● EMPAT : Merindukan Sang Ayah

"Baik," jawab Ryanthi singkat. Saat itu, dia sangat lelah juga mengantuk, sehingga dirinya hanya menjawab secara singkat.

"Maksud Ibu, seperti apa hubungan kalian sekarang? Ibu rasa, kalian sudah pacaran cukup lama. Apakah Arshan belum mengutarakan niat yang serius padamu?" tanya Farida lebih jelas.

Ryanthi tidak langsung menjawab. Matanya kembali terpejam. Dia juga tengah memikirkan  jawaban yang tepat untuk disampaikan kepada Farida. Ryanthi hanya menguap beberapa kali. Dia benar-benar malas, jika sudah mendapat pertanyaan seperti itu dari sang ibu.

Farida seakan mengerti dengan sikap putrinya. Ketika Ryanthi memilih diam, maka artinya gadis itu tidak menyukai topik pembicaraan yang sedang mereka bahas. Akan tetapi, Farida sangat penasaran. Dia hanya ingin mengetahui sejauh mana kisah kasih putrinya. Selama ini, Ryanthi jarang sekali bercerita tentang hal itu terhadapnya.

"Arshan pria yang baik bukan? Sepertinya, dia juga dapat Ibu andalkan untuk menjaga serta melindungimu," ucap Farida, seakan tengah memancing Ryanthi agar bicara.

"Kata siapa? Kenapa Ibu berpikir sejauh itu? Aku tidak butuh siapa pun untuk menjagaku. Aku masih memiliki Ibu." Ryanthi memegang tangan Farida, lalu memainkan jarinya. Apa yang dia lakukan, sama persis seperti yang sering diperbuatnya belasan tahun silam.

"Memangnya kenapa, Nak? Apakah kalian bertengkar lagi?" selidik Farida. Dia menjadi semakin ingin penasaran.

Ryanthi bukan tipe gadis yang terbuka dalam segala hal kepada ibunya. Dia memang kerap bercerita beberapa hal. Namun, ada juga yang dirinya simpan untuk diri sendiri. Salah satunya adalah setiap kali dia bermasalah dengan Arshan.

Bukannya tak ingin berbagi cerita dengan sang ibu. Ryanthi hanya tidak mau jika masalah pribadinya menjadi beban pikiran bagi Farida. Terlebih, dengan kondisi kesehatan wanita itu yang belum stabil.

"Jangan khawatir, Bu. Hubunganku dengan Arshan baik-baik saja. Dia hanya sedang sibuk. Jadi, belum sempat mampir kemari," jelas Ryanthi memberikan jawaban yang Farida inginkan.

"Untuk masalah yang Ibu maksud, aku sama sekali belum terpikir ke arah sana. Aku hanya ingin membahagiakan Ibu terlebih dulu. Jika Tuhan mengizinkan, semoga setelah semua cita-cita besar kita terwujud," harap Ryanthi.

"Usiamu sudah dua puluh tiga tahun, Nak." Nada bicara Farida seakan tengah mengingatkan putrinya, bahwa usia gadis itu telah cukup untuk berumah tangga.

Ryanthi bangkit dari tidurnya. Dia duduk di dekat sang ibu. Kembali diraih, lalu digenggamnya tangan berbalut kulit keriput wanita paruh baya tersebut. "Bukankah Ibu ingin agar aku bisa melanjutkan kuliah di luar negeri?"

"Ya, tentu saja. Itu harapan terbesar Ibu sampai kapanpun," sahut Farida.

"Aku akan berjuang untuk mewujudkan hal itu. Aku ingin membuat Ibu bangga." Ryanthi tersenyum simpul. "Sekarang, sebaiknya Ibu kembali beristirahat. Aku harus menggoreng donat terlebih dulu." Ryanthi beranjak dari duduknya. Dia membawa loyang paling ujung ke dapur. Gadis itu harus menyelesaikan pekerjaannya.

......................

Sore itu, Ryanthi baru selesai mandi. Sementara, Farida kembali terbaring di tempat tidur. Selesai berpakaian, Ryanthi kemudian menghampiri ibunya. Dia membawakan sepiring nasi ditemani sayur sop berisi wortel dan daging ayam. Itulah menu sederhana yang seringkali Ryanthi sajikan untuk sang ibu, yang harus kembali dikalahkan oleh penyakit.

Farida tampak sedang tertidur pulas. Padahal, dia belum sempat minum obat. Ryanthi memilih duduk di dekat tempat tidur sang ibu, lalu memperhatikan wanita yang sudah mulai menua tersebut.

Ada beberapa lembar rambut berwarna putih, di antara rambut hitam Farida. Kulitnya pun kini sudah mulai keriput. Pandangan Ryanthi beralih pada tangan sang ibu. Meski tidak sekuat dulu, tapi Ryanthi akan selalu ingat bahwa tangan itulah yang telah membuatnya menjadi seperti sekarang. Dia tahu betul seberapa kuat tangan seorang Farida, sehingga mampu menopang kehidupan mereka hingga bisa menjadi seperti saat ini.

Farida telah berjuang dengan sangat keras, sehingga Ryanthi dapat bersekolah. Walaupun impiannya untuk melanjutkan kuliah belum dapat terwujud, tapi Ryanthi tidak menyesal. Gadis berambut pendek itu sudah sangat bersyukur, karena dapat membantu meringankan beban Farida.

Ryanthi menyudahi lamunan tadi. Sudah waktunya bagi Farida untuk minum obat. Akan tetapi, wanita itu masih tertidur pulas.

Disentuhnya kening sang ibu. Demam yang dialami Farida belum juga turun. Ryanthi ingin membangunkannya, tetapi tidak berani. Dia merapikan makanan yang dibawanya di samping tempat tidur, lalu menutup rapat. Setelah itu, Ryanthi beranjak keluar dari kamar.

Gadis dengan celana kulot pendek itu duduk termenung seorang diri. Entah apa yang tengah dia pikirkan. Terlalu banyak hal yang berputar di dalam kepala seorang Ryanthi. Dalam suasana hening seperti itu, semua masalah hidup seakan menghampiri dan masuk ke dalam benaknya. Salah satu yang menjadi ganjalan bagi gadis cantik itu adalah kelanjutan hubungannya dengan Arshan.

Pria yang telah menjalin hubungan kasih cukup lama dengannya itu, belum datang lagi ke sana setelah terakhir kali mereka bertengkar. Ryanthi berpikir bahwa Arshan masih sangat kesal, karena Ryanthi dianggap lebih mementingkan hal lain daripada dirinya. Arshan begitu tergila-gila kepada Ryanthi. Tidak jarang pria itu bersikap sangat posesif.

Lamunan Ryanthi terhenti, ketika dia mendengar suara Farida yang mulai terbangun. Gadis itu segera beranjak ke dalam kamar untuk melihat kondisi sang ibu. Tampaklah Farida yang berusaha untuk bangun. Sepertinya, dia ingin mengambil gelas di atas meja sebelah tempat tidur.

"Ibu," tegur Ryanthi pelan. Dia bergegas menghampiri Farida. Ryanthi segera mengambilkan gelas tadi, kemudian membantu ibunya minum. Setelah itu, Farida kembali membaringkan badannya yang lemah.

"Makan dulu Bu. Aku sudah menyiapkannya," ucap Ryanthi seraya menunjuk pada nampan plastik di samping tempat tidur.

Farida menatap sayu Ryanthi. Wanita itu mengangguk pelan. Tubuhnya tampak sangat lemah, sampai-sampai dia seperti tidak memiliki tenaga untuk berbicara sekalipun.

Tanpa banyak bicara, Ryanthi segera mengambil makanan yang ada di atas nampan plastik tadi. Dia harus memaksa Farida untuk makan, agar sang ibu dapat meminum obatnya. Sementara, Farida berniat untuk bangun lagi, tapi Ryanthi mencegahnya. "Tidak apa-apa Bu. Berbaring saja," ucap gadis itu lembut.

Farida terus menatap putri kecilnya yang kini telah beranjak dewasa. Dia lalu tersenyum. Paras cantik wanita itu berangsur memudar, berganti dengan wajah pucat penuh beban karena rasa sakit.

Ryanthi menyuapi Farida pelan-pelan. Sesendok demi sesendok makanan itu masuk ke mulut sang ibu, meskipun tidak dihabiskan semua. Namun, itu sudah jauh lebih dari cukup.

"Ibu harus minum obat dulu. Setelah itu baru boleh tidur lagi," ucap Ryanthi diiringi senyum lembut. Dia lalu menyiapkan obat yang telah diberikan oleh dokter dari puskesmas.

Farida tidak banyak membantah. Perlahan, wanita itu bangkit. Sambil duduk bersandar, dia memasukan obat satu per satu. Setelah selesai, Farida kembali berbaring.

"Silakan tidur lagi, Bu. Aku ada ruang tengah. Jika Ibu butuh sesuatu, jangan sungkan untuk memanggilku," pesan Ryanthi yang hanya berbalas anggukan lemah dari Farida.

Ryanthi kemudian berdiri. Dia menatap wajah ibunya yang kembali memejamkan mata. Ada banyak perasaan yang berkecamuk dalam hati gadis itu. Dia belum sempat membawa Farida untuk berobat ke rumah sakit, agar sang ibu mendapatkan perawatan dari dokter yang jauh lebih ahli.

Ryanthi tidak tahu Farida sakit apa. Wanita paruh baya itu tidak pernah mengeluh. Dokter pun hanya mengatakan bahwa Farida membutuhkan istirahat yang cukup.

Sebenarnya, Ryanthi berharap agar sang ayah datang dan melihat keadaan mereka. Namun, itu sesuatu yang tidak mungkin, karena dia sendiri tidak tahu apakah ayahnya masih hidup atau sudah tiada.

Ryanthi masih memiliki harapan, meskipun tidak pernah dia ungkapkan. Jauh di dalam lubuk hatinya, dia mulai merindukan pria itu. Ryanthi tidak yakin apakah sang ayah merasakan hal yang sama. Namun, dia selalu berdoa agar Tuhan dapat memberikan jalan terbaik bagi dirinya juga Farida.

Tidak ada keinginan paling besar yang menjadi fokus Ryanthi sekarang, selain kesembuhan Farida. Ryanthi akan terus berusaha untuk membuat wanita itu kembali sehat seperti sediakala. Bagaimanapun caranya.

Terpopuler

Comments

Devita Alexandra Alexandra

Devita Alexandra Alexandra

ku menangiiiiss...Thor sedih bngt

2021-11-20

1

Danendra Faiz

Danendra Faiz

ko sedih yyy😭

2021-11-20

1

Quora_youtixs🖋️

Quora_youtixs🖋️

😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭
turut berdukacita 🙇🙇🙇🙇🙇

2021-08-17

2

lihat semua
Episodes
1 ● SATU : Pembuka Hari
2 ● DUA : Sekeras Batu Karang
3 ● TIGA : Misteri Sebuah Donat
4 ● EMPAT : Merindukan Sang Ayah
5 ● LIMA : Kerinduan Terpendam
6 ● ENAM : Menarik Masa Lalu
7 ● TUJUH : Dua Nama Keramat
8 ● DELAPAN : Kepergian Orang Terkasih
9 ● SEMBILAN : Kehilangan Paling Menyakitkan
10 ● SEPULUH : Kembali ke Rumah
11 ● SEBELAS : Awal Perjalanan
12 ● DUA BELAS : Sambutan Tak Menyenangkan
13 ● TIGA BELAS : Rasa Cemburu
14 ● EMPAT BELAS : Menghilang
15 ● LIMA BELAS : Mencari Jawaban
16 ● ENAM BELAS : Korban Masa Lalu
17 ●TUJUH BELAS : Kenangan yang Ternoda
18 ● DELAPAN BELAS : Pengkhianatan
19 ● SEMBILAN BELAS : Pria Berkharisma
20 ● DUA PULUH : Kesan Pertama
21 ● DUA PULUH SATU : Keputusan Sulit
22 ● DUA PULUH DUA : Paksaan
23 ● DUA PULUH TIGA : Melepaskan Beban
24 • DUA PULUH EMPAT : Keputusan Besar Dua Keluarga
25 ● DUA PULUH LIMA : Tuan Tampan sang Penakluk
26 ● DUA PULUH ENAM : Tatapan Seorang Adrian
27 ● DUA PULUH TUJUH : Rayuan Usang Tuan Tampan
28 ● DUA PULUH DELAPAN : Permintaan Istimewa
29 ● DUA PULUH SEMBILAN : Kejutan di Pesta Pernikahan
30 ● TIGA PULUH : Teman Bermain
31 ● TIGA PULUH SATU : Syarat Mengejutkan
32 ● TIGA PULUH DUA : Kecupan Sebelum Pulang
33 ● TIGA PULUH TIGA : Saatnya Bercukur
34 • TIGA PULUH EMPAT : Satu Menit Sepuluh Detik
35 • TIGA PULUH LIMA : Dua Kali dalam Semalam
36 ● TIGA PULUH ENAM : Tempat Ternyaman
37 ● TIGA PULUH TUJUH : Di Penghujung Malam
38 ● TIGA PULUH DELAPAN : Masa Lalu yang Kembali
39 ● TIGA PULUH SEMBILAN : Cinta yang Menakutkan
40 ● EMPAT PULUH : Di Balik Kegelapan Malam
41 ● EMPAT PULUH SATU : Adrian Vs Adonan Kue
42 • EMPAT PULUH DUA : Kue Perdamaian
43 • EMPAT PULUH TIGA : Gaun Putih dan Foto Kenangan
44 ● EMPAT PULUH EMPAT : Galau
45 ● EMPAT PULUH LIMA : Titik Balik Vera
46 ● EMPAT PULUH ENAM : Memadu Kasih
47 ● EMPAT PULUH TUJUH : Menumbuhkan Keyakinan
48 ● EMPAT PULUH DELAPAN : Patah Hati
49 ● EMPAT PULUH SEMBILAN : Haruskah Melepaskan?
50 ● LIMA PULUH : Putus
51 ● LIMA PULUH SATU : Lepas Kontrol
52 ● LIMA PULUH DUA : Senja Berdua
53 ● LIMA PULUH TIGA : Es Krim di Pundak
54 ● LIMA PULUH EMPAT : Secercah Semangat di Balik Rasa Takut
55 ● LIMA PULUH LIMA : Kisah Manis Menjelang Perpisahan
56 ● LIMA PULUH ENAM : Dalam Penantian
57 ● LIMA PULUH TUJUH : Kebaya Pengantin
58 ● LIMA PULUH DELAPAN : Siang yang Panas
59 ● LIMA PULUH SEMBILAN
60 ENAM PULUH
61 ● ENAM PULUH SATU
62 ● ENAM PULUH DUA
63 Kepulangan Arumi
64 Angin dan Langit Malam
65 "Sweet in Jar"
66 Tangkapan Sempurna
67 Perkenalan Singkat
68 Pesanan Pertama
69 Pesan Tidak Terduga
70 Pengganggu yang Menawan
71 Mr. Charming
72 Mengenang Arya
73 Hadiah Termewah
74 Di Penghujung Senja
75 Mengusik Jiwa
76 Menagih Janji
77 Rasa Penasaran
78 Pemberontak yang Manis
79 Ciuman Pertama dari Moedya
80 Kenangan yang Kembali
81 Adrian dan Masa Lalu Ryanthi
82 Berdamai Dengan Kenangan
83 Pilihan Cinta
84 Bertemu Ranum
85 Adrian, Cinta Terdalam
86 Rintihan Pilu Ryanthi
87 Pesan dari Adrian
88 Rindu yang Tak Terucap
89 Dua Pengganggu Rupawan
90 Sesuatu yang Masih Samar
91 Bertemu Vera
92 Pesona Pria Bertato
93 Mengenang yang Telah Pergi
94 Salam Perpisahan dari Edgar
95 Tuan Tampan
96 Tantangan dari Keanu
97 Merayu Arumi 1
98 Merayu Arumi 2
99 Menatap Wajah Keanu
100 Ketertarikan
101 Tiga Kisah
102 Pendekatan Lagi
103 Duka Tersembunyi
104 Memulai Komitmen
105 Rahasia Puspa
106 Ketika Hujan Deras
107 Curhat Keanu
108 Pengakuan Puspa
109 Melepas Rindu
110 Langkah Pertama
111 Bertemu Calon Mertua
112 Transaksi yang Memuakan
113 Malam Bersama Puspa
114 Menghabiskan Malam
115 Kepedihan yang Terungkap
116 Tanda Tanya untuk Moedya
117 Palmier
118 Tatapan Misterius Puspa
119 Kebenaran Moedya
120 Perbincangan yang Memanas
121 Melepaskan Belenggu Kepolosan
122 Janji Moedya untuk Arumi
123 Tabir yang Terungkap
124 Memeluk Bleeby
125 Kejujuran Moedya, Kebijaksanaan Arumi
126 Malaikat Penolong
127 Keputusan Tegas Moedya
128 Pukulan Telak untuk Ranum
129 Pelukan Sahabat
130 Putusan Hukuman untuk Moedya
131 Akhir Kisah Kerinduan
132 Pegumuman
Episodes

Updated 132 Episodes

1
● SATU : Pembuka Hari
2
● DUA : Sekeras Batu Karang
3
● TIGA : Misteri Sebuah Donat
4
● EMPAT : Merindukan Sang Ayah
5
● LIMA : Kerinduan Terpendam
6
● ENAM : Menarik Masa Lalu
7
● TUJUH : Dua Nama Keramat
8
● DELAPAN : Kepergian Orang Terkasih
9
● SEMBILAN : Kehilangan Paling Menyakitkan
10
● SEPULUH : Kembali ke Rumah
11
● SEBELAS : Awal Perjalanan
12
● DUA BELAS : Sambutan Tak Menyenangkan
13
● TIGA BELAS : Rasa Cemburu
14
● EMPAT BELAS : Menghilang
15
● LIMA BELAS : Mencari Jawaban
16
● ENAM BELAS : Korban Masa Lalu
17
●TUJUH BELAS : Kenangan yang Ternoda
18
● DELAPAN BELAS : Pengkhianatan
19
● SEMBILAN BELAS : Pria Berkharisma
20
● DUA PULUH : Kesan Pertama
21
● DUA PULUH SATU : Keputusan Sulit
22
● DUA PULUH DUA : Paksaan
23
● DUA PULUH TIGA : Melepaskan Beban
24
• DUA PULUH EMPAT : Keputusan Besar Dua Keluarga
25
● DUA PULUH LIMA : Tuan Tampan sang Penakluk
26
● DUA PULUH ENAM : Tatapan Seorang Adrian
27
● DUA PULUH TUJUH : Rayuan Usang Tuan Tampan
28
● DUA PULUH DELAPAN : Permintaan Istimewa
29
● DUA PULUH SEMBILAN : Kejutan di Pesta Pernikahan
30
● TIGA PULUH : Teman Bermain
31
● TIGA PULUH SATU : Syarat Mengejutkan
32
● TIGA PULUH DUA : Kecupan Sebelum Pulang
33
● TIGA PULUH TIGA : Saatnya Bercukur
34
• TIGA PULUH EMPAT : Satu Menit Sepuluh Detik
35
• TIGA PULUH LIMA : Dua Kali dalam Semalam
36
● TIGA PULUH ENAM : Tempat Ternyaman
37
● TIGA PULUH TUJUH : Di Penghujung Malam
38
● TIGA PULUH DELAPAN : Masa Lalu yang Kembali
39
● TIGA PULUH SEMBILAN : Cinta yang Menakutkan
40
● EMPAT PULUH : Di Balik Kegelapan Malam
41
● EMPAT PULUH SATU : Adrian Vs Adonan Kue
42
• EMPAT PULUH DUA : Kue Perdamaian
43
• EMPAT PULUH TIGA : Gaun Putih dan Foto Kenangan
44
● EMPAT PULUH EMPAT : Galau
45
● EMPAT PULUH LIMA : Titik Balik Vera
46
● EMPAT PULUH ENAM : Memadu Kasih
47
● EMPAT PULUH TUJUH : Menumbuhkan Keyakinan
48
● EMPAT PULUH DELAPAN : Patah Hati
49
● EMPAT PULUH SEMBILAN : Haruskah Melepaskan?
50
● LIMA PULUH : Putus
51
● LIMA PULUH SATU : Lepas Kontrol
52
● LIMA PULUH DUA : Senja Berdua
53
● LIMA PULUH TIGA : Es Krim di Pundak
54
● LIMA PULUH EMPAT : Secercah Semangat di Balik Rasa Takut
55
● LIMA PULUH LIMA : Kisah Manis Menjelang Perpisahan
56
● LIMA PULUH ENAM : Dalam Penantian
57
● LIMA PULUH TUJUH : Kebaya Pengantin
58
● LIMA PULUH DELAPAN : Siang yang Panas
59
● LIMA PULUH SEMBILAN
60
ENAM PULUH
61
● ENAM PULUH SATU
62
● ENAM PULUH DUA
63
Kepulangan Arumi
64
Angin dan Langit Malam
65
"Sweet in Jar"
66
Tangkapan Sempurna
67
Perkenalan Singkat
68
Pesanan Pertama
69
Pesan Tidak Terduga
70
Pengganggu yang Menawan
71
Mr. Charming
72
Mengenang Arya
73
Hadiah Termewah
74
Di Penghujung Senja
75
Mengusik Jiwa
76
Menagih Janji
77
Rasa Penasaran
78
Pemberontak yang Manis
79
Ciuman Pertama dari Moedya
80
Kenangan yang Kembali
81
Adrian dan Masa Lalu Ryanthi
82
Berdamai Dengan Kenangan
83
Pilihan Cinta
84
Bertemu Ranum
85
Adrian, Cinta Terdalam
86
Rintihan Pilu Ryanthi
87
Pesan dari Adrian
88
Rindu yang Tak Terucap
89
Dua Pengganggu Rupawan
90
Sesuatu yang Masih Samar
91
Bertemu Vera
92
Pesona Pria Bertato
93
Mengenang yang Telah Pergi
94
Salam Perpisahan dari Edgar
95
Tuan Tampan
96
Tantangan dari Keanu
97
Merayu Arumi 1
98
Merayu Arumi 2
99
Menatap Wajah Keanu
100
Ketertarikan
101
Tiga Kisah
102
Pendekatan Lagi
103
Duka Tersembunyi
104
Memulai Komitmen
105
Rahasia Puspa
106
Ketika Hujan Deras
107
Curhat Keanu
108
Pengakuan Puspa
109
Melepas Rindu
110
Langkah Pertama
111
Bertemu Calon Mertua
112
Transaksi yang Memuakan
113
Malam Bersama Puspa
114
Menghabiskan Malam
115
Kepedihan yang Terungkap
116
Tanda Tanya untuk Moedya
117
Palmier
118
Tatapan Misterius Puspa
119
Kebenaran Moedya
120
Perbincangan yang Memanas
121
Melepaskan Belenggu Kepolosan
122
Janji Moedya untuk Arumi
123
Tabir yang Terungkap
124
Memeluk Bleeby
125
Kejujuran Moedya, Kebijaksanaan Arumi
126
Malaikat Penolong
127
Keputusan Tegas Moedya
128
Pukulan Telak untuk Ranum
129
Pelukan Sahabat
130
Putusan Hukuman untuk Moedya
131
Akhir Kisah Kerinduan
132
Pegumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!