“Eloni, kamu di mana, Nak? Kenapa semalam kamu ngga pulang,” ucap Ibu Ratih yang cemas karena anaknya tak kunjung pulang.
“Mas, apa kita laporkan saja ke polisi,” ujar Ibu Ratih.
“Kita tunggu sampai sore, kalau Eloni tidak kunjung datang, baru kita lapor polisi,” balas Pak Reno suami Bu Ratih.
“Di mana Elona? Apa dia tidak tahu adiknya tidak sepulang semalam?“ tanya Pak Reno pada Bu Ratih.
“Dia masih tidur. Dia pasti tidak tahu, karena dia baru pulang subuh,” jawab Ibu Ratih.
“Bangunkan dia! Bagaimana bisa dia tidur nyenyak sementara adiknya hilang!” ujar Pak Reno.
“Iya Mas,” balas Bu Ratih langsung bergegas membangunkan Elona.
“Elona, bangun Nak,” ucap Bu Ratih sambil menggoyang-goyangkan badan Elona.
“Ummm..., ada apa Bu, aku ngantuk banget,” ujar Elona malas-malasan. Dia memang barusan tidur karena baru pulang tadi subuh.
“Eloni tidak pulang semalam,” ucap Bu Ratih.
“Mungkin dia nginap di rumah temannya,” balas Elona ogah-ogahan.
“Tapi ponselnya tak bisa di hubungi,” ujar Bu Ratih.
“Mungkin ponselnya lagi habis baterainya,” ucap Elona asal-asalan.
‘Elona! Bagaimana bisa kamu ngomong dengan begitu santainya. Eloni tak mungkin nginap di rumah temannya tanpa memberi kabar,” ucap bu Ratih sedikit emosi.
“Iya Bu, bawel amat. Coba kalo aku, jangankan semalam, seminggu pun ngga akan di cari,” gumam Elona kesal.
“Terus kita harus ngapain?" tanya Elona dengan ketus.
“Kamu telpon teman-temannya dan tanyai mereka,” ucap Bu Ratih.
“Iya,” balas Elona masih malas-malasan.
Setelah Bu Ratih keluar dari kamar, Elona lalu mengambil ponselnya dan mulai menelpon satu persatu teman Eloni yang di kenalnya. Namun, tak ada satupun yang tahu di mana Eloni berada. Sementara di luar kamar, Pak Reno tampak mondar mandir.
“Bagaimana ini, Mas,” ucap Bu Ratih sedih. Pak Reno tak menjawab. Dia hanya melirik jam dinding. Waktu sudah menunjuk hampir pukul tujuh.
“Bu, aku pergi kerja dulu ya. Kalau ada kabar dari Eloni segera hubungi aku!” ucap Pak Reno.
“Iya Mas,” balas Bu Ratih lalu mendorong sendiri kursi rodanya untuk mengantar suaminya ke depan.
Bu Ratih mengalami kelumpuhan sejak dua tahun yang lalu karena kecelakaan tabrak lari. Itulah, kenapa dia tidak bekerja dan hanya di rumah saja.
“Bagaimana, Nak? Apa kamu sudah mendapatkan kabar tentang adikmu?” tanya Bu Ratih yang masuk kembali kamar.
“Belum Bu, semua temannya nggak ada yang tahu,” jawab Elona.
“Ibu ngga perlu khawatir, Eloni pasti akan pulang. Memangnya dia mau kemana kalo ngga pulang kerumah,” ujar Elona sambil berlalu yang membuat Bu Ratih menyapu dadanya.
.
“Kamu di mana, Nak. Apa yang sebenarnya terjadi,” ucap Bu Ratih dengan wajah sedih.
Eloni dan Elona adalah saudara kembar identik. Saking begitu miripnya, tetangga mereka selalu susah untuk membedakannya. Meskipun mereka kembar, Eloni dan Elona mempunyai sifat yang sangat bertolak belakang. Eloni adalah anak yang penurut sedangkan Elona lebih keras kepala.
Dua tahun yang lalu, mereka sama-sama lulus SMA. Keduanya ingin melanjutkan kuliah. Namun karena keterbatasan ekonomi, maka hanya salah satunya yang harus tetap lanjut dan satu lainnya harus berhenti. Dan orang tua mereka memilih Eloni yang tetap akan lanjut dan Elona harus mengalah. Elona sangat kecewa dengan keputusan orang tuanya yang di nilainya selalu memihak pada adiknya.
Dari situlah, mulai muncul benih-benih kebencian Elona pada adiknya. Selama ini dia selalu merasa di kucilkan, mulai dari prestasi di sekolah hingga kepatuhan mereka terhadap orang tua. Memang, sejak di sekolah dasar hingga SMA, Eloni selalu menjadi juara di kelasnya, sedangkan Elona bahkan tidak bisa masuk sepuluh besar.
Di rumah pun demikian, Eloni adalah anak yang selalu menuruti keinginan orang tuanya, sedangkan Elona selalu membantah.
******
“Dengar-dengar, hari ini anak pemilik pabrik akan datang untuk melihat-lihat secara langsung pembuatan tekstil,” ucap salah satu buruh kepada temannya yang kebetulan berdekatan dengan Pak Reno. Pak Reno memang sempat mendengar bahwa akan ada kunjungan dari anak pemilik pabrik tekstil tempatnya bekerja. Namun dia tak tahu jelasnya kapan.
Sebenarnya dia tidak begitu peduli, karena itu tak akan berpengaruh pada pekerjaannya sama sekali. Dia tetap akan bekerja sebagai buruh dengan gaji yang sama setiap bulan. Apalagi sekarang, dia tak bisa konsentrasi karena memikirkan anaknya yang belum ada kabar hingga siang ini.
Tak berapa lama, suara dari mandor sudah terdengar memberikan komando.
“Bekerjalah sepeti biasa selama Pak Affandra datang melihat-lihat!” ucap sang Mandor kepada semua buruh.
“Baik Pak,” ucap seluruh buruk serentak.
Setelah di berikan komando, merekapun kembali bekerja seperti biasa. Tak lama kemudian, muncul seorang lelaki muda dan tampan yang di temani oleh empat pengawal dan mandor yang tadi memberikan komando. Semua buruh melihat ke arahnya. Apalagi para buruh wanita, mereka tersenyum kagum pada anak pemilik pabrik tempat mereka bekerja.
“Ternyata dia masih sangat muda yaa,” ucap salah seorang buruh pada Pak Reno. Namun Pak Reno tidak merespon. Dia hanya sejenak mendongakkan kepalanya melihat ke arah Affandra, dan sejurus kemudian menunduk kembali melanjutkan pekerjaannya seperti biasa. Pikirannya masih terus teralihkan pada anaknya yang belum juga ada kabar.
Affandra adalah anak tunggal dari Hengkara Janadi, seorang pemilik pabrik tekstil terbesar di seluruh Indonesia yang berada di jakarta. Dia mempunyai wajah yang tampan dan tubuh atletis. Kini dia sudah berumur 28 tahun.
Terlihat Affandra berjalan-jalan sambil berbicara dengan mandor yang menemaninya. Sekitar satu jam berkeliling-keliling, akhirnya merekapun kembali.
“Sepertinya, kita terlalu banyak menggunakan tenaga pekerja. Saya berencana menguranginya untuk memaksimalkan pemasukan. Segera kurangi seperempat dari pekerja yang ada saat ini! Namun usahakan untuk tetap mempertahankan pekerja yang umurnya di bawah lima puluhan agar produktivitasnya tetap terjaga!” perintah Affandra pada Mandor ketika mereka kembali.
“Baik Pak. Akan segera saya laksanakan perintah bapak,” jawab sang mandor.
Setelah itu, Affandra pun naik ke mobil mewahnya dan melaju meninggalkan pabrik.
******
Di dalam kamar, Eloni terbangun setelah tertidur karena kelelahan akbibat menangis. Badannya terasa sakit, apalagi di bagian organ intimnya. Tubuhnya masih dalam keadaan telanjang, namun sudah tertutupi dengan selimut.
Eloni pun berusaha untuk bangkit meski tertatih. Dia menuju ke kamar mandi. Di dalam kamar mandi, dia kembali terisak. Dia merasa hina dan kotor. Seketika bayangan saat Affandra merenggut kesuciannya kembali muncul dalam benaknya. Rasa muak dan amarah yang amat sangat langsung memuncak.
“Dasar laki-laki bajingan! Akan ku bunuh kamu! Hiks hiks hiks…” teriak Eloni di sertai dendam kesumat dan air mata yang berderai-derai. Dia sungguh sangat membenci Affandra. Hingga mengingat wajahnya saja membuat dia begitu jijik.
Dalam suasana tangisnya, tiba-tiba bayangan orang tuanya muncul dalam kepalanya. Tangisnya semakin pecah.
“Maafkan aku Ayah, Ibu. Aku ngga bisa jadi anak yang bisa membahagiakan kalian,” gumam lirih Eloni di selingi dengan isak yang memilukan. Hiks hiks hiks…
Setelah membersihkan diri, diapun keluar. Sudah ada pakaian yang di siapkan di atas tempat tidur. Dia kemudian memakainya dan berencana untuk keluar meminta tolong pada pelayan agar dia bisa pulang ke rumah.
Eloni lalu membuka pintu kamar. Tak bisa terbuka. Berulang kali ia mencobanya namun hasilnya tetap nihil. Pintu kamarnya di kunci dari luar. Eloni berteriak-teriak dari dalam, namun tak ada yang merespon. Dalam keputusasaannya, dia jatuh terkulai lemas. Rasanya tak ada harapan untuk dia bisa keluar dari rumah itu. Kembali tangisnya pecah.
Namun tiba-tiba, pintu berderek seperti ada yang membukanya. Sontak saja Eloni langsung berdiri. Dan sesaat kemudian muncul sang pelayan mengantar makanan. “Non, waktunya makan siang,” ucap pelayan itu.
Eloni tak merespon ajakannya. Dia lalu mendekatinya dan memohon-mohon.
“Bi, tolong bantu aku keluar dari sini. Orang tuaku pasti sekarang sedang mencariku. Aku mohon Bi!” ucap Eloni memohon.
“Maafkan saya Non, saya hanya menjalankan perintah Tuan!” ucap sang pelayan.
“Saya mohon Bi, saya mohon bantu saya keluar dari sini,” ujar Eloni dengan memelas.
“Saya tidak bisa. Silahkan di nikmati makan siangnya Non,” ucap pelayan itu dan langsung pergi.
Eloni terduduk lemas di atas tempat tidur. Dia memandang makanan yang baru saja di antarkan pelayan itu.
“Bagaimana aku bisa makan setelah apa yang baru saja aku alami,” gumam Eloni. Dan seketika itu dia berdiri dan menghambur semua makanan itu hingga piring-piringnya terjatuh dan pecah berkeping-keping.
“Aahhhhhhhh....!” amuk Eloni frustrasi.
“Ayah, Ibu!“ Hiks hiks hiks…..” Kembali Eloni terisak di atas tempat tidur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
NAZERA ZIAN
aku mampir ya thor.. 😊
2022-08-18
0