Bab 5- Maafkan aku

Sudah sebulan Eloni di culik oleh Affandra. Namun belum juga ada tanda-tanda dia akan di lepaskan. Selama sebulan ini, dia tidak pernah keluar karena memang tidak di izinkan. Dia hanya di kamar. Sesekali dia keluar ke balkon melihat pemandangan luas pekarangan rumah itu. Sampai sekarang, dia tidak tahu dimana dia berada. Dia hanya tahu itu adalah rumah milik Affandra berdasarkan keterangan dari pelayan. Lebih dari itu, dia tidak di izinkan untuk mengetahuinya. Tubuhnya semakin kurus, pandangannya kosong. Dia seperti mayat berjalan. Tubuhnya hidup tapi jiwanya sudah mati. Dia tak lagi menangis saat Affandra menyetubuhinya. Dia sudah mati rasa. Dia hanya menangis ketika mengingat orang tuanya.

Di atas balkon sambil memandang keluar, pikirannya melayang. “Ibu, Ayah, Kak Elona, bagaimana kabar kalian? Eloni rindu.” Hanya itu yang keluar dari mulutnya. Bersamaan dengan itu, dua titik air mata keluar dari sudut matanya. Dia tidak punya sesuatu yang bisa di jadikan sebagai pengobat kerinduannya. Hanya ponselnya tapi tak tahu entah kemana.

Gerimis di luar seakan tahu apa yang sedang di rasakan Eloni. Dari balik pintu berdiri Affandra memperhatikan Eloni. Ada rasa sesal telah membuat Eloni seperti itu. Sekalipun sakit hati, tak seharusnya dia melakukan itu.

Setelah lama duduk di atas balkon, Eloni berbalik untuk ke kamarnya. Melihat Eloni berbalik, Affandra langsung bersembunyi. Dia tak ingin Eloni tau kalau dia memperhatikannya dari tadi.

Keesokan malam, dua anak buah Affandra masuk ke kamar Eloni.

“Hari ini, kami akan melepaskanmu! Jadi bersiaplah sekarang!” perintah salah satu di antara mereka.

Eloni bergeming. Tidak ada respon sama sekali. Dia tidak teriak-teriak senang karena akhirnya akan keluar. Baginya sama saja, di sini atau di luar. Masa depannya sudah hancur. Dan terlebih lagi, dia malu bertemu dengan orang tuanya.

Karena tak ada respon, akhirnya anak buah Affandra harus memaksanya. Affandra yang berada di balik pintunya, menyaksikan Eloni yang di bawa oleh anak buahnya. Keluar dari rumah, Eloni di masukkan ke dalam mobil yang kacanya tak ada, sehingga dia tidak bisa melihat ke luar. Di mobil, Eloni hanya diam saja. Dia tidak bicara atau berontak sama sekali. Hampir dua jam perjalanan, akhirnya mobil berhenti.

“Kamu jangan bicara macam-macam kalau tak ingin keluargamu dalam bahaya!” ancam lelaki yang duduk di sampingnya. Eloni tak merespon. Lalu kemudian lelaki itu memberikan Eloni sebuah amplop. Lantas dia di turunkan. Setelah turun, mobil itu langsung berlalu.

Dia melihat ke sekelilingnya. Tempat itu adalah tempat pertama kali dia di culik. Di pinggir jalan tak jauh dari rumahnya. Dia lalu berjalan menuju ke rumahnya. Namun dia hanya memandanginya dari jauh.

"Ayah, Ibu, Kakak, kalian lagi ngapain? Eloni kangen, tapi Eloni malu untuk bertemu kalian." ucap Eloni lirih sambil menyeka air matanya. Setelah puas memandangi rumahnya, dia lalu bergegas pergi karena takut akan ada orang yang melihatnya.

Ketika berjalan, dia tak sengaja bertemu dengan Bu Rani, tetangga mereka.

“Elona, kamu mau kemana?” tanya Bu Rani santai karena mengira itu Elona.

Eloni tak menjawab, dia langsung bergegas menjauh sambil terus menunduk.

“Ada apa dengannya? Tapi dia terlihat sangat kurus. Padahal baru tadi siang aku bertemu dengannya dan badannya tidak seperti itu,” ujar Bu Rani sedikit heran. Tiba-tiba dia teringat Eloni. “Jangan-jangan…” Seketika dia langsung mengejar Eloni, namun dia tidak menemukannya karena Eloni sudah bersembunyi. Lalu dia bergegas ke rumah Bu Ratih.

“Bu Ratih! Bu Ratih!” panggil Bu Rani terburu-buru.

“Ada apa tante?” tanya Elona setelah membuka pintu. Dan betapa terperanjatnya setelah melihat Elona. Elona memang saat itu sedang tidak bekerja karena merasa tak enak badan.

“Mana Ibumu? Bu Ratih! Pak Reno!” panggil Bu Rani langsung masuk ke dalam tanpa mempedulikan Elona.

“Ada apa Bu?” tanya Bu Ratih yang baru muncul bersama dengan Pak Reno.

“Bu, saya melihat Eloni tadi di depan!” ucap Bu Rani sambil nafasnya naik turun.

“Apa!” seru Pak Reno, Bu Ratih dan Elona bersamaan.

“Tante jangan bohong, kalau memang itu adalah Eloni kenapa dia tidak kesini,” ujar Elona tidak percaya.

Sementara itu Pak Reno dan Bu Ratih masih diam karena terkejut.

“Saya tidak bohong Bu! Saya melihatnya dengan mata kepala saya sendiri, saya bahkan sempat menegurnya karena mengira dia adalah Elona!” ujar Bu Rani dengan yakin.

“Sekarang dia di mana?” tanya Pak Reno.

“Dia pergi, dia terlihat berusaha menghindari saya,” jawab Bu Rani.

“Eloni! Eloni! Anakku!” panggil Bu Ratih sambil meneteskan air mata.

Lalu mereka pun bergegas keluar mencari dan memanggil manggil Eloni.

“Eloni, kamu di mana sayang,” panggil Ibu Ratih.

"Eloni! Eloni!" teriak mereka semua.

Namun tak ada tanda-tanda sama sekali tentang keberadaan Eloni.

Mereka menyusuri dan bertanya pada setiap tetangga, namun tak ada yang melihatnya.

Dari balik tembok salah satu rumah yang berada tak jauh dari situ, Eloni memandang wajah kedua orang tuanya. Dadanya terasa sesak. Hatinya hancur berkeping-keping.

“Maafkan Eloni, ayah, ibu,” ucap Eloni tercekat karena berusaha menahan tangisnya. Dia ingin sekali memeluk ayah dan ibunya. Dia sangat merindukan mereka, namun itu tidak mungkin dia lakukan untuk saat ini.

Sementara di sana tergambar jelas wajah kecewa dari ayah dan ibunya, karena tak berhasil menemukan Eloni. Mereka sudah berputar-putar dan bertanya kesana sini namun tak juga ada petunjuk. Akhirnya, mereka memutuskan untuk kembali ke rumah. Terlihat Bu Ratih mengusap air matanya. Eloni tak mampu melihatnya. Akhirnya air mata yang berusaha di tahannya dari tadi luruh juga. Dia terisak-isak namun berusaha menutup mulutnya agar tak di dengar oleh orang lain.

“Maafkan aku, ayah ibu, kakak!” ucap Eloni lirih. Setelah melihat orang tuanya sudah pergi, dia keluar dari tempat persembunyiannya. Malam ini dia tak tahu harus kemana. Sementara waktu sudah hampir menunjukan pukul sepuluh malam.

Bermodal uang yang di berikan anak buah Affandra tadi, Eloni mencari-cari penginapan. Hampir setengah jam dia berputar-putar, akhirnya dia menemukannya. Malam itu, dia merasa sedikit lega karena akhirnya bisa melihat wajah orang tuanya. Rindunya sedikit terobati setelah sebulan dia tidak pernah bertemu.

Dia berjanji, jika semuanya sudah baik-baik saja, dia akan datang menemui orang tuanya. Dia menghela nafas panjang. Dia sama sekali tidak menyangka hidupnya akan berakhir seperti ini. Dulu, dia berfikir, dia akan menjadi seorang akuntan sukses. Dari dulu memang dia menyukai pelajaran Akuntansi. Namun kini, semua itu hanya menjadi angan-angan belaka. Semua itu gara-gara laki-laki bernama Affandra yang telah merenggut semuanya. Seketika dia menjadi geram. Tangannya terkepal menahan emosi. Dia berjanji pada dirinya sendiri, dia tidak akan pernah memaafkan Affandra. Laki-laki itu harus mempertanggung jawabkan perbuatannya.

Terpopuler

Comments

Lies shandie

Lies shandie

affandra jahat banget ih 😭😭😭

2021-04-10

2

Luwes Hartati

Luwes Hartati

semangat Thor

2021-04-04

1

coni

coni

5 like n rate
semangat up-nya thor 🥰😍

mari saling mendukung

2021-04-01

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1- Penculikan
2 Bab 2- Tangis memilukan
3 Bab 3- Luka kedua kali
4 Bab 4- PHK
5 Bab 5- Maafkan aku
6 Bab 6- Penyesalan
7 Bab 7- Kembali ke rumah
8 Bab 8- Terkenang kembali
9 Bab 9- Suara yang mirip
10 Bab- 10 Ajakan menikah
11 Bab 11- Kembali semangat
12 Bab 12- Babak baru
13 Bab 13- Kejutan
14 Bab 14- Kecewa lagi
15 Bab- 15 Pertemuan pertama
16 Bab- 16 Jatuh cinta
17 Bab- 17 Nama itu
18 Bab- 18 Lelaki yang sama
19 Bab- 19 Kebenaran pertama
20 Bab- 20 Kebenaran kedua
21 Bab- 21 Pertemuan kedua dan terakhir
22 Bab- 22 Permintaan maaf
23 Bab- 23 Salah paham
24 Bab- 24 Pupusnya harapan
25 Bab- 25 Bunuh diri
26 Bab- 26 Ketegaran di balik luka
27 Bab- 27 Pertemuan mendadak
28 Bab- 28 Kebencian
29 Bab- 29 Cinta tak di restui
30 Bab- 30 Mimpi itu lagi
31 Bab- 31 Fakta pahit
32 Bab- 32 Dilema berat
33 Bab- 33 Restoran seafood
34 Bab- 34 Jangan menangis, Ibu
35 Bab- 35 Aku peduli
36 Bab- 36 Perasaan muak
37 Bab- 37 Lamaran
38 Bab- 38 Pernikahan
39 Bab- 39 Janji pembalasan
40 Bab- 40 Mengurai benang kusut
41 Bab- 41 Satu per satu
42 Bab- 42 Mulai menguak
43 Bab- 43 Kenyataan menyesakkan
44 Bab- 44 Meminta kejujuran
45 Bab- 45 Ingin bertemu calon bayi
46 Bab- 46 Kembali ke rumah itu
47 Bab- 47 Tak percaya
48 Bab- 48 Percakapan singkat
49 Bab- 49 Datang tiba-tiba
50 Bab- 50 Kembali lagi
51 Bab- 51 Sikap palsu
52 Bab- 52 Kejadian tengah malam
53 Bab- 53 Kembali ke bar
54 Bab- 54 Ketakutan terbesar
55 Bab- 55 Bimbang dan cemas
56 Bab- 56 Hasrat dan ambisi
57 Bab- 57 Rencana awal
58 Bab- 58 Pesta makan malam
59 Bab- 59 Permintaan sulit
60 Bab- 60 Duka mendalam
61 Bab- 61 Berkunjung
62 Bab- 62 Syok
63 Bab 63- Strategi busuk
64 Bab 64- Pengakuan
65 Bab- 65 Kambuh lagi
66 Bab 66- Kembali
67 Bab 67- Ungkapan hati
68 Bab 68- Makan malam keluarga
69 Bab 69- Mendapat restu
70 Bab 70- Penentuan pernikahan
71 Bab 71- Fitting baju
72 Bab 72- Menemui Affandra
73 Bab 73- Akad
74 Bab 74- Resepsi
75 Bab 75- Sakit
76 Bab 76- Meminta izin
77 Episode 77 - Pulang
78 Bab 78- Panggilan masuk
79 Bab 79- Di usir
80 Bab 80- Paket misterius
81 Bab 81- Tebakan yang sama
82 Bab 82- Melahirkan
83 Bab 83- Putri kecilku
84 Bab 84- Menjalankan rencana
85 Bab 85- Kemarahan
86 Bab 86- Mencari tahu
Episodes

Updated 86 Episodes

1
Bab 1- Penculikan
2
Bab 2- Tangis memilukan
3
Bab 3- Luka kedua kali
4
Bab 4- PHK
5
Bab 5- Maafkan aku
6
Bab 6- Penyesalan
7
Bab 7- Kembali ke rumah
8
Bab 8- Terkenang kembali
9
Bab 9- Suara yang mirip
10
Bab- 10 Ajakan menikah
11
Bab 11- Kembali semangat
12
Bab 12- Babak baru
13
Bab 13- Kejutan
14
Bab 14- Kecewa lagi
15
Bab- 15 Pertemuan pertama
16
Bab- 16 Jatuh cinta
17
Bab- 17 Nama itu
18
Bab- 18 Lelaki yang sama
19
Bab- 19 Kebenaran pertama
20
Bab- 20 Kebenaran kedua
21
Bab- 21 Pertemuan kedua dan terakhir
22
Bab- 22 Permintaan maaf
23
Bab- 23 Salah paham
24
Bab- 24 Pupusnya harapan
25
Bab- 25 Bunuh diri
26
Bab- 26 Ketegaran di balik luka
27
Bab- 27 Pertemuan mendadak
28
Bab- 28 Kebencian
29
Bab- 29 Cinta tak di restui
30
Bab- 30 Mimpi itu lagi
31
Bab- 31 Fakta pahit
32
Bab- 32 Dilema berat
33
Bab- 33 Restoran seafood
34
Bab- 34 Jangan menangis, Ibu
35
Bab- 35 Aku peduli
36
Bab- 36 Perasaan muak
37
Bab- 37 Lamaran
38
Bab- 38 Pernikahan
39
Bab- 39 Janji pembalasan
40
Bab- 40 Mengurai benang kusut
41
Bab- 41 Satu per satu
42
Bab- 42 Mulai menguak
43
Bab- 43 Kenyataan menyesakkan
44
Bab- 44 Meminta kejujuran
45
Bab- 45 Ingin bertemu calon bayi
46
Bab- 46 Kembali ke rumah itu
47
Bab- 47 Tak percaya
48
Bab- 48 Percakapan singkat
49
Bab- 49 Datang tiba-tiba
50
Bab- 50 Kembali lagi
51
Bab- 51 Sikap palsu
52
Bab- 52 Kejadian tengah malam
53
Bab- 53 Kembali ke bar
54
Bab- 54 Ketakutan terbesar
55
Bab- 55 Bimbang dan cemas
56
Bab- 56 Hasrat dan ambisi
57
Bab- 57 Rencana awal
58
Bab- 58 Pesta makan malam
59
Bab- 59 Permintaan sulit
60
Bab- 60 Duka mendalam
61
Bab- 61 Berkunjung
62
Bab- 62 Syok
63
Bab 63- Strategi busuk
64
Bab 64- Pengakuan
65
Bab- 65 Kambuh lagi
66
Bab 66- Kembali
67
Bab 67- Ungkapan hati
68
Bab 68- Makan malam keluarga
69
Bab 69- Mendapat restu
70
Bab 70- Penentuan pernikahan
71
Bab 71- Fitting baju
72
Bab 72- Menemui Affandra
73
Bab 73- Akad
74
Bab 74- Resepsi
75
Bab 75- Sakit
76
Bab 76- Meminta izin
77
Episode 77 - Pulang
78
Bab 78- Panggilan masuk
79
Bab 79- Di usir
80
Bab 80- Paket misterius
81
Bab 81- Tebakan yang sama
82
Bab 82- Melahirkan
83
Bab 83- Putri kecilku
84
Bab 84- Menjalankan rencana
85
Bab 85- Kemarahan
86
Bab 86- Mencari tahu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!