Cinta Yang Tertukar
Di gudang yang gelap dan pengap, Eloni meringkuk ketakutan. Tadi malam, dia baru saja di culik oleh beberapa lelaki yang berpakaian preman di jalan pulang menuju rumahnya. Dia tidak tahu apa salahnya hingga dia pantas mendapat perlakuan seperti itu.
Sejak semalam, dia pingsan karena satu tamparan keras di pipinya dari salah satu preman yang menculiknya. Setelah sadar, dia sudah berada di tempat ini dengan mulut tersumpal serta kaki dan tangan terikat.
Eloni berusaha berteriak, namun semuanya sia-sia. Dia hanya bisa menangis.
“Ayah, Ibu, Kak, tolong Eloni, Eloni takut,” gumam lirih Eloni dalam hatinya.
Tiba-tiba, pintu gudang terbuka. “Buka ikatan tangan dan kakinya serta bawa dia menghadap ke bos!” perintah salah seorang dari mereka. Eloni tidak melihat orang-orang itu karena matanya tertutup akibat silau cahaya terang yang muncul dari balik pintu.
Seketika, seseorang datang membuka tali pengikatnya. Namun sumpalan di mulutnya tetap di biarkan menempel. Eloni berusaha melepaskan diri, namun apalah dayanya. Dia hanya seorang perempuan dengan tubuh mungil. Mana mungkin dia bisa melawan lelaki itu yang bertubuh kekar nan kuat.
Karena lelah, akhirnya Eloni hanya pasrah di seret oleh preman yang tadi malam menculiknya. Setelah keluar dari gudang, dia di bawa naik ke sebuah tangga. Dan, betapa terkejutnya setelah tiba di atas. Di atas gudang yang pengap dan gelap itu, terdapat sebuah rumah yang sangat megah. Meskipun dalam keadaan kesakitan, Eloni tampak kagum dan berkali-kali bergumam melihat isi rumah itu. Di sana sini terdapat banyak barang-barang mahal. Ada sofa, keramik-keramik, lampu hias dan masih banyak lagi yang mungkin jika di uangkan, mencapai milyaran rupiah.
Maklum, Eloni hanyalah gadis miskin yang tinggal di rumah yang terbilang cukup sederhana. Ayahnya adalah seorang buruh di salah satu pabrik tekstil terbesar yang ada di Jakarta. Sedangkan ibunya, tidak bekerja karena sakit lumpuh. Sementara kakaknya, tidak tahu bekerja di mana. Dia hanya bekerja pada malam hari dan istrahat pada siang hari.
“Ayo masuk!” perintah salah seorang dari preman itu sambil mendorong Eloni. Eloni di masukkan ke dalam sebuah ruangan yang sangat luas dan tentunya tak kalah mewah dari sebelumnya. Karpet tebal menyambut kakinya kala memasuki ruangan itu.
Ketika memasuki ruangan itu, sumpalan mulutnya pun di buka. Ingin rasanya dia berteriak. Namun semuanya percuma. Tak akan ada yang mendengar dan menolongnya. Eloni mengangkat kepalanya dan melihat seorang laki-laki yang duduk di balik meja sambil membelakangi mereka.
“Dia sudah ada di sini bos!” ucap salah satu dari preman itu.
Lelaki yang di panggil bos itu pun langsung memutar kursinya. Sejenak membuat Eloni tertegun. Dia adalah seorang lelaki muda dan sangat tampan. Eloni tidak habis pikir kalau dalang dari penculikannya adalah seorang lelaki muda dan tampan. Yang ada dipikirannya adalah seseorang yang tua dan memiliki wajah yang menyeramkan.
“Tapi, siapa dia? Kenapa dia menculikku? Aku sama sekali tidak mengenalnya,” tiba-tiba berbagai tanya muncul di benak Eloni.
“Tinggalkan kami!” perintah lelaki itu yang membuat Eloni kaget.
“Baik bos,” jawab mereka serempak dan kemudian berlalu.
Lelaki itu mendekati Eloni. Tampak di matanya sorot kemarahan. Eloni menunduk tak berani menatap laki-laki itu. Tiba-tiba, tangan lelaki itu mencengkeram dagu Eloni hingga dia meringis kesakitan.
“Awwhh, sakit,” keluh Eloni.
“Sakit?” tanya lelaki itu dan kemudian semakin mengcengkeramnya hingga membuat air mata Eloni jatuh karena menahan sakit.
“Berani-beraninya kamu mengeluh sakit setelah apa yang sudah kamu lakukan padaku, hah!” bentak lelaki itu.
“Aaapa maksud kamu?” tanya Eloni tak mengerti maksud lelaki itu.
Lelaki itu tak menjawab pertanyaannya. Dia melepas cengkeramnnya dengan kasar hingga membuat Eloni tersungkur.
“Siapa kamu dan kenapa kamu menculikku?” tanya Eloni sambil terisak.
“Hentikan pertanyaan konyolmu itu! Sebelum semakin membuatku muak!” bentak lelaki itu.
Eloni benar-benar tak mengerti, apa sebenarnya maksud lelaki itu. Dia benar-benar tak mengenalnya. Jangankan mengenalnya, melihatnya saja baru kali ini.
“Aku benar-benar tak mengenalmu. Sekarang lepaskan aku!” teriak Eloni sambil menangis histeris.
“Diam!” teriak lelaki itu yang membuat Eloni sedikit ciut nyalinya.
“Penjaga!” teriak lelaki itu memanggil anak buahnya.
Seketika dua lelaki langsung masuk. “ Siap Bos!” jawab anak buahnya serempak.
“Bawa wanita ini ke kamar dan suruh pelayan untuk membersihkan badannya. Aku tak ingin tidur dengan orang kotor dan kumal!” perintah lelaki itu. Seketika Eloni terperanjat. Dia berusaha melepaskan diri ketika anak buah lelaki itu membawanya keluar.
“Lepaskan aku! Lepaskan! Aku tak mau tidur denganmu! Dasar laki-laki jahat! Tolong lepaskan aku!” teriak Eloni sambil berusaha untuk melepaskan diri. Namun sama seperti sebelumnya, tak ada gunanya dia berteriak dan berontak. Semua itu hanya akan membuatnya semakin lelah.
Tiba di kamar, dia langsung di suruh membersihkan diri. Di kamar mandi, dia menangis sejadi –jadinya. “Hiks hiks hiks…..” Ayah, Ibu, Kak, tolong aku. Aku takut. Aku ngga mau tidur dengannya. "Hiks hiks hiks…” tangis Eloni semakin pecah. Di tengah tangisnya, tiba-tiba ada suara wanita yang memanggil dari balik pintu kamar mandi.
“Non,” panggil wanita itu.
“Siapa?” tanya Eloni.
“Saya pelayan yang di perintahkan oleh Tuan Affandra untuk melayani Non,” jawab wanita itu.
“Ohh jadi nama lelaki itu Affandra,” gumam Eloni.” Aku ngga mau keluar!"
“Non, Tuan sudah menunggu. Non harus keluar,” bujuk sang pelayan.
“Aku ngga mau!” balas Eloni tetap bersikukuh. Karena kehabisan akal dan Eloni tak juga mau keluar, maka sang pelayan itu akhirnya memberi tahu pada Affandra.
“Tuan, Non ngga mau keluar dari kamar mandi. Saya sudah memaksanya tapi tetap saja dia tidak mau,” ucap sang pelayan.
“Apa maunya wanita itu? Bukannya itu yang selama ini dia inginkan? Tidur denganku!" gumam Affandra menahan emosi.
Dia lalu bergegas ke kamar tempat Eloni.
"Keluar sekarang atau aku akan mengeluarkanmu secara paksa!” teriak Affandra. Eloni ketakutan mendengar suara Affandra dari luar. Jika dia tidak segera keluar, maka pasti Affandra akan mendobrak pintu itu. Akhirnya, dia tidak punya pilihan selain keluar sendiri.
Dengan hanya memakai handuk, dia membuka pintu dan hanya mendongakkan kepalanya.
“Keluar sekarang!” bentak Affandra. Eloni pun keluar dengan hanya handuk yang melekat di badannya. Tubuh mulus dan seksinya jelas terpampang di depan Affandra. Affandra yang melihat itu, seketika menjadi bergairah. Dia menatap Eloni dengan tatapan buas. Seperti seekor harimau yang telah siap memangsa buruannya.
Eloni ketakutan melihat Affandra yang melihatnya seperti itu. Dia berusaha memegang handuknya agar tak lepas. Affandra yang melihatnya semakin terpancing. Dia lalu menuju ke arah pintu dan kemudian menguncinya.
“Aapa yang ingin kamu lakukan?” tanya Eloni ketakutan sambil terus memegangi handuknya.
“Bukankah ini yang kamu inginkan sayang,” ucap Affandra terus mendekati Eloni.
"Apa maksud kamu? Tolong jangan lakukan itu!” pinta Eloni memelas.
“Kamu ngga usah pura-pura!” balas Affandra.
“Aku benar-benar tidak mengerti. Tolong jangan sentuh aku!” pinta Eloni memohon.
Namun Affandra tak menggubris ucapannya. Dia terus mendekatinya. Dan tiba-tiba, Affandra menangkap Eloni. Dia memaksa untuk melepaskan handuknya, namun Eloni bersikeras untuk menahannya,
“Lepaskan aku! Tolong, jangan lakukan itu!" ucap Eloni sambil memohon dengan derai air mata. Namun Affandra tak memperdulikannya. Dia terus saja memaksa hingga handuknya benar-benar lepas. Dan seketika, tubuh Eloni terlihat jelas tanpa ada sehelai benangpun. Affandra yang melihat itu semakin bernafsu. Dia langsung mendorong tubuh Eloni ke atas tempat tidur. Eloni berontak. Namun apalah dayanya. Dia hanya seorang perempuan lemah. Jelas dia kalah dari Affandra yang memiliki tubuh lebih kuat darinya.
Dalam keputusasaannya, akhirnya Eloni pasrah kesuciannya di renggut oleh lelaki tak bertanggung jawab itu. Air matanya terus mengalir. Pandangannya kosong. Rasanya, hidupnya tak berarti lagi.
Setelah melakukan aksinya, Affandra berbisik pada Eloni. ”Ternyata kau wanita yang cukup cerdas menjaga kesucianmu di tempat seperti itu,” ucap Affandra tanpa sama sekali rasa bersalah. Dia lalu beranjak membersihkan dirinya. Setelah itu, dia langsung pergi meninggalkan Eloni dengan sakit yang teramat.
Setelah kepergian Affandra, Eloni bangun. dia melihat darah di kasur. Hatinya semakin hancur berkeping-keping. Dia menangis sejadi-jadinya, memukul-mukul badannya sendiri. Dia jijik dan benci pada dirinya sendiri. Akhirnya karena kecapean, diapun tertidur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Q Dleva
hai thorr aku mampir membawa 7 like mampir juga diceritaku NARAKU saling dukung 😊
2021-05-09
0
Ayu Rahayu
🥰🥰
2021-04-10
1
Lies shandie
Hai thor aq mampir seru ceritanya👍👍👍
2021-04-10
1