PEMILIK RUANG HATI

PEMILIK RUANG HATI

1. Debaran Nawang

Nawang mengetuk- ngetuk meja di depannya dengan ballpoint yang sedari tadi belum juga melaksanakan tugas semestinya, menjadi alat tulis.

Sedari tadi dia berusaha mati- matian menenangkan hatinya yang berdebar- debar nggak karuan sejak pagi tadi.

Tepatnya sejak Sasi bilang padanya kalau Nawang akan bergabung bersama tim kecil yang akan bertemu dengan klien baru perusahaan mereka siang nanti.

Bukan pertemuannya yang membuatnya berdebar- debar nggak karuan seperti ini.

Tapi orang yang akan ditemuinya yang membuatnya dalam suasana deg- degan level tinggi.

Tadi, saat Sasi memberitahunya kalau dia akan diikutsertakan dalam team kecil, Nawang masih cuek- cuek saja walau sesungguhnya dia kurang begitu suka dengan tugas bertemu klien.

Dan saat Sasi menjelaskan kalau calon klien mereka adalah seorang pengusaha property kelas wahid di negeri ini, Nawang masih nggak perduli.

Toh selama ini, sesuai ingatannya, dia selalu di bawa dalam team kecil saat perusahaan harus bertemu klien baru kelas kakap.

Entah apa maksudnya teman- teman di team kecilnya, tapi mereka bilang, aura Nawang mampu membakar semangat dan menumbuhkan nyali team yang kadang jiper saat harus bertemu klien yang sudah punya nama besar.

Atensinya baru seratus persen terampas saat Sasi menyebut bahwa calon klien yang akan mereka temui siang nanti adalah Richardo Pambudi.

Nawang sudah mulai tak enak hati saat mendengar nama itu.

Nama itu sama persis dengan nama pacar pertamanya di bangku SMU dulu.

Tapi apa benar dia?

Lelaki itu jadi seorang pengusaha sekarang?

Lalu bagaimana cita-citanya yang dulu ingin menjadi seorang dokter?

"Ini lho yang namanya Pak Richard, Mbak." kata Sasi sambil menyodorkan ponselnya ke depan muka Nawang, menunjukkan photo seorang pria tampan dan berwibawa yang sangat di kenali senyum samarnya oleh Nawang.

Ya, benar. Dia laki- laki yang memiliki nama panggilan Eric di sekolahnya dulu.

"Aku harus banget ikut ya?" tanya Nawang memelas.

"Iya lah. Pak Deni yang minta kamu ikut." jawab Sasi mantap.

Bagi gadis itu, kehadiran Nawang dalam sebuah pertemuan dengan klien atau dimana pun itu, akan membawa ketenangan tersendiri baginya.

Pandangan mata dingin dan menghunjam dari balik kaca mata minus milik Nawang rasanya jadi perisai bagi dirinya dari tatapan nakal mata- mata liar para lelaki pada body seksinya.

Nawang pasti akan menatap galak pada pria yang jelas- jelas ketahuan menatap tak sopan pada Sasi.

Bila tatapannya tak mampu menghalau tatapan nakal para lelaki itu, Nawang akan dengan suara sadisnya menegur dengan tegas pada para pria itu.

"Cakep, muda, mapan. Ya Tuhan.....sempurna sekali ciptaan-Mu ini!" seru Sasi histeris sambil menatap photo Richard dalam ponselnya.

"Lebayyyyy!" seru Nawang sebel dengan kealayan Sasi.

Ya walaupun memang benar semua yang dikatakan Sasi soal Richard.

"Ini fakta, bukan lebay! Perhatikan dengan seksama dong!" kata Sasi pura- pura sewot sambil kembali menyodorkan ponselnya yang masih memajang photo Richard pada Nawang yang memilih mengikuti keinginan Sasi untuk mengamati lebih detail wajah Richard.

"Iya juga sih, hehe...." kata Nawang yang membuat senyum Sasi merekah.

"Jangan naksir ya! Ingat, ada suami dan anak di rumah!" ancam Sasi, membuat Nawang memajukan bibir bawahnya.

"Naksir doang, nggak boleh juga?" goda Nawang sambil memasang wajah memelas.

"Nggak- bo- leh!" jawab Sasi tegas.

"Ya udah, buat kamu aja." kata Nawang bernada mengalah.

"Syiiiip!" kata Sasi bahagia sambil menyodorkan kedua jempolnya ke depan muka Nawang yang otomatis memundurkan wajahnya untuk menghindari tertabrak jempol nggak sopan.

"Dih!" ejek Nawang sambil tertawa geli dengan kegembiraan Sasi barusan.

"Kenapa?" tanya Sasi nggak senang.

"Pak Richard itu beda kasta sama kita. Sadar!" kata Nawang sambil tersenyum getir.

"Jodoh siapa yang tahu kan? Jangankan beda kasta,beda alam aja bisa kalau Tuhan berkehendak." kata Sasi masih ngotot.

"Astagfirullahaladzim..." sahut Nawang kaget.

"Kenapa?"

"Kamu pengen nikah beda alam?!" tanya Nawang. " Ngeri sekali cita- citamu, Si..." kata Nawang menatap prihatin pada Sasi.

"Ya enggaklah! Amit- amit...." sambar Sasi cepat.

"Aku maunya sama Mas ini..." kata Sasi sambil terkikik geli sendiri.

"Terserah! Sebahagiamu ajah!" kata Nawang sambil beranjak meninggalkan mejanya.

"Mau kemana woy?" tanya Sasi nggak rela ditinggalkan Nawang saat sedang berbunga- bunga begitu.

"Mau ke toilet. Mau ikut?" ledek Nawang yang disambut cemberutan Sasi.

"Terus ini istanamu gimana Mbak?" tanya Sasi bingung.

"Tungguin bentaaaar!" jawab Nawang setengah berteriak.

"Iya!" jawab Sasi sambil kembali duduk di kursi yang ada di seberang meja Nawang.

Gadis itu duduk tenang dan tersenyum menatap lukisan bergambar seorang penari Jawa yang tergantung di dinding, dibelakang tempat duduk Nawang.

Diedarkannya sesaat pandangannya ke seantero ruangan berukuran 4x5 meter yang hanya dihuni sendiri oleh Nawang dan jadi kantor logistik pusat, dimana Nawang adalah kepalanya.

3 rak besi setinggi dua meter memenuhi seluruh dinding yang tersisa di ruangan itu.

Satu sisi rak itu berisi tumpukan stock buku- buku form yang biasa digunakan perusahaan.

Satu rak lagi berisi aksesoris mebel yang puluhan bahkan ratusan jenisnya, yang mana hanya Nawang dan orang purchase saja yang hafal satu- satu namanya.

Satu rak lagi berisi aneka amplas, aneka lem, dan peralatan pendukung produksi lainnya seperti stock masker dan sarung tangan.

Semua tertata rapi di tempatnya, sesuai dengan nama yang tertera di kotak- kotak yang telah ada di dalam rak.

Sasi bergegas mengangkat panggilan telpon yang masuk ke ponselnya yang sedari tadi tak lepas dari genggamannya.

Dari Pak Deni yang mencari keberadaannya.

"Aku di logistik, ngasih tahu mbak Nawang soal meeting kita nanti siang sama Pak Richard.." kata Sasi pada lawan bicaranya.

"Kita berangkat sebelum makan siang saja. Nanti kita maksi dulu diluar, di dekat proyeknya Pak Richard, daripada nanti kita telat." kata Pak Deni di seberang telpon.

"Jadinya jam berapa kita berangkatnya?" tanya Sasi.

"Jam sebelas kita berangkat." jawab Pak Deni sebelum menutup sambungan telpon.

"Kita berangkat jam sebelas, Mbak." kata Sasi begitu melihat Nawang memasuki ruangannya lagi.

"Katanya tadi habis jam istirahat. Labil amat jadi orang." omel Nawang yang dia tujukan pada Pak Deni.

Siapa lagi kan oknumnya yang suka ganti- ganti waktu gitu kalau bukan orang satu itu.

"Kayak nggak apal Pak Deni aja, pakai protes." sahut Sasi sambil beranjak berdiri untuk kembali ke kantor depan, untuk menjalankan tugasnya yang kira- kira bisa diselesaikan dalam waktu satu jam ke depan, sebelum dia ikut meeting dengan Pak Richard.

"Kamu nanti ganti pakai celana aja, jangan pakai rok kayak gitu." kata Nawang sebelum Sasi mencapai pintu ruangannya.

"Kenapa?" tanya Sasi sambil menatap rok cantik se atas lututnya.

"Kita nanti mau ke lingkungan proyek. Di sana isinya laki- laki semua. Kalau kamu mau jadi pemandangan mereka ya nggak usah ganti. Aku doakan semoga disana anginnya kenceng, biar rokmu bisa terbang dan dalemanmu keliatan." kata Nawang sambil menatap Sasi tajam.

"Iyaaaaa.....nanti aku ganti celana, emak bawel." kata Sasi sambil tertawa dan berlalu.

Nawang hanya mengulas senyum tipis dengan sahutan Sasi itu.

Sasi selalu senang dengan perhatian Nawang seperti itu.

Bagi Sasi, kegalakan Nawang adalah bentuk perhatian padanya.

Dan hanya Nawang yang selalu bawel dengan penampilannya yang kadang memang menunjukkan keseksian tubuhnya.

🗝️ bersambung 🗝️

Selamat datang di perjalanan hatinya Nawang. 🙂🙂🙂

Semoga betah membersamai kisah ini sampai akhir ya......

Mumpung masih ada di bab 1, mau ngasih tau aja ke kalian yang ngarep nemu intrik kejam atau agak zadeeeessss disini, kalian akan kecewa karena disini nggak ada yang kejam- kejam sampai mau bikin mu*tah dan hipertensi.

Jadi boleh untuk tidak melanjutkan membaca bab- bab selanjutnya daripada buang- buang waktu kan? 😃

Jangan lupa luangkan beberapa detik waktu kalian untuk mampir kasih like, komen dan ngasih hadiah juga boleh, ehehehe.....

Happy reading guys.....💖

Terpopuler

Comments

Riny Ponganan

Riny Ponganan

Baru nemu

2024-04-20

0

Cika....

Cika....

aku baru mulai baca pdhl udh di jdiin fav lama,, krena tkut kelupaan jdulnya 🤭

2022-08-23

2

Annisa Rahma

Annisa Rahma

sambil nungguin bintang sama mas jiwo aku maen kesini lagi boleh yaaa... 🤭🤭🤭💕💕💕💕💕

2022-07-26

3

lihat semua
Episodes
1 1. Debaran Nawang
2 2.Ke Proyek
3 3. Pertemuan
4 4. Meledek Sasi
5 5. Keheranan Hans
6 6.Mencari Alamat
7 7. Tangis di pagi hari
8 8. Apa kabar kamu?
9 9. Dasar Sinting!
10 10. Makan siang
11 11. Bebek goreng untuk Bintang
12 12
13 13
14 14
15 15
16 16
17 17
18 18
19 19
20 20
21 21
22 22
23 23
24 24
25 25
26 26
27 27
28 28
29 29
30 30
31 31
32 32
33 33
34 34
35 35
36 36
37 37
38 38
39 39
40 40
41 41
42 42
43 43
44 44
45 45
46 46
47 47
48 48
49 49
50 50
51 51
52 52
53 53
54 54
55 55
56 56
57 57
58 58
59 59
60 60
61 61
62 62
63 63
64 64
65 65
66 66
67 67
68 68
69 69
70 70
71 71
72 72
73 73
74 74
75 75
76 76
77 77
78 78
79 79
80 80
81 81
82 82
83 83
84 84
85 85
86 86
87 87
88 88
89 89
90 90
91 91
92 92
93 93
94 94
95 95
96 96
97 97
98 98
99 99
100 100
101 101
102 102
103 103
104 104
105 105
106 106
107 107
108 108
109 109
110 110
111 111
112 112
113 113
114 114
115 115
116 116
117 117
118 118
119 119
120 120
121 121
122 122
123 123
124 124
125 125
126 126
127 127
128 128
129 129
130 130
131 131
132 132
133 133
134 134
135 135
136 136
137 137
138 138
139 139
140 140
141 141
142 142
143 143
144 144
145 145
146 146
147 147
148 148
149 149
150 150
151 Obat Rindu
152 PENGUMUMAN NOVEL BARU
Episodes

Updated 152 Episodes

1
1. Debaran Nawang
2
2.Ke Proyek
3
3. Pertemuan
4
4. Meledek Sasi
5
5. Keheranan Hans
6
6.Mencari Alamat
7
7. Tangis di pagi hari
8
8. Apa kabar kamu?
9
9. Dasar Sinting!
10
10. Makan siang
11
11. Bebek goreng untuk Bintang
12
12
13
13
14
14
15
15
16
16
17
17
18
18
19
19
20
20
21
21
22
22
23
23
24
24
25
25
26
26
27
27
28
28
29
29
30
30
31
31
32
32
33
33
34
34
35
35
36
36
37
37
38
38
39
39
40
40
41
41
42
42
43
43
44
44
45
45
46
46
47
47
48
48
49
49
50
50
51
51
52
52
53
53
54
54
55
55
56
56
57
57
58
58
59
59
60
60
61
61
62
62
63
63
64
64
65
65
66
66
67
67
68
68
69
69
70
70
71
71
72
72
73
73
74
74
75
75
76
76
77
77
78
78
79
79
80
80
81
81
82
82
83
83
84
84
85
85
86
86
87
87
88
88
89
89
90
90
91
91
92
92
93
93
94
94
95
95
96
96
97
97
98
98
99
99
100
100
101
101
102
102
103
103
104
104
105
105
106
106
107
107
108
108
109
109
110
110
111
111
112
112
113
113
114
114
115
115
116
116
117
117
118
118
119
119
120
120
121
121
122
122
123
123
124
124
125
125
126
126
127
127
128
128
129
129
130
130
131
131
132
132
133
133
134
134
135
135
136
136
137
137
138
138
139
139
140
140
141
141
142
142
143
143
144
144
145
145
146
146
147
147
148
148
149
149
150
150
151
Obat Rindu
152
PENGUMUMAN NOVEL BARU

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!