"Baik," jawab Ryanthi singkat. Saat itu, dia sangat lelah juga mengantuk, sehingga dirinya hanya menjawab secara singkat.
"Maksud Ibu, seperti apa hubungan kalian sekarang? Ibu rasa, kalian sudah pacaran cukup lama. Apakah Arshan belum mengutarakan niat yang serius padamu?" tanya Farida lebih jelas.
Ryanthi tidak langsung menjawab. Matanya kembali terpejam. Dia juga tengah memikirkan jawaban yang tepat untuk disampaikan kepada Farida. Ryanthi hanya menguap beberapa kali. Dia benar-benar malas, jika sudah mendapat pertanyaan seperti itu dari sang ibu.
Farida seakan mengerti dengan sikap putrinya. Ketika Ryanthi memilih diam, maka artinya gadis itu tidak menyukai topik pembicaraan yang sedang mereka bahas. Akan tetapi, Farida sangat penasaran. Dia hanya ingin mengetahui sejauh mana kisah kasih putrinya. Selama ini, Ryanthi jarang sekali bercerita tentang hal itu terhadapnya.
"Arshan pria yang baik bukan? Sepertinya, dia juga dapat Ibu andalkan untuk menjaga serta melindungimu," ucap Farida, seakan tengah memancing Ryanthi agar bicara.
"Kata siapa? Kenapa Ibu berpikir sejauh itu? Aku tidak butuh siapa pun untuk menjagaku. Aku masih memiliki Ibu." Ryanthi memegang tangan Farida, lalu memainkan jarinya. Apa yang dia lakukan, sama persis seperti yang sering diperbuatnya belasan tahun silam.
"Memangnya kenapa, Nak? Apakah kalian bertengkar lagi?" selidik Farida. Dia menjadi semakin ingin penasaran.
Ryanthi bukan tipe gadis yang terbuka dalam segala hal kepada ibunya. Dia memang kerap bercerita beberapa hal. Namun, ada juga yang dirinya simpan untuk diri sendiri. Salah satunya adalah setiap kali dia bermasalah dengan Arshan.
Bukannya tak ingin berbagi cerita dengan sang ibu. Ryanthi hanya tidak mau jika masalah pribadinya menjadi beban pikiran bagi Farida. Terlebih, dengan kondisi kesehatan wanita itu yang belum stabil.
"Jangan khawatir, Bu. Hubunganku dengan Arshan baik-baik saja. Dia hanya sedang sibuk. Jadi, belum sempat mampir kemari," jelas Ryanthi memberikan jawaban yang Farida inginkan.
"Untuk masalah yang Ibu maksud, aku sama sekali belum terpikir ke arah sana. Aku hanya ingin membahagiakan Ibu terlebih dulu. Jika Tuhan mengizinkan, semoga setelah semua cita-cita besar kita terwujud," harap Ryanthi.
"Usiamu sudah dua puluh tiga tahun, Nak." Nada bicara Farida seakan tengah mengingatkan putrinya, bahwa usia gadis itu telah cukup untuk berumah tangga.
Ryanthi bangkit dari tidurnya. Dia duduk di dekat sang ibu. Kembali diraih, lalu digenggamnya tangan berbalut kulit keriput wanita paruh baya tersebut. "Bukankah Ibu ingin agar aku bisa melanjutkan kuliah di luar negeri?"
"Ya, tentu saja. Itu harapan terbesar Ibu sampai kapanpun," sahut Farida.
"Aku akan berjuang untuk mewujudkan hal itu. Aku ingin membuat Ibu bangga." Ryanthi tersenyum simpul. "Sekarang, sebaiknya Ibu kembali beristirahat. Aku harus menggoreng donat terlebih dulu." Ryanthi beranjak dari duduknya. Dia membawa loyang paling ujung ke dapur. Gadis itu harus menyelesaikan pekerjaannya.
......................
Sore itu, Ryanthi baru selesai mandi. Sementara, Farida kembali terbaring di tempat tidur. Selesai berpakaian, Ryanthi kemudian menghampiri ibunya. Dia membawakan sepiring nasi ditemani sayur sop berisi wortel dan daging ayam. Itulah menu sederhana yang seringkali Ryanthi sajikan untuk sang ibu, yang harus kembali dikalahkan oleh penyakit.
Farida tampak sedang tertidur pulas. Padahal, dia belum sempat minum obat. Ryanthi memilih duduk di dekat tempat tidur sang ibu, lalu memperhatikan wanita yang sudah mulai menua tersebut.
Ada beberapa lembar rambut berwarna putih, di antara rambut hitam Farida. Kulitnya pun kini sudah mulai keriput. Pandangan Ryanthi beralih pada tangan sang ibu. Meski tidak sekuat dulu, tapi Ryanthi akan selalu ingat bahwa tangan itulah yang telah membuatnya menjadi seperti sekarang. Dia tahu betul seberapa kuat tangan seorang Farida, sehingga mampu menopang kehidupan mereka hingga bisa menjadi seperti saat ini.
Farida telah berjuang dengan sangat keras, sehingga Ryanthi dapat bersekolah. Walaupun impiannya untuk melanjutkan kuliah belum dapat terwujud, tapi Ryanthi tidak menyesal. Gadis berambut pendek itu sudah sangat bersyukur, karena dapat membantu meringankan beban Farida.
Ryanthi menyudahi lamunan tadi. Sudah waktunya bagi Farida untuk minum obat. Akan tetapi, wanita itu masih tertidur pulas.
Disentuhnya kening sang ibu. Demam yang dialami Farida belum juga turun. Ryanthi ingin membangunkannya, tetapi tidak berani. Dia merapikan makanan yang dibawanya di samping tempat tidur, lalu menutup rapat. Setelah itu, Ryanthi beranjak keluar dari kamar.
Gadis dengan celana kulot pendek itu duduk termenung seorang diri. Entah apa yang tengah dia pikirkan. Terlalu banyak hal yang berputar di dalam kepala seorang Ryanthi. Dalam suasana hening seperti itu, semua masalah hidup seakan menghampiri dan masuk ke dalam benaknya. Salah satu yang menjadi ganjalan bagi gadis cantik itu adalah kelanjutan hubungannya dengan Arshan.
Pria yang telah menjalin hubungan kasih cukup lama dengannya itu, belum datang lagi ke sana setelah terakhir kali mereka bertengkar. Ryanthi berpikir bahwa Arshan masih sangat kesal, karena Ryanthi dianggap lebih mementingkan hal lain daripada dirinya. Arshan begitu tergila-gila kepada Ryanthi. Tidak jarang pria itu bersikap sangat posesif.
Lamunan Ryanthi terhenti, ketika dia mendengar suara Farida yang mulai terbangun. Gadis itu segera beranjak ke dalam kamar untuk melihat kondisi sang ibu. Tampaklah Farida yang berusaha untuk bangun. Sepertinya, dia ingin mengambil gelas di atas meja sebelah tempat tidur.
"Ibu," tegur Ryanthi pelan. Dia bergegas menghampiri Farida. Ryanthi segera mengambilkan gelas tadi, kemudian membantu ibunya minum. Setelah itu, Farida kembali membaringkan badannya yang lemah.
"Makan dulu Bu. Aku sudah menyiapkannya," ucap Ryanthi seraya menunjuk pada nampan plastik di samping tempat tidur.
Farida menatap sayu Ryanthi. Wanita itu mengangguk pelan. Tubuhnya tampak sangat lemah, sampai-sampai dia seperti tidak memiliki tenaga untuk berbicara sekalipun.
Tanpa banyak bicara, Ryanthi segera mengambil makanan yang ada di atas nampan plastik tadi. Dia harus memaksa Farida untuk makan, agar sang ibu dapat meminum obatnya. Sementara, Farida berniat untuk bangun lagi, tapi Ryanthi mencegahnya. "Tidak apa-apa Bu. Berbaring saja," ucap gadis itu lembut.
Farida terus menatap putri kecilnya yang kini telah beranjak dewasa. Dia lalu tersenyum. Paras cantik wanita itu berangsur memudar, berganti dengan wajah pucat penuh beban karena rasa sakit.
Ryanthi menyuapi Farida pelan-pelan. Sesendok demi sesendok makanan itu masuk ke mulut sang ibu, meskipun tidak dihabiskan semua. Namun, itu sudah jauh lebih dari cukup.
"Ibu harus minum obat dulu. Setelah itu baru boleh tidur lagi," ucap Ryanthi diiringi senyum lembut. Dia lalu menyiapkan obat yang telah diberikan oleh dokter dari puskesmas.
Farida tidak banyak membantah. Perlahan, wanita itu bangkit. Sambil duduk bersandar, dia memasukan obat satu per satu. Setelah selesai, Farida kembali berbaring.
"Silakan tidur lagi, Bu. Aku ada ruang tengah. Jika Ibu butuh sesuatu, jangan sungkan untuk memanggilku," pesan Ryanthi yang hanya berbalas anggukan lemah dari Farida.
Ryanthi kemudian berdiri. Dia menatap wajah ibunya yang kembali memejamkan mata. Ada banyak perasaan yang berkecamuk dalam hati gadis itu. Dia belum sempat membawa Farida untuk berobat ke rumah sakit, agar sang ibu mendapatkan perawatan dari dokter yang jauh lebih ahli.
Ryanthi tidak tahu Farida sakit apa. Wanita paruh baya itu tidak pernah mengeluh. Dokter pun hanya mengatakan bahwa Farida membutuhkan istirahat yang cukup.
Sebenarnya, Ryanthi berharap agar sang ayah datang dan melihat keadaan mereka. Namun, itu sesuatu yang tidak mungkin, karena dia sendiri tidak tahu apakah ayahnya masih hidup atau sudah tiada.
Ryanthi masih memiliki harapan, meskipun tidak pernah dia ungkapkan. Jauh di dalam lubuk hatinya, dia mulai merindukan pria itu. Ryanthi tidak yakin apakah sang ayah merasakan hal yang sama. Namun, dia selalu berdoa agar Tuhan dapat memberikan jalan terbaik bagi dirinya juga Farida.
Tidak ada keinginan paling besar yang menjadi fokus Ryanthi sekarang, selain kesembuhan Farida. Ryanthi akan terus berusaha untuk membuat wanita itu kembali sehat seperti sediakala. Bagaimanapun caranya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments
Devita Alexandra Alexandra
ku menangiiiiss...Thor sedih bngt
2021-11-20
1
Danendra Faiz
ko sedih yyy😭
2021-11-20
1
Quora_youtixs🖋️
😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭
turut berdukacita 🙇🙇🙇🙇🙇
2021-08-17
2