 💕💕
udah tua juga Dwwa masih semangat buat bikin baby😂😂😂
2021-08-11
0
Nafiza
papanya kharisa kocak...gesrek...seru...😂
semoga gak kena serangan jantung ya pa...
saat mendengar kenyataan kalau kharisa hamil...😞
2021-05-02
4