Salah Kamar
Langkah itu mulai dipercepat. Gadis itu kemudian mengikat rambut sebelum menyambut uluran tangan dari seseorang. Selanjutnya, ia tersenyum sambil menepuk telapak tangannya. Jangan lupakan soal punggung tangannya yang digunakan untuk menyeka peluhnya.
Gadis itu berjalan maju di atas pick-up kemudian memukul pelan kepala mobil tersebut. “Maju!”
Ia menghela napas lalu duduk di antara beberapa barang yang dibawanya. Untung saja ia bisa bergerak cepat untuk naik ke mobil tersebut. Namun, ia tak bisa beristirahat begitu saja. Terlebih saat seseorang memberikan kertas padanya.
Ia segera melipat kakinya sertamenyelipkan anak rambut yang mengganggu ke belakang telinganya. “Semuanya udah siap ‘kan? Gimana soal make-up Alia lagi kosong ‘kan?”
Pria itu duduk di sampingnya. Ia kemudian melingkari salah satu tulisan pada kertas tersebut. “Kinan, tendanya roboh. Jeck bilang kemaren ada angin besar di sana.”
Kinanti lestari. Seorang pemiliki Wedding Organizer yang cukup sukses saat ini. Ia sudah berkali-kali mengurus pernikahan anak dari orang-orang penting. Namun, kisah asmaranya tak sesukses karirnya. Sudah berkali-kali ia menolak lamaran dari pria-pria kaya dengan alasan yang beragam. Dari mulai terlalu kaya, terlalu tampan, hingga terlalu baik. Itulah kenapa di usianya yang sudah menginjak 31 tahun, Kinan masih belum menikah. Padahal selama ini ia selalu mengurus pernikahan orang lain.
“Bilangin ke tim tenda, kita butuh bantuan mereka. Terus jangan lupa hubungin tukang bunga sama butik,” jelasnya, membuat Aldo mengangguk. Namun, sepertinya masalah Kinan tak berhenti cukup di situ saja. Pick-up yang membawa beberapa dekorasi tiba-tiba saja berhenti, membuat Kinan terpaksa beranjak untuk memeriksa.
“Mas, ada apa?”
“Gini néng Kinan, mobilnya téh mogok,” jawab supir tersebut dengan logat Sundanya. Tentu hal ini membuat Kinan
semakin stress. Apalagi acara pernikahan itu akan digelar besok dan ia harus menyelesaikan segalanya hari ini.
Kinan merogoh ponselnya dari saku. Ia kemudian mencari nomor seseorang lalu menghubunginya. “San, pick-up lo dipake gak?”
“Enggak kok, ada apa?” Kinan bisa bernapas lega setelah tahu jika ia bisa menyelesaikan masalah ini dengan mudah.
“Oke, kirim ke tempat gue boleh gak? Gue kirim alamatnya. Mobil gue mogok,” ujar Kinan kemudian mendapat persetujuan dari pria yang ia hubungi.
Menjadi seorang WO tentu membuat Kinan memiliki banyak koneksi. Inilah yang membuat Kinan cenderung memiliki solusi mudah untuk setiap permasalahannya. Bahkan tak jarang, Kinan meminta beberapa koneksinya untuk menggunakan jasanya agar bisa lebih dikenal banyak orang.
Kinan menahan umpatan yang hampir keluar dari mulutnya. Bagaimana tidak? Sebuah mobil melaju dengan cepat hingga membuat kubangan air yang ada di dekat Kinan, mengenai tubuh bahkan wajah gadis itu. Namun, mobil itu tak berhenti, membuat Kinan akhirnya mengingat nomor polisi mobil itu.
Aldo tertawa saat mendapati wajah Kinan terkotori. “Kin, punya masalah apa sih sampe cuci muka di air becekan?”
“Gue bukan cuci muka, tapi mandi,” kesalnya kemudian menyeka air kotor itu dengan sapu tangan miliknya. “Ngeselin banget tuh mobil. Sekarang gue harus ganti baju di mana coba?”
“Gitu aja biar keliatan lo itu penuh perjuangan,” ujar Aldo sambil menahan tawanya. Kinan memang atasannya. Namun, karena mereka pernah satu kelas saat SMA, Aldo memilih untuk tak bersikap formal pada Kinan. Bahkan Kinan juga meminta agar Aldo tak menganggapnya sebagai atasan.
Seorang pria menghela napas saat tak mendapati seseorang mengikutinya. Ia pikir orang itu akan mengejarnya. Ternyata tidak. Ia kemudian meraih ponselnya untuk menghubungi seseorang. Namun, batrai ponselnya justru habis. “Kenapa harus habis pas lagi kayak gini coba?”
Bram Ari Pratama. Seorang CEO perusahaan properti yang saat ini justru terjebak di tempat yang tak ia kenali. Sudah hampir 2 jam ia menyusuri jalan. Namun, hingga detik ini ia masih tak menemukan alamat yang ia tuju.
“Gak mungkin saya nanya ke orang tadi. Yang ada kena marah nanti,” gumamnya. Ia benar-benar tak akan mungkin mundur dan bertanya pada orang yang tak sengaja terkena cipratan kubangan air karena mobilnya. Namun, ia juga tak mungkin tetap di sana. Terlebih karena ia tak menemukan ada warga yang lewat di sana.
Dengan menyingkirkan rasa malunya, Bram memilih untuk putar balik. Ia harus bertanya pada orang-orang itu agar tak tersesat lagi. Lagi pula tak ada salahnya meminta maaf meski terlambat.
Bram menghentikan mobilnya di dekat pick-up milik Kinan. Selanjutnya, ia turun tanpa rasa malu untuk menghampiri mereka. “Permisi, saya mau ke sini, jalannya ke mana ya?”
Aldo meraih kertas yang diberikan Bram ia kemudian menunjukannya pada Kinan. “Kin, lo tau tempat ini gak?”
Kinan mengerutkan dahi kemudian mengangguk. “Oh … ini tempatnya Pak kades. Bapak bisa belok kanan setelah jembatan.”
Bram bersyukur karena Kinan sama sekali tak sadar jika mobilnya sudah membuat gadis itu terciprat kubangan air. Hingga saat ia berterima kasih, Kinan meraih tangannya.
“Maaf, Anda yang memiliki mobil itu?” tanya Kinan dengan tatapan curiga. “Kenapa Anda tidak berhenti dan minta maaf?”
“Saya?” Bram berdecih. “Lagian siapa suruh berdiri di sana?”
Kinan hampir melayangkan bogem mentah pada pria itu. Namun, Aldo sudah lebih dulu menghentikannya. Bahkan bogem itu justru menengai pipi Aldo hingga membuat pria itu tersungkur.
“Al? Lo gapapa ‘kan?”
Memanfaatkan sitruasi, Bram mulai mengendap-endap untuk pergi dari sana. Namun, kaki Kinan sudah lebih dulu membuat Bram jatuh.
“Oh, setelah gak mau minta maaf, Anda mau pergi gitu aja?” Kinan meraih jas Bram lalu menariknya agar pria itu kembali berdiri.
“Butuh uang berapa?” Bram merogoh dompetnya kemudian mengeluarkan beberapa lembar uang dari sana. Namun, hal ini sepertinya tak mengundang perhatian Kinan sama sekali. “Jangan so gak butuh, saya tau kamu butuh uang ‘kan? Makanya dipermasalahin.”
“Dengerin ya, Pak. Saya emang bukan sultan, tapi saya punya harga diri.”
Bram memutar malas kedua bola matanya. “Oke, saya minta maaf. Bisa lepasin saya? Saya harus ketemu sama pak Sulton.”
Kinan menyeringai. Ia lantas menatap Aldo tanpa melepas cengkraman tangan kanannya pada jas Bram. “Al, bagusnya gue apain nih? Dia udah bikin baju gue kotor terus gak malu buat minta tolong.”
“Kin, udah ah jangan gini.” Aldo mencoba untuk melerai. Namun, hal ini sepertinya akan sangat sulit. Terlebih karena Kinan sempat mengikuti ekstrakulikuler bela diri.
“Apa? Mau hajar saya? Silahkan,” ujar Bram dengan santai. Ia pikir Kinan tak akan sungguh-sungguh menghajarnya. Ternyata, gadis itu menginjak kakinya hingga Bram mengadu.
“Rasain tuh. Makanya jadi orang tuh biasain ngmong maaf.” Kinan berlalu, meninggalkan Bram yang masih mengaduh. Bagaimana tidak? Sepatu yang dipakai Kinan cukup keras.
Saya yakin gak ada cowok yang betah sama dia, batin Bram. Ia tak bisa bayangkan akan seperti apa pria yang menjadi pasangan Kinan nantinya. Mungkin hanya dalam hitungan bulan saja, pria itu sudah tinggal nama hanya karena melakukan kesalahan sepele.
******
Bandung, 16 Mar 2021
Salwaa RJ
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Yus Warkop
ok
2023-02-24
1
Arvi
q mampiiir
2021-05-09
1
Daryati Daryati
lnjut
2021-04-28
0