PEMILIK RUANG HATI
Nawang mengetuk- ngetuk meja di depannya dengan ballpoint yang sedari tadi belum juga melaksanakan tugas semestinya, menjadi alat tulis.
Sedari tadi dia berusaha mati- matian menenangkan hatinya yang berdebar- debar nggak karuan sejak pagi tadi.
Tepatnya sejak Sasi bilang padanya kalau Nawang akan bergabung bersama tim kecil yang akan bertemu dengan klien baru perusahaan mereka siang nanti.
Bukan pertemuannya yang membuatnya berdebar- debar nggak karuan seperti ini.
Tapi orang yang akan ditemuinya yang membuatnya dalam suasana deg- degan level tinggi.
Tadi, saat Sasi memberitahunya kalau dia akan diikutsertakan dalam team kecil, Nawang masih cuek- cuek saja walau sesungguhnya dia kurang begitu suka dengan tugas bertemu klien.
Dan saat Sasi menjelaskan kalau calon klien mereka adalah seorang pengusaha property kelas wahid di negeri ini, Nawang masih nggak perduli.
Toh selama ini, sesuai ingatannya, dia selalu di bawa dalam team kecil saat perusahaan harus bertemu klien baru kelas kakap.
Entah apa maksudnya teman- teman di team kecilnya, tapi mereka bilang, aura Nawang mampu membakar semangat dan menumbuhkan nyali team yang kadang jiper saat harus bertemu klien yang sudah punya nama besar.
Atensinya baru seratus persen terampas saat Sasi menyebut bahwa calon klien yang akan mereka temui siang nanti adalah Richardo Pambudi.
Nawang sudah mulai tak enak hati saat mendengar nama itu.
Nama itu sama persis dengan nama pacar pertamanya di bangku SMU dulu.
Tapi apa benar dia?
Lelaki itu jadi seorang pengusaha sekarang?
Lalu bagaimana cita-citanya yang dulu ingin menjadi seorang dokter?
"Ini lho yang namanya Pak Richard, Mbak." kata Sasi sambil menyodorkan ponselnya ke depan muka Nawang, menunjukkan photo seorang pria tampan dan berwibawa yang sangat di kenali senyum samarnya oleh Nawang.
Ya, benar. Dia laki- laki yang memiliki nama panggilan Eric di sekolahnya dulu.
"Aku harus banget ikut ya?" tanya Nawang memelas.
"Iya lah. Pak Deni yang minta kamu ikut." jawab Sasi mantap.
Bagi gadis itu, kehadiran Nawang dalam sebuah pertemuan dengan klien atau dimana pun itu, akan membawa ketenangan tersendiri baginya.
Pandangan mata dingin dan menghunjam dari balik kaca mata minus milik Nawang rasanya jadi perisai bagi dirinya dari tatapan nakal mata- mata liar para lelaki pada body seksinya.
Nawang pasti akan menatap galak pada pria yang jelas- jelas ketahuan menatap tak sopan pada Sasi.
Bila tatapannya tak mampu menghalau tatapan nakal para lelaki itu, Nawang akan dengan suara sadisnya menegur dengan tegas pada para pria itu.
"Cakep, muda, mapan. Ya Tuhan.....sempurna sekali ciptaan-Mu ini!" seru Sasi histeris sambil menatap photo Richard dalam ponselnya.
"Lebayyyyy!" seru Nawang sebel dengan kealayan Sasi.
Ya walaupun memang benar semua yang dikatakan Sasi soal Richard.
"Ini fakta, bukan lebay! Perhatikan dengan seksama dong!" kata Sasi pura- pura sewot sambil kembali menyodorkan ponselnya yang masih memajang photo Richard pada Nawang yang memilih mengikuti keinginan Sasi untuk mengamati lebih detail wajah Richard.
"Iya juga sih, hehe...." kata Nawang yang membuat senyum Sasi merekah.
"Jangan naksir ya! Ingat, ada suami dan anak di rumah!" ancam Sasi, membuat Nawang memajukan bibir bawahnya.
"Naksir doang, nggak boleh juga?" goda Nawang sambil memasang wajah memelas.
"Nggak- bo- leh!" jawab Sasi tegas.
"Ya udah, buat kamu aja." kata Nawang bernada mengalah.
"Syiiiip!" kata Sasi bahagia sambil menyodorkan kedua jempolnya ke depan muka Nawang yang otomatis memundurkan wajahnya untuk menghindari tertabrak jempol nggak sopan.
"Dih!" ejek Nawang sambil tertawa geli dengan kegembiraan Sasi barusan.
"Kenapa?" tanya Sasi nggak senang.
"Pak Richard itu beda kasta sama kita. Sadar!" kata Nawang sambil tersenyum getir.
"Jodoh siapa yang tahu kan? Jangankan beda kasta,beda alam aja bisa kalau Tuhan berkehendak." kata Sasi masih ngotot.
"Astagfirullahaladzim..." sahut Nawang kaget.
"Kenapa?"
"Kamu pengen nikah beda alam?!" tanya Nawang. " Ngeri sekali cita- citamu, Si..." kata Nawang menatap prihatin pada Sasi.
"Ya enggaklah! Amit- amit...." sambar Sasi cepat.
"Aku maunya sama Mas ini..." kata Sasi sambil terkikik geli sendiri.
"Terserah! Sebahagiamu ajah!" kata Nawang sambil beranjak meninggalkan mejanya.
"Mau kemana woy?" tanya Sasi nggak rela ditinggalkan Nawang saat sedang berbunga- bunga begitu.
"Mau ke toilet. Mau ikut?" ledek Nawang yang disambut cemberutan Sasi.
"Terus ini istanamu gimana Mbak?" tanya Sasi bingung.
"Tungguin bentaaaar!" jawab Nawang setengah berteriak.
"Iya!" jawab Sasi sambil kembali duduk di kursi yang ada di seberang meja Nawang.
Gadis itu duduk tenang dan tersenyum menatap lukisan bergambar seorang penari Jawa yang tergantung di dinding, dibelakang tempat duduk Nawang.
Diedarkannya sesaat pandangannya ke seantero ruangan berukuran 4x5 meter yang hanya dihuni sendiri oleh Nawang dan jadi kantor logistik pusat, dimana Nawang adalah kepalanya.
3 rak besi setinggi dua meter memenuhi seluruh dinding yang tersisa di ruangan itu.
Satu sisi rak itu berisi tumpukan stock buku- buku form yang biasa digunakan perusahaan.
Satu rak lagi berisi aksesoris mebel yang puluhan bahkan ratusan jenisnya, yang mana hanya Nawang dan orang purchase saja yang hafal satu- satu namanya.
Satu rak lagi berisi aneka amplas, aneka lem, dan peralatan pendukung produksi lainnya seperti stock masker dan sarung tangan.
Semua tertata rapi di tempatnya, sesuai dengan nama yang tertera di kotak- kotak yang telah ada di dalam rak.
Sasi bergegas mengangkat panggilan telpon yang masuk ke ponselnya yang sedari tadi tak lepas dari genggamannya.
Dari Pak Deni yang mencari keberadaannya.
"Aku di logistik, ngasih tahu mbak Nawang soal meeting kita nanti siang sama Pak Richard.." kata Sasi pada lawan bicaranya.
"Kita berangkat sebelum makan siang saja. Nanti kita maksi dulu diluar, di dekat proyeknya Pak Richard, daripada nanti kita telat." kata Pak Deni di seberang telpon.
"Jadinya jam berapa kita berangkatnya?" tanya Sasi.
"Jam sebelas kita berangkat." jawab Pak Deni sebelum menutup sambungan telpon.
"Kita berangkat jam sebelas, Mbak." kata Sasi begitu melihat Nawang memasuki ruangannya lagi.
"Katanya tadi habis jam istirahat. Labil amat jadi orang." omel Nawang yang dia tujukan pada Pak Deni.
Siapa lagi kan oknumnya yang suka ganti- ganti waktu gitu kalau bukan orang satu itu.
"Kayak nggak apal Pak Deni aja, pakai protes." sahut Sasi sambil beranjak berdiri untuk kembali ke kantor depan, untuk menjalankan tugasnya yang kira- kira bisa diselesaikan dalam waktu satu jam ke depan, sebelum dia ikut meeting dengan Pak Richard.
"Kamu nanti ganti pakai celana aja, jangan pakai rok kayak gitu." kata Nawang sebelum Sasi mencapai pintu ruangannya.
"Kenapa?" tanya Sasi sambil menatap rok cantik se atas lututnya.
"Kita nanti mau ke lingkungan proyek. Di sana isinya laki- laki semua. Kalau kamu mau jadi pemandangan mereka ya nggak usah ganti. Aku doakan semoga disana anginnya kenceng, biar rokmu bisa terbang dan dalemanmu keliatan." kata Nawang sambil menatap Sasi tajam.
"Iyaaaaa.....nanti aku ganti celana, emak bawel." kata Sasi sambil tertawa dan berlalu.
Nawang hanya mengulas senyum tipis dengan sahutan Sasi itu.
Sasi selalu senang dengan perhatian Nawang seperti itu.
Bagi Sasi, kegalakan Nawang adalah bentuk perhatian padanya.
Dan hanya Nawang yang selalu bawel dengan penampilannya yang kadang memang menunjukkan keseksian tubuhnya.
🗝️ bersambung 🗝️
Selamat datang di perjalanan hatinya Nawang. 🙂🙂🙂
Semoga betah membersamai kisah ini sampai akhir ya......
Mumpung masih ada di bab 1, mau ngasih tau aja ke kalian yang ngarep nemu intrik kejam atau agak zadeeeessss disini, kalian akan kecewa karena disini nggak ada yang kejam- kejam sampai mau bikin mu*tah dan hipertensi.
Jadi boleh untuk tidak melanjutkan membaca bab- bab selanjutnya daripada buang- buang waktu kan? 😃
Jangan lupa luangkan beberapa detik waktu kalian untuk mampir kasih like, komen dan ngasih hadiah juga boleh, ehehehe.....
Happy reading guys.....💖
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
Riny Ponganan
Baru nemu
2024-04-20
0
Cika....
aku baru mulai baca pdhl udh di jdiin fav lama,, krena tkut kelupaan jdulnya 🤭
2022-08-23
2
Annisa Rahma
sambil nungguin bintang sama mas jiwo aku maen kesini lagi boleh yaaa... 🤭🤭🤭💕💕💕💕💕
2022-07-26
3