Makan siang team kecil Nawang kali ini penuh berisi suara Pak Deni yang mengulang- ulang pesannya agar bersikap sopan dan profesional saat nanti bertemu dengan Pak Richard karena orang itu di kenal cukup dingin dan perfeksionis dalam berbisnis.
Perusahaan berharap banyak pada keberhasilan pembicaraan siang ini nanti.
"Ini proyek kerjasama pertama kita dengan PT.KHARISMA PROPERTY. Bila proyek pertama ini berhasil dengan baik, ini akan jadi awal yang lebih baik lagi ke depannya." kata Pak Deni berapi- api.
"Kenapa Pak Sapto nggak ikut kita hari ini,Pak? Secara kita kan akan ketemu sama pimpinan PT.KHARISMA PROPERTY, kenapa pimpinan kita nggak ikut?" tanya Banu di sela kunyahan pada tempe mendoannya.
"Secara pribadi Pak Sapto dan Pak Richard selalu komunikasi. Tugas kita sekarang survey di lapangan dan berdiskusi tentang item- itemnya lebih detail dengan team dari PT. KHARISMA PROPERTY." jelas Pak Deni yang disambut anggukan yang lainnya.
"Pak Richard ikut meeting juga kan,Pak?" tanya Sasi penuh harap, yang disambut tatapan memicing dari Pak Deni dan dengusan dari lainnya.
"Kenapa memangnya?" tanya Pak Deni galak.
"Pengen liat aslinya aja. Di photo cakep soalnya, hehe...." jawab Sasi lugu.
"Jangan kecentilan kamu ya!" seru Pak Deni yang membuat Sasi cemberut.
"Dia udah mimpi dijadiin pacar sama Pak Richard." kata Banu sambil terkekeh meledek.
"Jangan ketinggian ngayalnya, ntar jatuh, sakitnya kebangetan lho." kata Pak Deni.
"Pada ngapain sih?! Orang aku cuma pengen ngeliat doang. Lagian ketuaan juga buat aku." sergah Sasi keki.
"Eitsss jangan salah! Pak Richard itu baru seumuran Pak Sapto, tigapuluh tahunan. Itu usia matang untuk laki- laki, bukan tua." sergah Pak Deni.
Sasi melirik sebel.
Kebiasaan jelek Pak Deni yang membuat Sasi ilfeel adalah asal sambar omongan orang, asal komen omongan orang tanpa mencerna dulu.
Walaupun ada lagi hal- hal lain yang membuat Sasi nggak respect dengan atasannya itu secara pribadi sih.
"Saya nggak bilang Pak Richard tua. Saya tadi cuma bilang kalau Pak Richard itu ke- tu- a- an buat saya! Yang bener dong mahaminnya!" sungut Sasi emosi.
Pak Deni masih tetap menatap tajam Sasi lewat sudut matanya.
Lajang 39 tahun itu merasa tak suka saat menyadari Sasi menaruh perhatian pada Pak Richard.
Bagaimana mungkin dia akan bisa menandingi pesona Pak Richard di mata Sasi?
"Kita berangkat ke proyek sekarang atau mau nunggu di telpon, Pak?" tanya Agus untuk mengalihkan pembicaraan tak bermutu tapi sudah mengandung bara itu.
Lagi pula dilihatnya acara maksi mereka sudah selesai semua.
"Kita berangkat sekarang aja yuk!" ajak Pak Deni setelah melihat arloji di pergelangan tangannya.
Sudah lewat dari jam setengah satu siang.
Jarak dari resto ke proyek yang dituju hanya sekitar sepuluh menit.
"Wang, nanti diinget ya, jangan jutek- jutek sama calon klien kita." kata Pak Deni memperingatkan Nawang.
"Hmmm...." jawab Nawang cuek.
Nawang sama sekali nggak perduli dengan peringatan itu.
"Dan kamu Sasi, jangan kegenitan sama klien kita. Jangan bikin malu." kebawelan Pak Deni belum selesai membantai.
Sasi hanya melirik sadis pada Pak Deni.
"Sasi.....".panggil Pak Deni setengah mengeram karena Sasi tak menyahuti peringatannya.
Dia nggak suka kalau dianggap angin lalu gitu.
"Inggih Pak Deniiiii.....Sendiko dawuuuuh!" sahut Sasi dengan nada sebel.
(Iya Pak Deniiiiiii.....siap menjalankan perintah!).
"Pinter!" balas Pak Deni sambil mengacungkan jempolnya dan terkekeh senang.
🗝️🗝️🗝️
Mobil yang disopiri oleh Agus pelan memasuki area proyek pembangunan apartemen di wilayah utara kota Jogja itu.
Begitu keluar mobil, Nawang mendongakkan kepalanya, mencoba menatap ujung bangunan menjulang yang masih dalam bentuk setengah jadi itu.
Cukup silau dimatanya dan dia ternyata tidak bisa menatap ujung bangunan dengan sempurna.
"Tinggi banget." kata Sasi sambil ikut menengadahkan kepalanya.
"Namanya juga apartemen. Kalau saung nggak ada yang tinggi." seloroh Agus yang mendapat timpukan ringan tangan Sasi dibahunya.
Cowok ceking itu meringis geli.
"Cantik deh kalau cemberut gitu." goda Agus pada Sasi yang segera mendapat pelototan dari Pak Deni dan cengiran kuda dari Banu yang meledek.
"Emang dasarnya cantik, mau gimanapun juga aku tetap cantik." tukas Sasi dengan congkak.
"Betul itu!" kata Pak Deni sambil tersenyum lebar.
"Apanya yang betul?" tanya Banu tak mengerti.
"Betul yang dikatakan Sasi, dia tetap cantik...."
"Ayo....ayo neduh, panas ini!" potong Sasi sambil bergegas menuju sebuah bangunan semi permanen di sudut area proyek, membuat kalimat Pak Deni terpotong dan menyisakan kecewa di wajah Pak Deni.
Apalagi dia ditinggalkan begitu saja oleh teman- temannya yang bergegas mengikuti langkah Sasi tanpa memperdulikannya.
"Dasar gerombolan tidak sopan!" gerutunya sambil ikut menyusul teman-temannya.
Karena belum ada jam satu, dan dipastikan semua pekerja masih menikmati istirahat makan siang mereka, keadaan proyek cukup lengang.
Banu berinisiatif melongok ke dalam bangunan semi permanen yang pintunya tak tertutup.
Dilihatnya beberapa laki- laki sedang dengan gaya PWnya masing- masing.
Mereka adalah para pekerja proyek ini.
"Maaf Mas, mau nanya." sapa Banu sopan.
Dan seorang pria muda yang terdekat dengan pintu bergegas berdiri dari posisi tidurannya lalu mendekat ke arah Banu.
"Ya Mas? Ada perlu apa?" tanya laki- laki itu sopan.
"Kami ada janji bertemu dengan Pak Richard disini. Kami bisa bertemu beliau dimana ya?" tanya Banu.
Laki- laki muda itu nampak kebingungan lalu menoleh ke arah teman- temannya.
"Kamu antar saja ke Mas Hans, Jar. Biar nanti sama Mas Hans." seru seorang pria setengah baya dari sudut dalam ruangan yang sedari tadi memperhatikan interaksi antara Banu dan temannya.
"Nggih, Pak." sahut pemuda itu lalu segera membawa Banu dan teamnya ke arah lain area proyek itu.
Mereka diantarkan menuju sebuah bangunan permanen kecil di sudut lain proyek tersebut.
Pemuda itu masuk lebih dulu dan beberapa saat berada di dalam lalu keluar bersama seorang pria muda berwajah manis yang Nawang taksir usianya lebih muda darinya dan mungkin bernama Hans.
"Ini tamunya, Mas." kata anak proyek yang menurut perkiraan Nawang - berdasar pendengarannya tadi yang mendengar pemuda itu dipanggil dengan sebutan JAR oleh temannya- bernama Fajar atau mungkin Jarwo? Hehehe.....
"Selamat siang.....ini team dari PT.KAYUKU ya?" tanya Hans ramah.
"Iya betul, Mas....." jawab Pak Deni menggantung, sengaja agar pemuda itu mengenalkan dirinya.
"Saya Hans, asistennya Pak Richard untuk proyek ini." sahut pemuda itu tanggap kemudian mengulurkan tangannya untuk berkenalan dengan semua tamunya.
"Mari silakan masuk dulu. Maaf ya, tempatnya berantakan." kata Hans sambil tersipu malu.
"Nggak papa. Ini juga jauh lebih bersih dibanding kalau Anda berkunjung ke bagian produksi kami." kata Pak Deni sambil tersenyum ramah.
"Kapan- kapan sepertinya saya juga harus membuktikan tentang itu." kelakar Hans riang.
"Monggo saja....Dengan senang hati kami akan mengantar Anda berkeliling melihat proses produksi barang kami secara detail kalau mau." sahut Pak Deni bersemangat.
"Nanti saya antar berkeliling melihat produksi, Mas." sahut Sasi dengan riang.
Hans tersenyum senang.
Tapi tidak dengan wajah Pak Deni.
"Sebentar lagi Pak Richard akan sampai.
Sekitar lima menit lagi." kata Hans setelah sebelumnya dia sebentar menerima panggilan telpon.
Dan dada Nawang seperti akan meledak.
🗝️🗝️🗝️ bersambung 🗝️🗝️🗝️
Udah nemu feel- feel gemes belum nih?
Kalau masih berkenan buat lanjut baca, jangan lupa ya, mampirkan sejenak jempol kalian buat nge- like sebelum beralih ke tiap bab yessss....(walau mungkin merasa agak dipaksa, wakakak 🙈).
Komen juga boleh loh. Garing gak papa, tapi jangan menghujat yes. 🙏🙂
Keep healthy and happy reading guys....💖
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
Lestari Agus
cukup menarik
2022-07-12
1
MaiRa Rai Matsui 💖
baru nemuu... awalnya sdh menarik 😍🥰🥰
2022-07-03
1
Yayoek Rahayu
menarik
2022-04-25
1