Ryanthi : Manisnya Kue, Pahitnya Kenyataan

Ryanthi : Manisnya Kue, Pahitnya Kenyataan

● SATU : Pembuka Hari

Matahari belum menunjukkan sinarnya, ketika Ryanthi terbangun. Gadis kecil itu menoleh kepada Farida yang masih terlelap di sebelahnya. Sorot mata Ryanthi menyiratkan keraguan, saat dirinya hendak membangunkan wanita yang merupakan ibu kandungnya tersebut.

"Bagaimana ini?" ucap Ryanthi. Dia memberanikan diri mengguncangkan tubuh Farida.

Sesaat kemudian, Farida membuka mata. "Ada apa?" tanya wanita itu lesu. "Sekarang masih gelap," ucapnya pelan. Farida kembali tidur. Dia membelakangi Ryanthi, yang saat itu terduduk sambil menatap nanar padanya.

"Aku ngompol lagi, Bu," bisik Ryanthi dengan wajah cemas. Dia takut jika Farida akan kembali memarahinya. Sesuatu yang kerap wanita itu lakukan, tiap kali Ryanthi ngompol di kasur.

Farida mengeluh pelan mendengar pengakuan putri kecilnya. Dia sudah sering memperingatkan putri semata wayangnya tersebut. Namun, entah kenapa Ryanthi selalu saja mengulanginya.

Perlahan, Farida bangkit dari tidurnya lalu duduk sambil berusaha mengumpulkan segenap tenaga, yang masih melanglang buana di alam mimpi. Diraihnya jepitan kecil, lalu dipasangkan pada rambut sehingga membentuk sanggul, meskipun tidak terlalu rapi. Farida juga sempat menguap panjang.

Ditatapnya wajah polos Ryanthi. Anak itu tertunduk takut. Baju dan celananya basah. Begitu juga dengan selimut yang hanya berupa kain jarik berwarna pudar, karena terlalu sering digunakan. "Ya Tuhan, Ryanthi! Baru tiga hari yang lalu Ibu mencuci kain jarik ini," keluh Farida.

Ryanthi tidak menjawab. Gadis kecil itu hanya menatap Farida dengan mata beningnya. Tentu saja, dia berharap agar dirinya tidak dimarahi lagi seperti hari-hari kemarin, saat melakukan kesalahan seperti itu.

Farida mengeluh sekali lagi. Tubuhnya masih sangat lelah. Dia juga mengantuk setelah hampir semalaman menyelesaikan pesanan kue tart dari tetangga. Akan tetapi, jika sudah begini keadaannya, dengan terpaksa dirinya harus bangun dan mengurus Ryanthi.

"Maaf, Ibu," ucap Ryanthi kecil lirih.

Farida tidak menjawab. Dia langsung bangkit. Tidak ada gunanya marah, karena itu tak akan mengubah apapun. Lagi pula, saat itu masih terlalu pagi untuk membuat kegaduhan. Semua orang pasti akan langsung bangun, jika ada suara berisik sedikit saja.

Tempat tinggal mereka merupakan kawasan padat penduduk. Kontrakan petak berbaur dengan rumah warga. Tata letak bangunan pun tidak beraturan. Terkadang mereka harus menerobos jemuran milik tetangga, ketika akan melewati jalan. Sementara, jalur menuju kontrakan yang di tempati Farida berada di bagian atas. Akses masuk ke sana hanya berupa gang sempit untuk satu motor saja.

Tinggal di tempat seperti itu tentunya bukan keinginan Farida. Terlebih, dia harus membawa serta Ryanthi yang masih kecil. Usia sang putri baru sekitar lima tahun, ketika dia dibawa pindah ke sana. Sebuah kontrakan petak yang tidak terlalu besar, dengan harga per bulan sebesar lima ratus ribu rupiah.

Lima ratus ribu bukanlah nominal sedikit bagi orang tua tunggal seperti Farida, yang bertahan hidup hanya dari berjualan kue. Akan tetapi, wanita itu merasa sangat beruntung, karena si pemilik kontrakan sangat baik padanya. Mereka kerap memberikan kelonggaran dalam hal pembayaran.

"Apa semua buku pelajaran untuk hari ini sudah kamu masukkan ke dalam tas?" tanya Farida sambil duduk di dekat Ryanthi yang tengah mengenakan sepatu.

"Sudah, Bu," jawab Ryanthi yang kini telah duduk di sekolah dasar. "Bu, di kelasku ada acara piknik bulan depan. Semua teman-teman ikut. Sebentar." Ryanthi membuka resleting saku tasnya. Dia mengeluarkan selembar kertas. "Kata Bu Maryati, surat ini harus diberikan kepada orang tua," ujar gadis kecil itu seraya menyodorkan kertas berisi tulisan yang diketik rapi.

Farida meletakkan piring berisi nasi putih dan telur dadar di atas karpet. "Kamu makan saja dulu sambil menunggu Alesha," suruhnya. Selagi Ryanthi menyantap menu sarapan sederhana tadi, Farida membaca tulisan yang tertera di kertas.

Di sana, tertera jelas bahwa sekolah akan mengadakan piknik tahunan. Rincian biaya pun dijabarkan jelas, berakhir pada angka ratusan ribu sebagai totalan dari segala macam yang masuk dalam agenda piknik.

"Ya, Tuhan." Farida bergumam pelan. Dia mengalihkan perhatian kepada Ryanthi yang sudah menyelesaikan sarapan. "Di sini tertera bahwa seluruh biaya harus dilunasi akhir bulan ini. Kenapa pihak sekolah memberikan surat pemberitahuannya sangat mendadak?"

"Maaf, Bu," ucap Ryanthi sambil meletakkan gelas, di samping piring kotor yang telah kosong. "Sebenarnya, surat itu sudah diberikan sejak dua minggu yang lalu. Aku lupa memberikannya kepada Ibu." Ryanthi memasang raut penuh sesal. Dia tahu bahwa sebentar lagi dirinya akan menerima teguran keras dari sang ibu.

"Astaga, Ryanthi," decak Farida seraya menggeleng tak percaya. "Kamu tahu berapa biaya yang harus Ibu persiapkan kali ini? Bagaimana caranya mencari uang tiga ratus lima puluh ribu dalam jangka waktu dua hari? Apa kamu tidak berpikir seperti apa kondisi ibumu ini?"

"Maaf, Bu. Aku lupa," kilah Ryanthi tak berani memberikan pembelaan selain itu.

"Kenapa selalu saja mengatakan lupa?" Farida terdengar begitu kesal. "Berkali-kali ibu tegaskan padamu, kita bukan orang kaya. Teman-temanmu bisa menghabiskan uang seratus ribu hanya untuk bersenang-senang. Sementara, bagi kita ... uang sebanyak itu bisa digunakan untuk membeli makanan selama tiga hari. Jadi, berpikirlah sedikit saja!"

Pagi-pagi, Farida sudah dibuat kesal oleh Ryanthi. Beban yang harus dirinya tanggung selama bertahun-tahun, terasa kian berat.

"Lalu, bagaimana?" tanya Ryanthi pelan.

"Apanya yang bagaimana?" Farida balik bertanya.

Ryanthi terlihat ragu untuk berbicara. Namun, kepolosannya sebagai seorang anak berusia delapan tahun tak bisa dirinya tutupi. "Teman-temanku sudah membayar uang untuk piknik. Hanya aku yang belum," ujarnya.

Farida mengembuskan napas panjang. Dalam hati kecil wanita itu, sebenarnya dia merasa tak tega. Namun, kondisi keuangan mereka memang tidak memungkinkan. "Ya, sudah. Kamu tidak usah mengikuti acara piknik tahunan sekolah. Katakan saja bahwa Ibu tidak punya uang," putus Farida. Dia mengambil piring dan gelas bekas sarapan Ryanthi, lalu beranjak ke dapur.

"Bu ...." Ryanthi mengikuti langkah sang ibu dengan mata berkaca-kaca. Namun, jika Farida sudah membuat keputusan, maka tak ada siapa pun yang bisa mencegahnya.

Sementara di dalam dapur. Farida meletakkan piring dan gelas tadi di dalam baskom. Wanita itu terdiam beberapa saat, hingga suara Ryanthi kembali menyadarkannya dari lamunan.

"Alesha sudah datang. Aku berangkat dulu," pamit Ryanthi ragu, karena dia tahu bahwa sang ibu sedang merasa kesal terhadapnya.

Farida menoleh. Dia menghela napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya perlahan. Farida biasa melakukan itu, ketika dirinya tengah dilanda kegalauan. "Ya, sudah." Farida tersenyum lembut. Dia mendekat kepada Ryanthi, lalu membelai pucuk kepala gadis kecil tersebut. "Sampaikan pada Bu Maryati, kamu akan melunasi biayanya akhir bulan ini."

🍒🍒🍒

Hai, semua. Selamat datang di novel pertama ceuceu. Mohon maaf jika masih banyak kekurangan dalam penulisan atau apapun yang berkaitan dengan novel ini. Semoga bisa memghibur dan menemani waktu senggang teman-teman pembaca di manapun berada. Jangan lupa, berikan dukungannya dengan like, love, dan komen sebanyak-banyaknya. Terima kasih.

🍒 Komalasari

Terpopuler

Comments

Maisha Intania

Maisha Intania

aq hadir ceuceu... selalu puas dengan cerita ceuceu.. jadi penasaran..

2023-08-17

1

Octavia Via

Octavia Via

cantik banget

2022-12-12

1

Tengku Nafisa

Tengku Nafisa

aku mampir...sptnya menarik

2021-11-21

1

lihat semua
Episodes
1 ● SATU : Pembuka Hari
2 ● DUA : Sekeras Batu Karang
3 ● TIGA : Misteri Sebuah Donat
4 ● EMPAT : Merindukan Sang Ayah
5 ● LIMA : Kerinduan Terpendam
6 ● ENAM : Menarik Masa Lalu
7 ● TUJUH : Dua Nama Keramat
8 ● DELAPAN : Kepergian Orang Terkasih
9 ● SEMBILAN : Kehilangan Paling Menyakitkan
10 ● SEPULUH : Kembali ke Rumah
11 ● SEBELAS : Awal Perjalanan
12 ● DUA BELAS : Sambutan Tak Menyenangkan
13 ● TIGA BELAS : Rasa Cemburu
14 ● EMPAT BELAS : Menghilang
15 ● LIMA BELAS : Mencari Jawaban
16 ● ENAM BELAS : Korban Masa Lalu
17 ●TUJUH BELAS : Kenangan yang Ternoda
18 ● DELAPAN BELAS : Pengkhianatan
19 ● SEMBILAN BELAS : Pria Berkharisma
20 ● DUA PULUH : Kesan Pertama
21 ● DUA PULUH SATU : Keputusan Sulit
22 ● DUA PULUH DUA : Paksaan
23 ● DUA PULUH TIGA : Melepaskan Beban
24 • DUA PULUH EMPAT : Keputusan Besar Dua Keluarga
25 ● DUA PULUH LIMA : Tuan Tampan sang Penakluk
26 ● DUA PULUH ENAM : Tatapan Seorang Adrian
27 ● DUA PULUH TUJUH : Rayuan Usang Tuan Tampan
28 ● DUA PULUH DELAPAN : Permintaan Istimewa
29 ● DUA PULUH SEMBILAN : Kejutan di Pesta Pernikahan
30 ● TIGA PULUH : Teman Bermain
31 ● TIGA PULUH SATU : Syarat Mengejutkan
32 ● TIGA PULUH DUA : Kecupan Sebelum Pulang
33 ● TIGA PULUH TIGA : Saatnya Bercukur
34 • TIGA PULUH EMPAT : Satu Menit Sepuluh Detik
35 • TIGA PULUH LIMA : Dua Kali dalam Semalam
36 ● TIGA PULUH ENAM : Tempat Ternyaman
37 ● TIGA PULUH TUJUH : Di Penghujung Malam
38 ● TIGA PULUH DELAPAN : Masa Lalu yang Kembali
39 ● TIGA PULUH SEMBILAN : Cinta yang Menakutkan
40 ● EMPAT PULUH : Di Balik Kegelapan Malam
41 ● EMPAT PULUH SATU : Adrian Vs Adonan Kue
42 • EMPAT PULUH DUA : Kue Perdamaian
43 • EMPAT PULUH TIGA : Gaun Putih dan Foto Kenangan
44 ● EMPAT PULUH EMPAT : Galau
45 ● EMPAT PULUH LIMA : Titik Balik Vera
46 ● EMPAT PULUH ENAM : Memadu Kasih
47 ● EMPAT PULUH TUJUH : Menumbuhkan Keyakinan
48 ● EMPAT PULUH DELAPAN : Patah Hati
49 ● EMPAT PULUH SEMBILAN : Haruskah Melepaskan?
50 ● LIMA PULUH : Putus
51 ● LIMA PULUH SATU : Lepas Kontrol
52 ● LIMA PULUH DUA : Senja Berdua
53 ● LIMA PULUH TIGA : Es Krim di Pundak
54 ● LIMA PULUH EMPAT : Secercah Semangat di Balik Rasa Takut
55 ● LIMA PULUH LIMA : Kisah Manis Menjelang Perpisahan
56 ● LIMA PULUH ENAM : Dalam Penantian
57 ● LIMA PULUH TUJUH : Kebaya Pengantin
58 ● LIMA PULUH DELAPAN : Siang yang Panas
59 ● LIMA PULUH SEMBILAN
60 ENAM PULUH
61 ● ENAM PULUH SATU
62 ● ENAM PULUH DUA
63 Kepulangan Arumi
64 Angin dan Langit Malam
65 "Sweet in Jar"
66 Tangkapan Sempurna
67 Perkenalan Singkat
68 Pesanan Pertama
69 Pesan Tidak Terduga
70 Pengganggu yang Menawan
71 Mr. Charming
72 Mengenang Arya
73 Hadiah Termewah
74 Di Penghujung Senja
75 Mengusik Jiwa
76 Menagih Janji
77 Rasa Penasaran
78 Pemberontak yang Manis
79 Ciuman Pertama dari Moedya
80 Kenangan yang Kembali
81 Adrian dan Masa Lalu Ryanthi
82 Berdamai Dengan Kenangan
83 Pilihan Cinta
84 Bertemu Ranum
85 Adrian, Cinta Terdalam
86 Rintihan Pilu Ryanthi
87 Pesan dari Adrian
88 Rindu yang Tak Terucap
89 Dua Pengganggu Rupawan
90 Sesuatu yang Masih Samar
91 Bertemu Vera
92 Pesona Pria Bertato
93 Mengenang yang Telah Pergi
94 Salam Perpisahan dari Edgar
95 Tuan Tampan
96 Tantangan dari Keanu
97 Merayu Arumi 1
98 Merayu Arumi 2
99 Menatap Wajah Keanu
100 Ketertarikan
101 Tiga Kisah
102 Pendekatan Lagi
103 Duka Tersembunyi
104 Memulai Komitmen
105 Rahasia Puspa
106 Ketika Hujan Deras
107 Curhat Keanu
108 Pengakuan Puspa
109 Melepas Rindu
110 Langkah Pertama
111 Bertemu Calon Mertua
112 Transaksi yang Memuakan
113 Malam Bersama Puspa
114 Menghabiskan Malam
115 Kepedihan yang Terungkap
116 Tanda Tanya untuk Moedya
117 Palmier
118 Tatapan Misterius Puspa
119 Kebenaran Moedya
120 Perbincangan yang Memanas
121 Melepaskan Belenggu Kepolosan
122 Janji Moedya untuk Arumi
123 Tabir yang Terungkap
124 Memeluk Bleeby
125 Kejujuran Moedya, Kebijaksanaan Arumi
126 Malaikat Penolong
127 Keputusan Tegas Moedya
128 Pukulan Telak untuk Ranum
129 Pelukan Sahabat
130 Putusan Hukuman untuk Moedya
131 Akhir Kisah Kerinduan
132 Pegumuman
Episodes

Updated 132 Episodes

1
● SATU : Pembuka Hari
2
● DUA : Sekeras Batu Karang
3
● TIGA : Misteri Sebuah Donat
4
● EMPAT : Merindukan Sang Ayah
5
● LIMA : Kerinduan Terpendam
6
● ENAM : Menarik Masa Lalu
7
● TUJUH : Dua Nama Keramat
8
● DELAPAN : Kepergian Orang Terkasih
9
● SEMBILAN : Kehilangan Paling Menyakitkan
10
● SEPULUH : Kembali ke Rumah
11
● SEBELAS : Awal Perjalanan
12
● DUA BELAS : Sambutan Tak Menyenangkan
13
● TIGA BELAS : Rasa Cemburu
14
● EMPAT BELAS : Menghilang
15
● LIMA BELAS : Mencari Jawaban
16
● ENAM BELAS : Korban Masa Lalu
17
●TUJUH BELAS : Kenangan yang Ternoda
18
● DELAPAN BELAS : Pengkhianatan
19
● SEMBILAN BELAS : Pria Berkharisma
20
● DUA PULUH : Kesan Pertama
21
● DUA PULUH SATU : Keputusan Sulit
22
● DUA PULUH DUA : Paksaan
23
● DUA PULUH TIGA : Melepaskan Beban
24
• DUA PULUH EMPAT : Keputusan Besar Dua Keluarga
25
● DUA PULUH LIMA : Tuan Tampan sang Penakluk
26
● DUA PULUH ENAM : Tatapan Seorang Adrian
27
● DUA PULUH TUJUH : Rayuan Usang Tuan Tampan
28
● DUA PULUH DELAPAN : Permintaan Istimewa
29
● DUA PULUH SEMBILAN : Kejutan di Pesta Pernikahan
30
● TIGA PULUH : Teman Bermain
31
● TIGA PULUH SATU : Syarat Mengejutkan
32
● TIGA PULUH DUA : Kecupan Sebelum Pulang
33
● TIGA PULUH TIGA : Saatnya Bercukur
34
• TIGA PULUH EMPAT : Satu Menit Sepuluh Detik
35
• TIGA PULUH LIMA : Dua Kali dalam Semalam
36
● TIGA PULUH ENAM : Tempat Ternyaman
37
● TIGA PULUH TUJUH : Di Penghujung Malam
38
● TIGA PULUH DELAPAN : Masa Lalu yang Kembali
39
● TIGA PULUH SEMBILAN : Cinta yang Menakutkan
40
● EMPAT PULUH : Di Balik Kegelapan Malam
41
● EMPAT PULUH SATU : Adrian Vs Adonan Kue
42
• EMPAT PULUH DUA : Kue Perdamaian
43
• EMPAT PULUH TIGA : Gaun Putih dan Foto Kenangan
44
● EMPAT PULUH EMPAT : Galau
45
● EMPAT PULUH LIMA : Titik Balik Vera
46
● EMPAT PULUH ENAM : Memadu Kasih
47
● EMPAT PULUH TUJUH : Menumbuhkan Keyakinan
48
● EMPAT PULUH DELAPAN : Patah Hati
49
● EMPAT PULUH SEMBILAN : Haruskah Melepaskan?
50
● LIMA PULUH : Putus
51
● LIMA PULUH SATU : Lepas Kontrol
52
● LIMA PULUH DUA : Senja Berdua
53
● LIMA PULUH TIGA : Es Krim di Pundak
54
● LIMA PULUH EMPAT : Secercah Semangat di Balik Rasa Takut
55
● LIMA PULUH LIMA : Kisah Manis Menjelang Perpisahan
56
● LIMA PULUH ENAM : Dalam Penantian
57
● LIMA PULUH TUJUH : Kebaya Pengantin
58
● LIMA PULUH DELAPAN : Siang yang Panas
59
● LIMA PULUH SEMBILAN
60
ENAM PULUH
61
● ENAM PULUH SATU
62
● ENAM PULUH DUA
63
Kepulangan Arumi
64
Angin dan Langit Malam
65
"Sweet in Jar"
66
Tangkapan Sempurna
67
Perkenalan Singkat
68
Pesanan Pertama
69
Pesan Tidak Terduga
70
Pengganggu yang Menawan
71
Mr. Charming
72
Mengenang Arya
73
Hadiah Termewah
74
Di Penghujung Senja
75
Mengusik Jiwa
76
Menagih Janji
77
Rasa Penasaran
78
Pemberontak yang Manis
79
Ciuman Pertama dari Moedya
80
Kenangan yang Kembali
81
Adrian dan Masa Lalu Ryanthi
82
Berdamai Dengan Kenangan
83
Pilihan Cinta
84
Bertemu Ranum
85
Adrian, Cinta Terdalam
86
Rintihan Pilu Ryanthi
87
Pesan dari Adrian
88
Rindu yang Tak Terucap
89
Dua Pengganggu Rupawan
90
Sesuatu yang Masih Samar
91
Bertemu Vera
92
Pesona Pria Bertato
93
Mengenang yang Telah Pergi
94
Salam Perpisahan dari Edgar
95
Tuan Tampan
96
Tantangan dari Keanu
97
Merayu Arumi 1
98
Merayu Arumi 2
99
Menatap Wajah Keanu
100
Ketertarikan
101
Tiga Kisah
102
Pendekatan Lagi
103
Duka Tersembunyi
104
Memulai Komitmen
105
Rahasia Puspa
106
Ketika Hujan Deras
107
Curhat Keanu
108
Pengakuan Puspa
109
Melepas Rindu
110
Langkah Pertama
111
Bertemu Calon Mertua
112
Transaksi yang Memuakan
113
Malam Bersama Puspa
114
Menghabiskan Malam
115
Kepedihan yang Terungkap
116
Tanda Tanya untuk Moedya
117
Palmier
118
Tatapan Misterius Puspa
119
Kebenaran Moedya
120
Perbincangan yang Memanas
121
Melepaskan Belenggu Kepolosan
122
Janji Moedya untuk Arumi
123
Tabir yang Terungkap
124
Memeluk Bleeby
125
Kejujuran Moedya, Kebijaksanaan Arumi
126
Malaikat Penolong
127
Keputusan Tegas Moedya
128
Pukulan Telak untuk Ranum
129
Pelukan Sahabat
130
Putusan Hukuman untuk Moedya
131
Akhir Kisah Kerinduan
132
Pegumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!