Bab 4- PHK

“Sayang, kamu di mana Nak?” ucap Bu Ratih dengan isak tangis sambil memeluk foto Eloni.

Hari ini, sudah seminggu sejak kehilangan Eloni, belum juga ada kabar. Dari kepolisian pun sudah angkat tangan. Mereka tak bisa mendapatkan petunjuk sama sekali. Pak Reno memeluk Bu Ratih yang menangis tersedu-sedu.

“Sabar Bu, doakan agar anak kita tidak kenapa-kenapa,” ucap Pak Reno dengan menahan perasaan pilu.

“Hiks hiks hiks…Anakku, di mana kamu sekarang, apa kamu baik-baik saja,” ucap Bu Ratih tersendat-sendat karena tangisnya.

Di tengah kesedihan mereka, terdengar suara ketukan pintu dari luar. Segera Pak Reno bergegas membukakan pintu. Terlihat seorang laki-laki muda.

“Apa benar ini rumah Pak Reno Tan,” tanya lelaki itu.

“Iya benar,” jawab Pak Reno.

“Ini ada kiriman untuk bapak,” ucap lelaki itu sambil memberikan sebuah amplop.

Pak Reno menerimanya dengan berbagai tanya di kepalanya.

“Terima kasih,” ucap Pak Reno setelah menerima amplop itu.

“Sama-sama Pak. Saya permisi dulu,” ucap lelaki itu kemudian pergi.

Setelah lelaki itu pergi, segera Pak Reno menutup pintu dan kembali. Hari ini, Pak Reno tidak pergi bekerja karena sedang di liburkan oleh kantor. Dia juga tidak mengerti kenapa kantor mendadak meliburkan mereka.

“Siapa Mas?” tanya Bu Ratih setelah Pak Reno kembali.

“Pengirim paket, dia memberikan amplop ini,” jawab Pak Reno sambil memperhatikan amplopnya.

“Apa ada nama pengirimnya?” tanya Bu Ratih.

“PT Eratex Tekstil!” jawab Pak Reno sambil membaca  kop surat yang berada di amplopnya.

“Loh, itu bukannya nama pabrik tempat Mas kerja?” tanya Bu Ratih.

Pak Reno hanya mengernyitkan dahinya. Dia memang tidak begitu hapal apa nama tempat pabrik kerjanya. Dia hanya tahu itu sebuah pabrik tekstil. Dulu, saat di ajak temannya, dia langsung ikut tanpa bertanya lebih lanjut. Pak Reno yang saat itu hanya lulusan SMP tidak mau melewatkan kesempatan yang tidak akan datang dua kali.

“Coba di buka Mas,” pinta Bu Ratih. Sejenak masalah Eloni teralihkan. Kemudian Pak Reno pun membuka amplop itu. Terdapat uang di dalamnya serta sebuah surat. Pak Reno kemudian membaca baris per baris surat itu dan beberapa saat air mukanya berubah. Dia terduduk lemas. Terdiam beberapa saat.

“Ada apa Mas?” tanya Bu Ratih heran melihat suaminya. Lalu diapun mengambil surat itu dan betapa terkejutnya. Tangis yang tadi sempat senyap kini terdengar lagi.

“Kenapa Mas, begitu banyak cobaan kepada kita. Belum selesai masalah Eloni kini masalah baru muncul. Hiks hiks hiks...” ujar Bu Ratih sambil terisak.

Surat itu berisi tentang PHK. Dan uang yang ada di dalamnya, adalah pesangon yang di berikan oleh perusahaan pada Pak Reno. Pak Reno hanya diam. Dia tak bisa berkata apa-apa. Tiba-tiba saja dia berdiri, langsung keluar dan mengendarai motor bututnya. Panggilan dari Bu Ratih tidak dia hiraukan. Dia menuju ke kantor pusat untuk memprotes PHK sepihak yang di lakukan perusahaan tanpa pemberitahuan sebelumnya. Sampai di kantor pusat, dia langsung menerobos masuk.

“Bu, di mana ruangan pemilik kantor ini?” tanya Pak Reno menahan emosi.

“Maksud bapak, Pak Affandra?” tanya resepsionis itu kembali.

“Siapapun namanya saya tidak peduli! Saya hanya ingin bertemu dengan pemilik kantor ini!" ujar Pak Reno.

“Maaf, apa bapak sudah membuat janji sebelumnya?” tanya resepsionis itu lagi yang membuat Pak Reno semakin marah.

“Saya bilang, saya mau ketemu dengan pemilik kantor ini!!!” ucap Pak Reno setengah berteriak.

“Maaf Pak, tapi bapak harus membuat janji dulu sebelum bertemu,” ujar sang resepsionis yang membuat kesabaran Pak Reno habis.

Tanpa persetujuan dari sang resepsionis, Pak Reno langsung menerobos masuk ke dalam hingga membuat satpam yang berjaga di situ harus menahannya. Di tengah pertengkaran antara Pak Reno dan satpam, muncul Affandra yang hendak keluar.

“Ada apa ini?” tanya Affandra yang melihat ada keributan.

“Ini Pak, bapak ini mau menerobos masuk ingin menemui bapak,” jawab si satpam.

“Apa benar bapak ingin menemui saya?” tanya Affandra pada Pak Reno.

“Benar Tuan,” jawab Pak Reno.

“Baiklah, lepaskan dia!” perintah Affandra pada satpam.

“Baik Pak."

“Bapak ikut saya!” perintah Affandra pada Pak Reno.

“Baik Tuan." Pak Reno pun mengikuti Affandra ke ruangannya.

“Silahkan duduk!” perintah Affandra.

“Sekarang katakan apa maksud bapak ingin menemui saya,” ucap Affandra ketika Pak Reno duduk.

“Tuan, saya mohon untuk membatalkan PHK saya. Saya punya istri yang sakit dan anak yang harus kuliah. Dari mana saya akan mendapatkan uang jika saya di berhentikan,” ucap Pak Reno sambil memohon.

“Maaf Pak. Itu sudah menjadi keputusan perusahaan dan tidak bisa di batalkan!” ucap Affandra tegas.

“Tapi Tuan, saya mohon pertimbangkan lagi keputusan itu,” ujar Pak Reno memelas.

“Maaf. Saya tidak punya banyak waktu. Saya harus pergi sekarang!” ujar Affandra lalu berdiri.

"Tuan, saya mohon! Tolong jangan pecat saya! Saya punya istri dan anak yang harus di biayai,” ujar Pak Reno sambil berlutut. Namun Affandra tak peduli.

“Satpam, bawa bapak ini keluar!” perintah Affandra setengah berteriak.

“Tuan saya mohon, Tuan! Tuan!” teriak Pak Reno masih berusaha untuk membujuk Affandra. Namun Affandra tidak peduli, dia terus berjalan meninggalkan Pak Reno yang sedang meratapi nasibnya.

Setelah di keluarkan dari kantor itu, Pak Reno mengendarai motor bututnya ke pabrik tempat dia bekerja selama bertahun-tahun. Dia memandang pabrik itu dengan penuh perasaan. Dia menarik nafas berat. Dia sangat ingat, dari hasil bekerjanya di situ, dia dapat membangun rumah meskipun sangat sederhana. Menyekolahkan Elona dan Eloni. Dan motor butut yang dia pakai sekarang ini pun adalah hasil keringatnya saat bekerja di situ.

Seketika air matanya jatuh. Kini dia tidak bisa lagi kembali ke sana. Betapa pedih dan hancur hatinya. Dia menangis sesenggukan. Lama dia menunduk di situ hingga dia di kagetkan oleh seseorang.

“Pak Reno!” panggil lelaki itu mengagetkan. “Maaf Pak, saya hanya menjalankan perintah. Saya tidak bisa berbuat apa-apa,” ucap lelaki itu yang ternyata adalah mandor yang bertugas di pabrik itu.

“Iya, tidak apa-apa Pak. Mungkin juga sudah waktunya saya harus istrahat setelah bertahun-tahun mengabdikan hidupku di sini,” ujar Pak Reno berusaha tegar.

“Iya Pak, semoga bapak mendapatkan pekerjaan yang lebih baik” ucap si mandor lalu pamit.

Lalu Pak Reno pun kembali mengendarai motor bututnya untuk pulang ke rumah dengan berbagai pikiran di kepalanya. Sampai di rumah, Bu Ratih yang terlihat khawatir langsung menyambutnya.

"Mas, dari mana?" tanya Bu Ratih.

"Aku baru saja dari kantor pusat untuk memprotes PHK itu," jawab Pak Reno.

"Lalu bagaimana? Apa PHKmu akan di batalkan?" tanya Bu ratih penuh harap.

Pak Reno tak menjawab. Dia hanya menggeleng.

Bu Ratih tertunduk lemas. Hatinya terasa pilu. Harapan hidupnya benar-benar hancur. Eloni, putrinya tersayang kini hilang entah kemana. Pekerjaan suaminya yang menjadi penyangga utama hidup mereka kini hilang juga. Bu Ratih menangis tersedu-sedu, meratapi hidup mereka yang begitu menyedihkan.

Terpopuler

Comments

NAZERA ZIAN

NAZERA ZIAN

kasihan pak reno, bagaimana reaksinya saat tau yang nyulik eloni adalah pria yg sdh tega memecatnya tanpa perasaan..?

2022-08-18

0

Luwes Hartati

Luwes Hartati

lanjut Thor

2021-04-04

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1- Penculikan
2 Bab 2- Tangis memilukan
3 Bab 3- Luka kedua kali
4 Bab 4- PHK
5 Bab 5- Maafkan aku
6 Bab 6- Penyesalan
7 Bab 7- Kembali ke rumah
8 Bab 8- Terkenang kembali
9 Bab 9- Suara yang mirip
10 Bab- 10 Ajakan menikah
11 Bab 11- Kembali semangat
12 Bab 12- Babak baru
13 Bab 13- Kejutan
14 Bab 14- Kecewa lagi
15 Bab- 15 Pertemuan pertama
16 Bab- 16 Jatuh cinta
17 Bab- 17 Nama itu
18 Bab- 18 Lelaki yang sama
19 Bab- 19 Kebenaran pertama
20 Bab- 20 Kebenaran kedua
21 Bab- 21 Pertemuan kedua dan terakhir
22 Bab- 22 Permintaan maaf
23 Bab- 23 Salah paham
24 Bab- 24 Pupusnya harapan
25 Bab- 25 Bunuh diri
26 Bab- 26 Ketegaran di balik luka
27 Bab- 27 Pertemuan mendadak
28 Bab- 28 Kebencian
29 Bab- 29 Cinta tak di restui
30 Bab- 30 Mimpi itu lagi
31 Bab- 31 Fakta pahit
32 Bab- 32 Dilema berat
33 Bab- 33 Restoran seafood
34 Bab- 34 Jangan menangis, Ibu
35 Bab- 35 Aku peduli
36 Bab- 36 Perasaan muak
37 Bab- 37 Lamaran
38 Bab- 38 Pernikahan
39 Bab- 39 Janji pembalasan
40 Bab- 40 Mengurai benang kusut
41 Bab- 41 Satu per satu
42 Bab- 42 Mulai menguak
43 Bab- 43 Kenyataan menyesakkan
44 Bab- 44 Meminta kejujuran
45 Bab- 45 Ingin bertemu calon bayi
46 Bab- 46 Kembali ke rumah itu
47 Bab- 47 Tak percaya
48 Bab- 48 Percakapan singkat
49 Bab- 49 Datang tiba-tiba
50 Bab- 50 Kembali lagi
51 Bab- 51 Sikap palsu
52 Bab- 52 Kejadian tengah malam
53 Bab- 53 Kembali ke bar
54 Bab- 54 Ketakutan terbesar
55 Bab- 55 Bimbang dan cemas
56 Bab- 56 Hasrat dan ambisi
57 Bab- 57 Rencana awal
58 Bab- 58 Pesta makan malam
59 Bab- 59 Permintaan sulit
60 Bab- 60 Duka mendalam
61 Bab- 61 Berkunjung
62 Bab- 62 Syok
63 Bab 63- Strategi busuk
64 Bab 64- Pengakuan
65 Bab- 65 Kambuh lagi
66 Bab 66- Kembali
67 Bab 67- Ungkapan hati
68 Bab 68- Makan malam keluarga
69 Bab 69- Mendapat restu
70 Bab 70- Penentuan pernikahan
71 Bab 71- Fitting baju
72 Bab 72- Menemui Affandra
73 Bab 73- Akad
74 Bab 74- Resepsi
75 Bab 75- Sakit
76 Bab 76- Meminta izin
77 Episode 77 - Pulang
78 Bab 78- Panggilan masuk
79 Bab 79- Di usir
80 Bab 80- Paket misterius
81 Bab 81- Tebakan yang sama
82 Bab 82- Melahirkan
83 Bab 83- Putri kecilku
84 Bab 84- Menjalankan rencana
85 Bab 85- Kemarahan
86 Bab 86- Mencari tahu
Episodes

Updated 86 Episodes

1
Bab 1- Penculikan
2
Bab 2- Tangis memilukan
3
Bab 3- Luka kedua kali
4
Bab 4- PHK
5
Bab 5- Maafkan aku
6
Bab 6- Penyesalan
7
Bab 7- Kembali ke rumah
8
Bab 8- Terkenang kembali
9
Bab 9- Suara yang mirip
10
Bab- 10 Ajakan menikah
11
Bab 11- Kembali semangat
12
Bab 12- Babak baru
13
Bab 13- Kejutan
14
Bab 14- Kecewa lagi
15
Bab- 15 Pertemuan pertama
16
Bab- 16 Jatuh cinta
17
Bab- 17 Nama itu
18
Bab- 18 Lelaki yang sama
19
Bab- 19 Kebenaran pertama
20
Bab- 20 Kebenaran kedua
21
Bab- 21 Pertemuan kedua dan terakhir
22
Bab- 22 Permintaan maaf
23
Bab- 23 Salah paham
24
Bab- 24 Pupusnya harapan
25
Bab- 25 Bunuh diri
26
Bab- 26 Ketegaran di balik luka
27
Bab- 27 Pertemuan mendadak
28
Bab- 28 Kebencian
29
Bab- 29 Cinta tak di restui
30
Bab- 30 Mimpi itu lagi
31
Bab- 31 Fakta pahit
32
Bab- 32 Dilema berat
33
Bab- 33 Restoran seafood
34
Bab- 34 Jangan menangis, Ibu
35
Bab- 35 Aku peduli
36
Bab- 36 Perasaan muak
37
Bab- 37 Lamaran
38
Bab- 38 Pernikahan
39
Bab- 39 Janji pembalasan
40
Bab- 40 Mengurai benang kusut
41
Bab- 41 Satu per satu
42
Bab- 42 Mulai menguak
43
Bab- 43 Kenyataan menyesakkan
44
Bab- 44 Meminta kejujuran
45
Bab- 45 Ingin bertemu calon bayi
46
Bab- 46 Kembali ke rumah itu
47
Bab- 47 Tak percaya
48
Bab- 48 Percakapan singkat
49
Bab- 49 Datang tiba-tiba
50
Bab- 50 Kembali lagi
51
Bab- 51 Sikap palsu
52
Bab- 52 Kejadian tengah malam
53
Bab- 53 Kembali ke bar
54
Bab- 54 Ketakutan terbesar
55
Bab- 55 Bimbang dan cemas
56
Bab- 56 Hasrat dan ambisi
57
Bab- 57 Rencana awal
58
Bab- 58 Pesta makan malam
59
Bab- 59 Permintaan sulit
60
Bab- 60 Duka mendalam
61
Bab- 61 Berkunjung
62
Bab- 62 Syok
63
Bab 63- Strategi busuk
64
Bab 64- Pengakuan
65
Bab- 65 Kambuh lagi
66
Bab 66- Kembali
67
Bab 67- Ungkapan hati
68
Bab 68- Makan malam keluarga
69
Bab 69- Mendapat restu
70
Bab 70- Penentuan pernikahan
71
Bab 71- Fitting baju
72
Bab 72- Menemui Affandra
73
Bab 73- Akad
74
Bab 74- Resepsi
75
Bab 75- Sakit
76
Bab 76- Meminta izin
77
Episode 77 - Pulang
78
Bab 78- Panggilan masuk
79
Bab 79- Di usir
80
Bab 80- Paket misterius
81
Bab 81- Tebakan yang sama
82
Bab 82- Melahirkan
83
Bab 83- Putri kecilku
84
Bab 84- Menjalankan rencana
85
Bab 85- Kemarahan
86
Bab 86- Mencari tahu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!