Bab 2- Tangis memilukan

“Eloni, kamu di mana, Nak? Kenapa semalam kamu ngga pulang,” ucap Ibu Ratih yang cemas karena anaknya tak kunjung pulang.

“Mas, apa kita laporkan saja ke polisi,” ujar Ibu Ratih.

“Kita tunggu sampai sore, kalau Eloni tidak kunjung datang, baru kita lapor polisi,” balas Pak Reno suami Bu Ratih.

“Di mana Elona? Apa dia tidak tahu adiknya tidak sepulang semalam?“ tanya Pak Reno pada Bu Ratih.

“Dia masih tidur. Dia pasti tidak tahu, karena dia baru pulang subuh,” jawab Ibu Ratih.

“Bangunkan dia! Bagaimana bisa dia tidur nyenyak sementara adiknya hilang!” ujar Pak Reno.

“Iya Mas,” balas Bu Ratih langsung bergegas membangunkan Elona.

“Elona, bangun Nak,” ucap Bu Ratih sambil menggoyang-goyangkan badan Elona.

“Ummm..., ada apa Bu, aku ngantuk banget,” ujar Elona malas-malasan. Dia memang barusan tidur karena baru pulang tadi subuh.

“Eloni tidak pulang semalam,” ucap Bu Ratih.

“Mungkin dia nginap di rumah temannya,” balas Elona ogah-ogahan.

“Tapi ponselnya tak bisa di hubungi,” ujar Bu Ratih.

“Mungkin ponselnya lagi habis baterainya,” ucap Elona asal-asalan.

‘Elona! Bagaimana bisa kamu ngomong dengan begitu santainya. Eloni tak mungkin nginap di rumah temannya tanpa memberi kabar,” ucap bu Ratih sedikit emosi.

“Iya Bu, bawel amat. Coba kalo aku, jangankan semalam, seminggu pun ngga akan di cari,” gumam Elona kesal.

“Terus kita harus ngapain?" tanya Elona dengan ketus.

“Kamu telpon teman-temannya dan tanyai mereka,” ucap Bu Ratih.

“Iya,” balas Elona masih malas-malasan.

Setelah Bu Ratih keluar dari kamar, Elona lalu mengambil ponselnya dan mulai menelpon satu persatu teman Eloni yang di kenalnya. Namun, tak ada satupun yang tahu di mana Eloni berada. Sementara di luar kamar, Pak Reno tampak mondar mandir.

“Bagaimana ini, Mas,” ucap Bu Ratih sedih. Pak Reno tak menjawab. Dia hanya melirik jam dinding. Waktu sudah menunjuk hampir pukul tujuh.

“Bu, aku pergi kerja dulu ya. Kalau ada kabar dari Eloni segera hubungi aku!” ucap Pak Reno.

“Iya Mas,” balas Bu Ratih lalu mendorong sendiri kursi rodanya untuk mengantar suaminya ke depan.

Bu Ratih mengalami kelumpuhan sejak dua tahun yang lalu karena kecelakaan tabrak lari. Itulah, kenapa dia tidak bekerja dan hanya di rumah saja.

“Bagaimana, Nak? Apa kamu sudah mendapatkan kabar tentang adikmu?” tanya Bu Ratih yang masuk kembali kamar.

“Belum Bu, semua temannya nggak ada yang tahu,” jawab Elona.

“Ibu ngga perlu khawatir, Eloni pasti akan pulang. Memangnya dia mau kemana kalo ngga pulang kerumah,” ujar Elona sambil berlalu yang membuat Bu Ratih menyapu dadanya.

.

“Kamu di mana, Nak. Apa yang sebenarnya terjadi,” ucap Bu Ratih dengan wajah sedih.

Eloni dan Elona adalah saudara kembar identik. Saking begitu miripnya, tetangga mereka selalu susah untuk membedakannya. Meskipun mereka kembar, Eloni dan Elona mempunyai sifat yang sangat bertolak belakang. Eloni adalah anak yang penurut sedangkan Elona lebih keras kepala.

Dua tahun yang lalu, mereka sama-sama lulus SMA. Keduanya ingin melanjutkan kuliah. Namun karena keterbatasan ekonomi, maka hanya salah satunya yang harus tetap lanjut dan satu lainnya harus berhenti. Dan orang tua mereka memilih Eloni yang tetap akan lanjut dan Elona harus mengalah. Elona sangat kecewa dengan keputusan orang tuanya yang di nilainya selalu memihak pada adiknya.

Dari situlah, mulai muncul benih-benih kebencian Elona pada adiknya. Selama ini dia selalu merasa di kucilkan, mulai dari prestasi di sekolah hingga kepatuhan mereka terhadap orang tua. Memang, sejak di sekolah dasar hingga SMA, Eloni selalu menjadi juara di kelasnya, sedangkan Elona bahkan tidak bisa masuk sepuluh besar.

Di rumah pun demikian, Eloni adalah anak yang selalu menuruti keinginan orang tuanya, sedangkan Elona selalu membantah.

******

“Dengar-dengar, hari ini anak pemilik pabrik akan datang untuk melihat-lihat secara langsung pembuatan tekstil,” ucap salah satu buruh kepada temannya yang kebetulan berdekatan dengan Pak Reno. Pak Reno memang sempat mendengar bahwa akan ada kunjungan dari anak pemilik pabrik tekstil tempatnya bekerja. Namun dia tak tahu jelasnya kapan.

Sebenarnya dia tidak begitu peduli, karena itu tak akan berpengaruh pada pekerjaannya sama sekali. Dia tetap akan bekerja sebagai buruh dengan gaji yang sama setiap bulan. Apalagi sekarang, dia tak bisa konsentrasi karena memikirkan anaknya yang belum ada kabar hingga siang ini.

Tak berapa lama, suara dari mandor sudah terdengar memberikan komando.

“Bekerjalah sepeti biasa selama Pak Affandra datang melihat-lihat!” ucap sang Mandor kepada semua buruh.

“Baik Pak,” ucap seluruh buruk serentak.

Setelah di berikan komando, merekapun kembali bekerja seperti biasa. Tak lama kemudian, muncul seorang lelaki muda dan tampan yang di temani oleh empat pengawal dan mandor yang tadi memberikan komando. Semua buruh melihat ke arahnya. Apalagi para buruh wanita, mereka tersenyum kagum pada anak pemilik pabrik tempat mereka bekerja.

“Ternyata dia masih sangat muda yaa,” ucap salah seorang buruh pada Pak Reno. Namun Pak Reno tidak merespon. Dia hanya sejenak mendongakkan kepalanya melihat ke arah Affandra, dan sejurus kemudian menunduk kembali melanjutkan pekerjaannya seperti biasa. Pikirannya masih terus teralihkan pada anaknya yang belum juga ada kabar.

Affandra adalah anak tunggal dari Hengkara Janadi, seorang pemilik pabrik tekstil terbesar di seluruh Indonesia yang berada di jakarta. Dia mempunyai wajah yang tampan dan tubuh atletis. Kini dia sudah berumur 28 tahun.

Terlihat Affandra berjalan-jalan sambil berbicara dengan mandor yang menemaninya. Sekitar satu jam berkeliling-keliling, akhirnya merekapun kembali.

“Sepertinya, kita terlalu banyak menggunakan tenaga pekerja. Saya berencana menguranginya untuk memaksimalkan pemasukan. Segera kurangi seperempat dari pekerja yang ada saat ini! Namun usahakan untuk tetap mempertahankan pekerja yang umurnya di bawah lima puluhan agar produktivitasnya tetap terjaga!” perintah Affandra pada Mandor ketika mereka kembali.

“Baik Pak. Akan segera saya laksanakan perintah bapak,” jawab sang mandor.

Setelah itu, Affandra pun naik ke mobil mewahnya dan melaju meninggalkan pabrik.

******

Di dalam kamar, Eloni terbangun setelah tertidur karena kelelahan akbibat menangis. Badannya terasa sakit, apalagi di bagian organ intimnya. Tubuhnya masih dalam keadaan telanjang, namun sudah tertutupi dengan selimut.

Eloni pun berusaha untuk bangkit meski tertatih. Dia menuju ke kamar mandi. Di dalam kamar mandi, dia kembali terisak. Dia merasa hina dan kotor. Seketika bayangan saat Affandra merenggut kesuciannya kembali muncul dalam benaknya. Rasa muak dan amarah yang amat sangat langsung memuncak.

“Dasar laki-laki bajingan! Akan ku bunuh kamu! Hiks hiks hiks…” teriak Eloni di sertai dendam kesumat dan air mata yang berderai-derai. Dia sungguh sangat membenci Affandra. Hingga mengingat wajahnya saja membuat dia begitu jijik.

Dalam suasana tangisnya, tiba-tiba bayangan orang tuanya muncul dalam kepalanya. Tangisnya semakin pecah.

“Maafkan aku Ayah, Ibu. Aku ngga bisa jadi anak yang bisa membahagiakan kalian,” gumam lirih Eloni di selingi dengan isak yang memilukan. Hiks hiks hiks…

Setelah membersihkan diri, diapun keluar. Sudah ada pakaian yang di siapkan di atas tempat tidur. Dia kemudian memakainya dan berencana untuk keluar meminta tolong pada pelayan agar dia bisa pulang ke rumah.

Eloni lalu membuka pintu kamar. Tak bisa terbuka. Berulang kali ia mencobanya namun hasilnya tetap nihil. Pintu kamarnya di kunci dari luar. Eloni berteriak-teriak dari dalam, namun tak ada yang merespon. Dalam keputusasaannya, dia jatuh terkulai lemas. Rasanya tak ada harapan untuk dia bisa keluar dari rumah itu. Kembali tangisnya pecah.

Namun tiba-tiba, pintu berderek seperti ada yang membukanya. Sontak saja Eloni langsung berdiri. Dan sesaat kemudian muncul sang pelayan mengantar makanan. “Non, waktunya makan siang,” ucap pelayan itu.

Eloni tak merespon ajakannya. Dia lalu mendekatinya dan memohon-mohon.

“Bi, tolong bantu aku keluar dari sini. Orang tuaku pasti sekarang sedang mencariku. Aku mohon Bi!” ucap Eloni memohon.

“Maafkan saya Non, saya hanya menjalankan perintah Tuan!” ucap sang pelayan.

“Saya mohon Bi, saya mohon bantu saya keluar dari sini,” ujar Eloni dengan memelas.

“Saya tidak bisa. Silahkan di nikmati makan siangnya Non,” ucap pelayan itu dan langsung pergi.

Eloni terduduk lemas di atas tempat tidur. Dia memandang makanan yang baru saja di antarkan pelayan itu.

“Bagaimana aku bisa makan setelah apa yang baru saja aku alami,” gumam Eloni. Dan seketika itu dia berdiri dan menghambur semua makanan itu hingga piring-piringnya terjatuh dan pecah berkeping-keping.

“Aahhhhhhhh....!” amuk Eloni frustrasi.

“Ayah, Ibu!“ Hiks hiks hiks…..” Kembali Eloni terisak di atas tempat tidur.

Terpopuler

Comments

NAZERA ZIAN

NAZERA ZIAN

aku mampir ya thor.. 😊

2022-08-18

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1- Penculikan
2 Bab 2- Tangis memilukan
3 Bab 3- Luka kedua kali
4 Bab 4- PHK
5 Bab 5- Maafkan aku
6 Bab 6- Penyesalan
7 Bab 7- Kembali ke rumah
8 Bab 8- Terkenang kembali
9 Bab 9- Suara yang mirip
10 Bab- 10 Ajakan menikah
11 Bab 11- Kembali semangat
12 Bab 12- Babak baru
13 Bab 13- Kejutan
14 Bab 14- Kecewa lagi
15 Bab- 15 Pertemuan pertama
16 Bab- 16 Jatuh cinta
17 Bab- 17 Nama itu
18 Bab- 18 Lelaki yang sama
19 Bab- 19 Kebenaran pertama
20 Bab- 20 Kebenaran kedua
21 Bab- 21 Pertemuan kedua dan terakhir
22 Bab- 22 Permintaan maaf
23 Bab- 23 Salah paham
24 Bab- 24 Pupusnya harapan
25 Bab- 25 Bunuh diri
26 Bab- 26 Ketegaran di balik luka
27 Bab- 27 Pertemuan mendadak
28 Bab- 28 Kebencian
29 Bab- 29 Cinta tak di restui
30 Bab- 30 Mimpi itu lagi
31 Bab- 31 Fakta pahit
32 Bab- 32 Dilema berat
33 Bab- 33 Restoran seafood
34 Bab- 34 Jangan menangis, Ibu
35 Bab- 35 Aku peduli
36 Bab- 36 Perasaan muak
37 Bab- 37 Lamaran
38 Bab- 38 Pernikahan
39 Bab- 39 Janji pembalasan
40 Bab- 40 Mengurai benang kusut
41 Bab- 41 Satu per satu
42 Bab- 42 Mulai menguak
43 Bab- 43 Kenyataan menyesakkan
44 Bab- 44 Meminta kejujuran
45 Bab- 45 Ingin bertemu calon bayi
46 Bab- 46 Kembali ke rumah itu
47 Bab- 47 Tak percaya
48 Bab- 48 Percakapan singkat
49 Bab- 49 Datang tiba-tiba
50 Bab- 50 Kembali lagi
51 Bab- 51 Sikap palsu
52 Bab- 52 Kejadian tengah malam
53 Bab- 53 Kembali ke bar
54 Bab- 54 Ketakutan terbesar
55 Bab- 55 Bimbang dan cemas
56 Bab- 56 Hasrat dan ambisi
57 Bab- 57 Rencana awal
58 Bab- 58 Pesta makan malam
59 Bab- 59 Permintaan sulit
60 Bab- 60 Duka mendalam
61 Bab- 61 Berkunjung
62 Bab- 62 Syok
63 Bab 63- Strategi busuk
64 Bab 64- Pengakuan
65 Bab- 65 Kambuh lagi
66 Bab 66- Kembali
67 Bab 67- Ungkapan hati
68 Bab 68- Makan malam keluarga
69 Bab 69- Mendapat restu
70 Bab 70- Penentuan pernikahan
71 Bab 71- Fitting baju
72 Bab 72- Menemui Affandra
73 Bab 73- Akad
74 Bab 74- Resepsi
75 Bab 75- Sakit
76 Bab 76- Meminta izin
77 Episode 77 - Pulang
78 Bab 78- Panggilan masuk
79 Bab 79- Di usir
80 Bab 80- Paket misterius
81 Bab 81- Tebakan yang sama
82 Bab 82- Melahirkan
83 Bab 83- Putri kecilku
84 Bab 84- Menjalankan rencana
85 Bab 85- Kemarahan
86 Bab 86- Mencari tahu
Episodes

Updated 86 Episodes

1
Bab 1- Penculikan
2
Bab 2- Tangis memilukan
3
Bab 3- Luka kedua kali
4
Bab 4- PHK
5
Bab 5- Maafkan aku
6
Bab 6- Penyesalan
7
Bab 7- Kembali ke rumah
8
Bab 8- Terkenang kembali
9
Bab 9- Suara yang mirip
10
Bab- 10 Ajakan menikah
11
Bab 11- Kembali semangat
12
Bab 12- Babak baru
13
Bab 13- Kejutan
14
Bab 14- Kecewa lagi
15
Bab- 15 Pertemuan pertama
16
Bab- 16 Jatuh cinta
17
Bab- 17 Nama itu
18
Bab- 18 Lelaki yang sama
19
Bab- 19 Kebenaran pertama
20
Bab- 20 Kebenaran kedua
21
Bab- 21 Pertemuan kedua dan terakhir
22
Bab- 22 Permintaan maaf
23
Bab- 23 Salah paham
24
Bab- 24 Pupusnya harapan
25
Bab- 25 Bunuh diri
26
Bab- 26 Ketegaran di balik luka
27
Bab- 27 Pertemuan mendadak
28
Bab- 28 Kebencian
29
Bab- 29 Cinta tak di restui
30
Bab- 30 Mimpi itu lagi
31
Bab- 31 Fakta pahit
32
Bab- 32 Dilema berat
33
Bab- 33 Restoran seafood
34
Bab- 34 Jangan menangis, Ibu
35
Bab- 35 Aku peduli
36
Bab- 36 Perasaan muak
37
Bab- 37 Lamaran
38
Bab- 38 Pernikahan
39
Bab- 39 Janji pembalasan
40
Bab- 40 Mengurai benang kusut
41
Bab- 41 Satu per satu
42
Bab- 42 Mulai menguak
43
Bab- 43 Kenyataan menyesakkan
44
Bab- 44 Meminta kejujuran
45
Bab- 45 Ingin bertemu calon bayi
46
Bab- 46 Kembali ke rumah itu
47
Bab- 47 Tak percaya
48
Bab- 48 Percakapan singkat
49
Bab- 49 Datang tiba-tiba
50
Bab- 50 Kembali lagi
51
Bab- 51 Sikap palsu
52
Bab- 52 Kejadian tengah malam
53
Bab- 53 Kembali ke bar
54
Bab- 54 Ketakutan terbesar
55
Bab- 55 Bimbang dan cemas
56
Bab- 56 Hasrat dan ambisi
57
Bab- 57 Rencana awal
58
Bab- 58 Pesta makan malam
59
Bab- 59 Permintaan sulit
60
Bab- 60 Duka mendalam
61
Bab- 61 Berkunjung
62
Bab- 62 Syok
63
Bab 63- Strategi busuk
64
Bab 64- Pengakuan
65
Bab- 65 Kambuh lagi
66
Bab 66- Kembali
67
Bab 67- Ungkapan hati
68
Bab 68- Makan malam keluarga
69
Bab 69- Mendapat restu
70
Bab 70- Penentuan pernikahan
71
Bab 71- Fitting baju
72
Bab 72- Menemui Affandra
73
Bab 73- Akad
74
Bab 74- Resepsi
75
Bab 75- Sakit
76
Bab 76- Meminta izin
77
Episode 77 - Pulang
78
Bab 78- Panggilan masuk
79
Bab 79- Di usir
80
Bab 80- Paket misterius
81
Bab 81- Tebakan yang sama
82
Bab 82- Melahirkan
83
Bab 83- Putri kecilku
84
Bab 84- Menjalankan rencana
85
Bab 85- Kemarahan
86
Bab 86- Mencari tahu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!