NovelToon NovelToon

Cinta Yang Tertukar

Bab 1- Penculikan

Di gudang yang gelap dan pengap, Eloni meringkuk ketakutan. Tadi malam, dia baru saja di culik oleh beberapa lelaki yang berpakaian preman di jalan pulang menuju rumahnya. Dia tidak tahu apa salahnya hingga dia pantas mendapat perlakuan seperti itu.

Sejak semalam, dia pingsan karena satu tamparan keras di pipinya dari salah satu preman yang menculiknya. Setelah sadar, dia sudah berada di tempat ini dengan mulut tersumpal serta kaki dan tangan terikat.

Eloni berusaha berteriak, namun semuanya sia-sia. Dia hanya bisa menangis.

“Ayah, Ibu, Kak, tolong Eloni, Eloni takut,” gumam lirih Eloni dalam hatinya.

Tiba-tiba, pintu gudang terbuka. “Buka ikatan tangan dan kakinya serta bawa dia menghadap ke bos!” perintah salah seorang dari mereka. Eloni tidak melihat orang-orang itu karena matanya tertutup akibat silau cahaya terang yang muncul dari balik pintu.

Seketika, seseorang datang membuka tali pengikatnya. Namun sumpalan di mulutnya tetap di biarkan menempel. Eloni berusaha melepaskan diri, namun apalah dayanya. Dia hanya seorang perempuan dengan tubuh mungil. Mana mungkin dia bisa melawan lelaki itu yang bertubuh kekar nan kuat.

Karena lelah, akhirnya Eloni hanya pasrah di seret oleh preman yang tadi malam menculiknya. Setelah keluar dari gudang, dia di bawa naik ke sebuah tangga. Dan, betapa terkejutnya setelah tiba di atas. Di atas gudang yang pengap dan gelap itu, terdapat sebuah rumah yang sangat megah. Meskipun dalam keadaan kesakitan, Eloni tampak kagum dan berkali-kali bergumam melihat isi rumah itu. Di sana sini terdapat banyak barang-barang mahal. Ada sofa, keramik-keramik, lampu hias dan masih banyak lagi yang mungkin jika di uangkan, mencapai milyaran rupiah.

Maklum, Eloni hanyalah gadis miskin yang tinggal di rumah yang terbilang cukup sederhana. Ayahnya adalah seorang buruh di salah satu pabrik tekstil terbesar yang ada di Jakarta. Sedangkan ibunya, tidak bekerja karena sakit lumpuh. Sementara kakaknya, tidak tahu bekerja di mana. Dia hanya bekerja pada malam hari dan istrahat pada siang hari.

“Ayo masuk!” perintah salah seorang dari preman itu sambil mendorong Eloni. Eloni di masukkan ke dalam sebuah ruangan yang sangat luas dan tentunya tak kalah mewah dari sebelumnya. Karpet tebal menyambut kakinya kala memasuki ruangan itu.

Ketika memasuki ruangan itu, sumpalan mulutnya pun di buka. Ingin rasanya dia berteriak. Namun semuanya percuma. Tak akan ada yang mendengar dan menolongnya. Eloni mengangkat kepalanya dan melihat seorang laki-laki yang duduk di balik meja sambil membelakangi mereka.

“Dia sudah ada di sini bos!” ucap salah satu dari preman itu.

Lelaki yang di panggil bos itu pun langsung memutar kursinya. Sejenak membuat Eloni tertegun. Dia adalah seorang lelaki muda dan sangat tampan. Eloni tidak habis pikir kalau dalang dari penculikannya adalah seorang lelaki muda dan tampan. Yang ada dipikirannya adalah seseorang yang tua dan memiliki wajah yang menyeramkan.

“Tapi, siapa dia? Kenapa dia menculikku? Aku sama sekali tidak mengenalnya,” tiba-tiba berbagai tanya muncul di benak Eloni.

“Tinggalkan kami!” perintah lelaki itu yang membuat Eloni kaget.

“Baik bos,” jawab mereka serempak dan kemudian berlalu.

Lelaki itu mendekati Eloni. Tampak di matanya sorot kemarahan. Eloni menunduk tak berani menatap laki-laki itu. Tiba-tiba, tangan lelaki itu mencengkeram dagu Eloni hingga dia meringis kesakitan.

“Awwhh, sakit,” keluh Eloni.

“Sakit?” tanya lelaki itu dan kemudian semakin mengcengkeramnya hingga membuat air mata Eloni jatuh karena menahan sakit.

“Berani-beraninya kamu mengeluh sakit setelah apa yang sudah kamu lakukan padaku, hah!” bentak lelaki itu.

“Aaapa maksud kamu?” tanya Eloni tak mengerti maksud lelaki itu.

Lelaki itu tak menjawab pertanyaannya. Dia melepas cengkeramnnya dengan kasar hingga membuat Eloni tersungkur.

“Siapa kamu dan kenapa kamu menculikku?” tanya Eloni sambil terisak.

“Hentikan pertanyaan konyolmu itu! Sebelum semakin membuatku muak!” bentak lelaki itu.

Eloni benar-benar tak mengerti, apa sebenarnya maksud lelaki itu. Dia benar-benar tak mengenalnya. Jangankan mengenalnya, melihatnya saja baru kali ini.

“Aku benar-benar tak mengenalmu. Sekarang lepaskan aku!” teriak Eloni sambil menangis histeris.

“Diam!” teriak lelaki itu yang membuat Eloni sedikit ciut nyalinya.

“Penjaga!” teriak lelaki itu memanggil anak buahnya.

Seketika dua lelaki langsung masuk. “ Siap Bos!” jawab anak buahnya serempak.

“Bawa wanita ini ke kamar dan suruh pelayan untuk membersihkan badannya. Aku tak ingin tidur dengan orang kotor dan kumal!” perintah lelaki itu. Seketika Eloni terperanjat. Dia berusaha melepaskan diri ketika anak buah lelaki itu membawanya keluar.

“Lepaskan aku! Lepaskan! Aku tak mau tidur denganmu! Dasar laki-laki jahat! Tolong lepaskan aku!” teriak Eloni sambil berusaha untuk melepaskan diri. Namun sama seperti sebelumnya, tak ada gunanya dia berteriak dan berontak. Semua itu hanya akan membuatnya semakin lelah.

Tiba di kamar, dia langsung di suruh membersihkan diri. Di kamar mandi, dia menangis sejadi –jadinya. “Hiks hiks hiks…..” Ayah, Ibu, Kak, tolong aku. Aku takut. Aku ngga mau tidur dengannya. "Hiks hiks hiks…” tangis Eloni semakin pecah. Di tengah tangisnya, tiba-tiba ada suara wanita yang memanggil dari balik pintu kamar mandi.

“Non,” panggil wanita itu.

“Siapa?” tanya Eloni.

“Saya pelayan yang di perintahkan oleh Tuan Affandra untuk melayani Non,”  jawab wanita itu.

“Ohh jadi nama lelaki itu Affandra,” gumam Eloni.” Aku ngga mau keluar!"

“Non, Tuan sudah menunggu. Non harus keluar,” bujuk sang pelayan.

“Aku ngga mau!” balas Eloni tetap bersikukuh. Karena kehabisan akal dan Eloni tak juga mau keluar, maka sang pelayan itu akhirnya memberi tahu pada Affandra.

“Tuan, Non ngga mau keluar dari kamar mandi. Saya sudah memaksanya tapi tetap saja dia tidak mau,” ucap sang pelayan.

“Apa maunya wanita itu? Bukannya itu yang selama ini dia inginkan? Tidur denganku!" gumam Affandra menahan emosi.

Dia lalu bergegas ke kamar tempat Eloni.

"Keluar sekarang atau aku akan mengeluarkanmu secara paksa!” teriak Affandra. Eloni ketakutan mendengar suara Affandra dari luar. Jika dia tidak segera keluar, maka pasti Affandra akan mendobrak pintu itu. Akhirnya, dia tidak punya pilihan selain keluar sendiri.

Dengan hanya memakai handuk, dia membuka pintu dan hanya mendongakkan kepalanya.

“Keluar sekarang!” bentak Affandra. Eloni pun keluar dengan hanya handuk yang melekat di badannya. Tubuh mulus dan seksinya jelas terpampang di depan Affandra.  Affandra yang melihat itu, seketika menjadi bergairah. Dia menatap Eloni dengan tatapan buas. Seperti seekor harimau yang telah siap memangsa buruannya.

Eloni ketakutan melihat Affandra yang melihatnya seperti itu. Dia berusaha memegang handuknya agar tak lepas. Affandra yang melihatnya semakin terpancing. Dia lalu menuju ke arah pintu dan kemudian menguncinya.

“Aapa yang ingin kamu lakukan?” tanya Eloni ketakutan sambil terus memegangi handuknya.

“Bukankah ini yang kamu inginkan sayang,” ucap Affandra terus mendekati Eloni.

"Apa maksud kamu? Tolong jangan lakukan itu!” pinta Eloni memelas.

“Kamu ngga usah pura-pura!” balas Affandra.

“Aku benar-benar tidak mengerti. Tolong jangan sentuh aku!” pinta Eloni memohon.

Namun Affandra tak menggubris ucapannya. Dia terus mendekatinya. Dan tiba-tiba, Affandra menangkap Eloni. Dia memaksa untuk melepaskan handuknya, namun Eloni bersikeras untuk menahannya,

“Lepaskan aku! Tolong, jangan lakukan itu!" ucap Eloni sambil memohon dengan derai air mata. Namun Affandra tak memperdulikannya. Dia terus saja memaksa hingga handuknya benar-benar lepas. Dan seketika, tubuh Eloni terlihat jelas tanpa ada sehelai benangpun. Affandra yang melihat itu semakin bernafsu. Dia langsung mendorong tubuh Eloni ke atas tempat tidur. Eloni berontak. Namun apalah dayanya. Dia hanya seorang perempuan lemah. Jelas dia kalah dari Affandra yang memiliki tubuh lebih kuat darinya.

Dalam keputusasaannya, akhirnya Eloni pasrah kesuciannya di renggut oleh lelaki tak bertanggung jawab itu. Air matanya terus mengalir. Pandangannya kosong. Rasanya, hidupnya tak berarti lagi.

Setelah melakukan aksinya, Affandra berbisik pada Eloni. ”Ternyata kau wanita yang cukup cerdas menjaga kesucianmu di tempat seperti itu,” ucap Affandra tanpa sama sekali rasa bersalah. Dia lalu beranjak membersihkan dirinya. Setelah itu, dia langsung pergi meninggalkan Eloni dengan sakit yang teramat.

Setelah kepergian Affandra, Eloni bangun. dia melihat darah di kasur. Hatinya semakin hancur berkeping-keping. Dia menangis sejadi-jadinya, memukul-mukul badannya sendiri. Dia jijik dan benci pada dirinya sendiri. Akhirnya karena kecapean, diapun tertidur.

Bab 2- Tangis memilukan

“Eloni, kamu di mana, Nak? Kenapa semalam kamu ngga pulang,” ucap Ibu Ratih yang cemas karena anaknya tak kunjung pulang.

“Mas, apa kita laporkan saja ke polisi,” ujar Ibu Ratih.

“Kita tunggu sampai sore, kalau Eloni tidak kunjung datang, baru kita lapor polisi,” balas Pak Reno suami Bu Ratih.

“Di mana Elona? Apa dia tidak tahu adiknya tidak sepulang semalam?“ tanya Pak Reno pada Bu Ratih.

“Dia masih tidur. Dia pasti tidak tahu, karena dia baru pulang subuh,” jawab Ibu Ratih.

“Bangunkan dia! Bagaimana bisa dia tidur nyenyak sementara adiknya hilang!” ujar Pak Reno.

“Iya Mas,” balas Bu Ratih langsung bergegas membangunkan Elona.

“Elona, bangun Nak,” ucap Bu Ratih sambil menggoyang-goyangkan badan Elona.

“Ummm..., ada apa Bu, aku ngantuk banget,” ujar Elona malas-malasan. Dia memang barusan tidur karena baru pulang tadi subuh.

“Eloni tidak pulang semalam,” ucap Bu Ratih.

“Mungkin dia nginap di rumah temannya,” balas Elona ogah-ogahan.

“Tapi ponselnya tak bisa di hubungi,” ujar Bu Ratih.

“Mungkin ponselnya lagi habis baterainya,” ucap Elona asal-asalan.

‘Elona! Bagaimana bisa kamu ngomong dengan begitu santainya. Eloni tak mungkin nginap di rumah temannya tanpa memberi kabar,” ucap bu Ratih sedikit emosi.

“Iya Bu, bawel amat. Coba kalo aku, jangankan semalam, seminggu pun ngga akan di cari,” gumam Elona kesal.

“Terus kita harus ngapain?" tanya Elona dengan ketus.

“Kamu telpon teman-temannya dan tanyai mereka,” ucap Bu Ratih.

“Iya,” balas Elona masih malas-malasan.

Setelah Bu Ratih keluar dari kamar, Elona lalu mengambil ponselnya dan mulai menelpon satu persatu teman Eloni yang di kenalnya. Namun, tak ada satupun yang tahu di mana Eloni berada. Sementara di luar kamar, Pak Reno tampak mondar mandir.

“Bagaimana ini, Mas,” ucap Bu Ratih sedih. Pak Reno tak menjawab. Dia hanya melirik jam dinding. Waktu sudah menunjuk hampir pukul tujuh.

“Bu, aku pergi kerja dulu ya. Kalau ada kabar dari Eloni segera hubungi aku!” ucap Pak Reno.

“Iya Mas,” balas Bu Ratih lalu mendorong sendiri kursi rodanya untuk mengantar suaminya ke depan.

Bu Ratih mengalami kelumpuhan sejak dua tahun yang lalu karena kecelakaan tabrak lari. Itulah, kenapa dia tidak bekerja dan hanya di rumah saja.

“Bagaimana, Nak? Apa kamu sudah mendapatkan kabar tentang adikmu?” tanya Bu Ratih yang masuk kembali kamar.

“Belum Bu, semua temannya nggak ada yang tahu,” jawab Elona.

“Ibu ngga perlu khawatir, Eloni pasti akan pulang. Memangnya dia mau kemana kalo ngga pulang kerumah,” ujar Elona sambil berlalu yang membuat Bu Ratih menyapu dadanya.

.

“Kamu di mana, Nak. Apa yang sebenarnya terjadi,” ucap Bu Ratih dengan wajah sedih.

Eloni dan Elona adalah saudara kembar identik. Saking begitu miripnya, tetangga mereka selalu susah untuk membedakannya. Meskipun mereka kembar, Eloni dan Elona mempunyai sifat yang sangat bertolak belakang. Eloni adalah anak yang penurut sedangkan Elona lebih keras kepala.

Dua tahun yang lalu, mereka sama-sama lulus SMA. Keduanya ingin melanjutkan kuliah. Namun karena keterbatasan ekonomi, maka hanya salah satunya yang harus tetap lanjut dan satu lainnya harus berhenti. Dan orang tua mereka memilih Eloni yang tetap akan lanjut dan Elona harus mengalah. Elona sangat kecewa dengan keputusan orang tuanya yang di nilainya selalu memihak pada adiknya.

Dari situlah, mulai muncul benih-benih kebencian Elona pada adiknya. Selama ini dia selalu merasa di kucilkan, mulai dari prestasi di sekolah hingga kepatuhan mereka terhadap orang tua. Memang, sejak di sekolah dasar hingga SMA, Eloni selalu menjadi juara di kelasnya, sedangkan Elona bahkan tidak bisa masuk sepuluh besar.

Di rumah pun demikian, Eloni adalah anak yang selalu menuruti keinginan orang tuanya, sedangkan Elona selalu membantah.

******

“Dengar-dengar, hari ini anak pemilik pabrik akan datang untuk melihat-lihat secara langsung pembuatan tekstil,” ucap salah satu buruh kepada temannya yang kebetulan berdekatan dengan Pak Reno. Pak Reno memang sempat mendengar bahwa akan ada kunjungan dari anak pemilik pabrik tekstil tempatnya bekerja. Namun dia tak tahu jelasnya kapan.

Sebenarnya dia tidak begitu peduli, karena itu tak akan berpengaruh pada pekerjaannya sama sekali. Dia tetap akan bekerja sebagai buruh dengan gaji yang sama setiap bulan. Apalagi sekarang, dia tak bisa konsentrasi karena memikirkan anaknya yang belum ada kabar hingga siang ini.

Tak berapa lama, suara dari mandor sudah terdengar memberikan komando.

“Bekerjalah sepeti biasa selama Pak Affandra datang melihat-lihat!” ucap sang Mandor kepada semua buruh.

“Baik Pak,” ucap seluruh buruk serentak.

Setelah di berikan komando, merekapun kembali bekerja seperti biasa. Tak lama kemudian, muncul seorang lelaki muda dan tampan yang di temani oleh empat pengawal dan mandor yang tadi memberikan komando. Semua buruh melihat ke arahnya. Apalagi para buruh wanita, mereka tersenyum kagum pada anak pemilik pabrik tempat mereka bekerja.

“Ternyata dia masih sangat muda yaa,” ucap salah seorang buruh pada Pak Reno. Namun Pak Reno tidak merespon. Dia hanya sejenak mendongakkan kepalanya melihat ke arah Affandra, dan sejurus kemudian menunduk kembali melanjutkan pekerjaannya seperti biasa. Pikirannya masih terus teralihkan pada anaknya yang belum juga ada kabar.

Affandra adalah anak tunggal dari Hengkara Janadi, seorang pemilik pabrik tekstil terbesar di seluruh Indonesia yang berada di jakarta. Dia mempunyai wajah yang tampan dan tubuh atletis. Kini dia sudah berumur 28 tahun.

Terlihat Affandra berjalan-jalan sambil berbicara dengan mandor yang menemaninya. Sekitar satu jam berkeliling-keliling, akhirnya merekapun kembali.

“Sepertinya, kita terlalu banyak menggunakan tenaga pekerja. Saya berencana menguranginya untuk memaksimalkan pemasukan. Segera kurangi seperempat dari pekerja yang ada saat ini! Namun usahakan untuk tetap mempertahankan pekerja yang umurnya di bawah lima puluhan agar produktivitasnya tetap terjaga!” perintah Affandra pada Mandor ketika mereka kembali.

“Baik Pak. Akan segera saya laksanakan perintah bapak,” jawab sang mandor.

Setelah itu, Affandra pun naik ke mobil mewahnya dan melaju meninggalkan pabrik.

******

Di dalam kamar, Eloni terbangun setelah tertidur karena kelelahan akbibat menangis. Badannya terasa sakit, apalagi di bagian organ intimnya. Tubuhnya masih dalam keadaan telanjang, namun sudah tertutupi dengan selimut.

Eloni pun berusaha untuk bangkit meski tertatih. Dia menuju ke kamar mandi. Di dalam kamar mandi, dia kembali terisak. Dia merasa hina dan kotor. Seketika bayangan saat Affandra merenggut kesuciannya kembali muncul dalam benaknya. Rasa muak dan amarah yang amat sangat langsung memuncak.

“Dasar laki-laki bajingan! Akan ku bunuh kamu! Hiks hiks hiks…” teriak Eloni di sertai dendam kesumat dan air mata yang berderai-derai. Dia sungguh sangat membenci Affandra. Hingga mengingat wajahnya saja membuat dia begitu jijik.

Dalam suasana tangisnya, tiba-tiba bayangan orang tuanya muncul dalam kepalanya. Tangisnya semakin pecah.

“Maafkan aku Ayah, Ibu. Aku ngga bisa jadi anak yang bisa membahagiakan kalian,” gumam lirih Eloni di selingi dengan isak yang memilukan. Hiks hiks hiks…

Setelah membersihkan diri, diapun keluar. Sudah ada pakaian yang di siapkan di atas tempat tidur. Dia kemudian memakainya dan berencana untuk keluar meminta tolong pada pelayan agar dia bisa pulang ke rumah.

Eloni lalu membuka pintu kamar. Tak bisa terbuka. Berulang kali ia mencobanya namun hasilnya tetap nihil. Pintu kamarnya di kunci dari luar. Eloni berteriak-teriak dari dalam, namun tak ada yang merespon. Dalam keputusasaannya, dia jatuh terkulai lemas. Rasanya tak ada harapan untuk dia bisa keluar dari rumah itu. Kembali tangisnya pecah.

Namun tiba-tiba, pintu berderek seperti ada yang membukanya. Sontak saja Eloni langsung berdiri. Dan sesaat kemudian muncul sang pelayan mengantar makanan. “Non, waktunya makan siang,” ucap pelayan itu.

Eloni tak merespon ajakannya. Dia lalu mendekatinya dan memohon-mohon.

“Bi, tolong bantu aku keluar dari sini. Orang tuaku pasti sekarang sedang mencariku. Aku mohon Bi!” ucap Eloni memohon.

“Maafkan saya Non, saya hanya menjalankan perintah Tuan!” ucap sang pelayan.

“Saya mohon Bi, saya mohon bantu saya keluar dari sini,” ujar Eloni dengan memelas.

“Saya tidak bisa. Silahkan di nikmati makan siangnya Non,” ucap pelayan itu dan langsung pergi.

Eloni terduduk lemas di atas tempat tidur. Dia memandang makanan yang baru saja di antarkan pelayan itu.

“Bagaimana aku bisa makan setelah apa yang baru saja aku alami,” gumam Eloni. Dan seketika itu dia berdiri dan menghambur semua makanan itu hingga piring-piringnya terjatuh dan pecah berkeping-keping.

“Aahhhhhhhh....!” amuk Eloni frustrasi.

“Ayah, Ibu!“ Hiks hiks hiks…..” Kembali Eloni terisak di atas tempat tidur.

Bab 3- Luka kedua kali

Hari ini, Pak Reno meminta izin untuk pulang cepat. Dia beralasan istrinya sedang sakit dan tak ada yang menjaganya. Diapun mengendarai motor bututnya dengan tergesa-gesa. Begitu sampai rumah, Pak Reno langsung bertanya.

“Bagaimana Bu, apa ada kabar dari Eloni?” tanya Pak Reno.

Bu Ratih dan Elona menggeleng bersamaan. Tiba-tiba Pak Reno terduduk lemas. Wajahnya jelas menggambarkan kekhawatiran yang amat sangat.

“Mas, ayo kita lapor ke polisi,” ucap Bu Ratih. Dan tanpa berpikir panjang, Pak Reno langsung berdiri.

“Baiklah, ayo!” balas Pak reno sambil mendorong kursi roda istrinya.

Elona tak beranjak. Dia masih tetap duduk di kursinya.

“Kamu ngga ikut?” tanya Pak Reno.

“Aku di rumah aja,” jawab Elona cuek.

“Bisa-bisanya kamu tidak khawatir saat adikmu hilang!” ucap Pak Reno sedikit kesal.

“Yah, nanti malam aku kerja dan aku harus istrahat,” balas Elona.

“Udahlah Mas, biar Elona istrahat. Kita saja yang pergi,” sela Bu Ratih.

Pak Reno hanya menggeleng. Kemudian merekapun pergi tanpa Elona.

“Bikin susah aja!” dengus Elona setelah kepergian orang tuanya.

Di kantor polisi.

“Pak polisi, kami ingin melaporkan kehilangan orang,” ucap Pak Reno

“Ada fotonya?” tanya Pak polisi.

“Ini,” balas Pak Reno sambil menyodorkan foto Eloni.

"Apa bisa di ceritakan kejadian sebelum anak bapak dan ibu hilang?" tanya Pak Polisi.

Kemudian Bu Ratih pun menceritakannya.

“Baiklah, kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk segera menemukan anak bapak dan ibu. Sekarang bapak dan ibu bisa kembali. Kami akan mengabari jika sudah mendapatkan petunjuk,” ujar Pak Polisi setelah mendengar cerita Bu Ratih.

“Baik Pak, kami mohon agar anak kami bisa di temukan kembali,” ucap Pak Reno.

“Baik, akan kami usahakan.” balas Pak Polisi.

Dan setelah itu merekapun kembali. Sesampai di rumah, sudah ada beberapa tetangga yang sedang berkumpul.

“Bu Ratih, apa benar Eloni hilang? Tadi kami melihat Bu Ratih dan Pak Reno tampak terburu-buru seperti ada masalah. Dan kami bertanya pada Elona,” ucap Bu Rina salah satu tetangga mereka.

“Iya Bu,” jawab Bu Ratih sambil menangis.

“Sabar ya Bu, kami akan berusaha membantu sebisa mungkin,” balas Bu Rina.

“Terima kasih Bu,” ucap Bu Ratih.

******

Setelah dari kantor, biasanya Affandra tidak langsung pulang ke apartemennya. Tapi dia menuju ke bar tempat Elona bekerja. Namun mulai hari ini, dia akan langsung pulang ke rumah tempat dia menyembunyikan Eloni yang di pikirnya adalah Elona.

“Sayang, aku datang,” ucap Affandra ketika memasuki kamar tempat Eloni. Eloni tak menjawab.

“Sayang apa kamu udah makan?” tanya Affandra sambil mengelus rambut Eloni seperti seorang kekasih.

“Jangan sentuh aku dengan tangan kotormu itu!” teriak Eloni sambil mendorong kasar tangan Affandra.

“Kamu kenapa sayang? Apa aku telah berbuat salah?” tanya Affandra seakan-akan tak ada yang terjadi.

Eloni menatap Affandra dengan tatapan penuh kebencian.

“Sekarang kamu keluar! Aku jijik melihat wajahmu!” teriak Eloni dengan wajah menahan amarah. Namun Affandra tak menggubris ucapan Eloni. Dia malah semakin mendekatinya.

“Sayang, aku lagi pengen,” ucap Affandra berbisik di telinga Eloni yang membuat Eloni semakin geram.

“Plakkkk...!!! Satu tamparan keras dari Eloni menghampiri pipi Affandra.

“Menjauh dariku!” bentak Eloni.

Mendapat perlakuan seperti itu, tidak membuat Affandra marah. Justru malah membuatnya semakin ingin menyetubuhi Eloni. Adrenalinnya terpacu. Dengan kasar dia mendorong Eloni. Melepaskan dengan paksa pakaian yang melekat di badannya. Teriakan dan tangisan Eloni tak ia hiraukan. Ia terus saja melanjutkan perbuatannya hingga meraih kepuasaan.

Lagi-lagi sakit. Sudah dua kali dalam sehari ini Affandra menggores luka di tubuh Eloni. Setelah puas, seperti biasa dia langsung membersihkan diri dan berlalu meninggalkan Eloni dengan isak tangisnya.

Eloni menangis tersedu-sedu hingga rasanya air matanya sudah habis. Dia beranjak dari tempat tidur, mengambil pakaiannya yang berserakan lalu menuju kamar mandi. Badannya kesakitan. Belum selesai sakit yang tadi pagi, kini malam ini dia harus merasakannya kembali.

Di kamar mandi, dia tak lagi menangis histeris seperti sebelumnya. Dia sudah terlalu capek. Dia hanya menatap dinding kamar mandi sambil membiarkan air mengucur membasahi tubuhnya. Pandangannya kosong. Hatinya benar-benar terluka.

*****

“Tumben sudah seminggu ini Affandra ngga datang,” gumam Elona sambil menunggu di bar tempatnya bekerja.

“Apa dia marah karena memergoki aku jalan sama Delano?” tanya Elona pada dirinya sendiri.

“Heii.....lu ngapain bengong?” tanya Sandra mengagetkan Elona. Sandra adalah sahabat Elona sejak dari SMA yang juga bekerja di bar. Dia juga yang sudah mengajak Eloni bekerja di situ.

“Apaan sih loh, ngagetin aja,’ balas Elona.

“Gue tau, loh pasti sedang nunggu Affandra kan? Ngaku loh!” ucap Sandra sambil mengejek Elona.

“Ngga kok, aku ngga lagi nungguin dia,” elak Elona.

“Tapi Lon, luh emang benar ngga suka sama Affandra? Dia itu udah tampan kaya lagi. Masa lu ngga sama sekali tertarik?” tanya Sandra ingin tahu.

“Gue udah terlanjur cinta sama Delano, Ndra,” jawab Elona.

“Tapi Delano sebentar lagi mau nikah Lon.”

“Gue ngga peduli, Ndra,” ucap Elona.

“Parahhh lu yaa! Ada lelaki tampan dan kaya yang suka sama elu, lu malah milih laki-laki yang sebentar lagi mau nikah!” ujar Sandra heran pada temannya itu.

“Yaa mau gimana, namanya juga cinta,” ujar Elona.

“Serah lu dah!” balas Sandra lalu pergi.

Sejenak Elona memikirkan apa yang baru saja di katakan Sandra. Namun tiba-tiba Delano datang mengagetkannya.

“Sayang, kamu kenapa melamun?” tanya Delano.

“Ngga kok sayang, kamu mau minum apa?” tanya Elona.

“Yang biasa aja,” jawab Delano.

“Kamu tunggu sebentar yaa,” ujar Elona lalu pergi.

Sementara Delano sedang menunggu, dia melihat Sandra.

“Hai Sandra,” sapa Delano sambil melambaikan tangan. Namun Sandra hanya menengok sekilas dan langsung membuang muka. Dia memang tidak menyukai Delano, karena dia tahu, Delano hanya mempermainkan sahabatnya.

Delano adalah teman SMA mereka juga. Dia di kenal playboy saat mereka masih SMA dulu. Banyak wanita yang sudah menjadi korbannya. Setelah lulus, mereka sudah tidak tahu kabar tentangnya lagi hingga beberapa bulan lalu. Dia tiba-tiba muncul di bar tempat Elona bekerja. Dari situlah, kemudian mereka menjalin hubungan hingga membuat Affandra sakit hati. Namun satu bulan terakhir, Elona mendapatkan kabar bahwa Delano akan menikah. Namun tetap saja dia tidak peduli dan terus menjalin hubungan dengannya.

“Lon, kenapa Sandra ngga suka banget sama aku?” tanya Delano sambil melihat ke arah Sandra yang sedang melayani seorang tamu.

“Ngga tau,” ujar Elona sambil mengangkat bahunya.

“Den, apa kamu benar-benar mau nikahi perempuan itu?” tanya Elona dengan raut wajah sedih.

“Maafkan aku sayang, aku ngga punya pilihan, dia sedang mengandung anakku,” jawab Delano.

“Tapi aku janji sayang, aku akan segera menceraikannya setelah bayinya lahir. Dan setelah itu, aku akan  menikahimu,” ujar Delano berusaha meyakinkan Elona.

“Kamu janji kan,” ujar Elona.

“Iya, aku janji sayang,” balas Delano sambil mengaitkan kedua jari kelingking mereka sebagai tanda kesepakatan. Sandra yang melihat dari jauh hanya tersenyum sinis. Dia takut kalau sahabatnya menjadi korban selanjutnya. Tapi, apalah dayanya, Elona memaksa untuk tidak mau meninggalkan Delano.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!