4. Meledek Sasi

Banu menatap Sasi dengan tatapan meledeknya.

"Ngapain sih ngeledek gitu liatnya?!" sungut Sasi salah tingkah.

"Siapa yang ngeledek?!" bantah Banu masih dengan tatapan meledeknya.

"Mas Banu nyebelin ih!" sentak Sasi.

"Ikut nggak?" tawar Banu lagi.

"Nggak!" jawab Sasi galak.

"Nyesel lho ntar." kata Banu sambil tertawa jahil.

"Mas Banuuuuu!" teriak Sasi jengkel.

"Sasi, ini kantor ya, bukan lapangan! Kamu mau jadi Tarzanwati?" hardik Pak Deni yang tiba- tiba nongol di depan pintu.

Banu semakin lebar tersenyum meledek pada Sasi dengan omelan Pak Deni pada gadis itu.

"Mas Banu itu lho, Pak. Dari tadi ngeledekin terus. Sebel tau nggak?!" omel Sasi sambil menatap Banu jengkel.

"Kamu ngapain sih,Nu nungguin Sasi dari tadi?" tanya Pak Deni curiga.

"Lagi merayunya." jawab Banu sambil mengerling genit pada Sasi yang mendengus kesal.

"Jangan macem- macem." geram Pak Deni.

"Udah punya istri juga... " sahut Sasi.

"Tumben kalian kompak." kata Banu sambil tertawa.

Sasi manyun dan Pak Deni hidungnya mekar karena bahagia.

"Proyek KHARISMA gimana? Udah ACC semua gambarmu?" tanya Pak Deni.

"Masih ada dua gambar, tv stand sama cabinet yang masih mau kita diskusikan nanti siang. Hans ngajak ketemuan sambil makan siang nanti. Makanya aku ngerayu Sasi buat ikut. Dia kan PPIC yang tahu segala macam ukuran barang." kata Banu mencari dukungan agar Sasi bsa ikut meeting nanti.

"Kamu kenapa nggak mau ikut, Si?" tanya Pak Deni sambil menatap Sasi.

"Kerjaanku banyak, Pak. Aku harus segera bikin MRP untuk 10 WO karena WO harus segera turun ke produksi." sergah Sasi.

"Ngajak lainnya kan bisa. Arifin tuh nganggur dari pagi." tunjuk Sasi pada teman di sebelahnya.

"Nganggur dari Hongkong?! Ngitung kubikasi dua puluh kontener nganggur dia bilang." kata Arifin sambil tepok jidat.

Sasi terkikik geli.

Dia memang sengaja cuma meledek Arifin yang cenderung pendiam.

"Udah, Si, kamu ikut meeting Banu aja. MRP bisa kamu kerjakan besok lagi. Yang urgent harus terbit berapa MRP?" tanya Pak Deni.

"Besok setidaknya lima MRP harus keluar." jawab Sasi bohong.

Padahal besok dia mengeluarkan tiga MRP saja sudah aman.

"Biar nanti aku ngomong sama purchase soal MRP yang mungkin telat terbit." kata Pak Deni.

"Nggak usah repot- repot, Pak. Biar aku bilang sendiri sama purchase." sergah Sasi.

Kalau Pak Deni ngomong sama purchase, bisa ketahuan dong bohongnya.

"Ya udah kalau gitu. Yang penting hari ini kamu ikut Banu.Ya?" tanya Pak Deni memastikan.

"Inggih, Sendiko dawuuuuuuh." jawab Sasi emosi. Wajahnya ditekuk dua belas saking kesalnya.

Pak Deni tertawa kemudian berlalu.

"Dandan yang cantik, biar Hans tambah klepek- klepek." kata Banu sambil berlari karena Sasi melemparnya dengan tipe - ex.

"Cieeeee....Sama Hans nih?" goda Arifin sambil melongokkan kepalanya dari atas pembatas kubik mereka.

"Kamu mau aku goreng?! Ikut- ikutan ngeledek aku?" bentak Sasi sambil menimpuk kepala Arifin dengan buku yang asal di sambarnya.

"Awwww!!!!" rintih Arifin sambil mengelus pucuk kepalanya yang sakit karena timpukan penuh tenaga dari Sasi.

"Ini kepala tiap tahun dizakatin ya, Si! Asal timpuk aja." omel Arifin.

"Luweh!" sahut Sasi sambil tertawa.

( Serah!).

"Ya Allah, jodohkanlah Sasi dengan Hans ya Allah, aamiin." doa Arifin lantang, sengaja agar Sasi mendengarnya.

"Nggak usah di dengar ya Allah." sahut Sasi keki.

Walau dalam hatinya malu- malu mengamini juga doa itu.

"Lagakmu nggak mau sama Hans. Padahal bucin banget tuuuu." ledek Arifin.

"Sotoyyy!" elak Sasi sambil tersipu.

"Cieeeee yang tersipu." ledek Arifin semakin gencar.

"Iiiiiih, kenapa pada nyebelin sih cowok- cowok sini?!" omel Sasi sambil berdiri kasar dari kursinya.

"Iya, yang nyenengin cuma cowok yang di KHARISMA." ledekan Arifin keluar lagi.

"Pak Deniiiii, Arifin nakaaaal!" teriak Sasi yang mulai mati gaya karena terus- terusan diledekin.

"Cieeee, manggil dewa penolongnya...." sahut Arifin sambil ngakak.

Sasi akhirnya memilih kabur dari ruangannya dengan membawa serta tas dan laptopnya dan menghampiri ke ruangan Banu yang ada di sebelah ruangannya.

Sepuluh menit lagi jam istirahat.

Berarti dia harus berangkat menuju ke tempat makan tempat janjian teamnya bersama Hans.

"Nawang dipanggil sana, Si." perintah Banu yang tahu Sasi akan menghampirinya.

"Mbak Nawang ikut?" tanya Sasi senang.

"Iya. Hans yang minta." jawab Banu.

Sasi keheranan dalam hati.

Hans minta ketemu Nawang? Mau membahas apa lagi?

Tapi Sasi kemudian tidak terlalu memperdulikan itu.

Yang penting dia punya teman cewek dan teman buat ngobrol nantinya.

🗝️🗝️🗝️🗝️

Nawang melangkah malas begitu turun dari mobil yang membawanya bersama Banu dan Sasi menuju sebuah resto makan masakan Jawa bernuansa klasik itu.

Dia tahu siapa yang akan di temuinya di dalam nanti selain Hans.

"Kamu sakit atau kelaparan sih, Mbak? lemes gitu." tanya Sasi sambil mengaitkan lengan kanannya ke lengan kiri Nawang.

"Stress aku." jawab Nawang yang nggak dimengerti kedua temannya.

"Stress kenapa?" tanya Sasi penasaran.

"Stress nggak punya uang." jawab Nawang asal.

Nggak mungkin baginya mengaku kalau dia stress karena sebentar lagi dia akan ketemu lagi dengan Richard.

Ya! Richard!

Tadi pagi pria itu mengirim WA padanya - dan itu cukup membuat shock dirinya- mengatakan kalau mereka akan bertemu siang ini.

Nawang kesal saja kenapa ada yang ngasih nomer ponselnya ke orang lain tanpa konfirmasi dulu padanya.

Dalam kasus nomernya yang bisa sampai di Richard, jelas tersangka utamanya adalah Hans, secara tempo hari Pak Deni memberikan nomernya ke Hans.

Harusnya kan Hans minta ijin dulu kalau mau membagi nomernya ke orang lain, sekalipun orang lain itu adalah boss nya sendiri.

Nanti sepertinya dia harus menegur Hans soal itu.

"Sabar, paling lambat besok kita gajian." sahut Banu menghibur.

"Serius?" tanya Sasi nggak percaya.

"Ya iyalah! Ini kan akhir bulan, Bocah!" jawab Banu.

"Aku lupa." kata Sasi sambil nyengir.

"Uang bocah ini masih banyak, makanya nggak pernah ngitung tanggalan." kata Nawang yang disambut tawa Banu.

"Tau aja mbak e." kata Sasi sok yes.

"Itu Hans." kata Banu sambil mengarahkan telunjuknya ke sebuah saung lumayan lebar.

Saung itu bisa muat untuk sekitar delapan orang.

Nawang berdesir.

Tapi dia tiba- tiba lega saat dilihatnya Hans hanya duduk sendirian.

Berarti Richard tidak ikut bersama Hans siang ini.

Syukurlah, batinnya.

"Kasian, orang cakep duduk sendirian." sapa Banu setelah berada di samping Hans yang sedari tadi asik dengan ponselnya.

"Eh, Mas! Mari....mari...." kata Hans kaget.

Senyumnya semakin lebar saat matanya bertemu dengan tatapan tersipu Sasi.

"Mari Mbak Nawang, silakan pilih tempat duduk." kata Hans ramah yang hanya disambut senyuman Nawang.

"Sasi nggak disilakan nih?" tanya Banu menggoda Hans yang kemudian tersipu.

"Silakan, Si....pilih aja posisi ternyamanmu." kata Hans sambil tersenyum manis.

"Posisi ternyamanku disisimu, Mas." kata Banu dengan suara dibuat- buat sambil pura- pura batuk dengan melirik Sasi.

Sasi merengut malu.

Kenapa sih para seniornya seneng banget ngeledekin dia belakangan ini tanpa kenal tempat?

Sasi memillih duduk disamping Nawang yang duduk berseberangan dengan Hans.

"Mau tukar posisi? Biar nyaman pandang- pandangannya?" tanya Nawang sambil tersenyum meledek.

Sasi mencubit paha Nawang sampai Nawang meringis kesakitan.

"Jangan ikut- ikutan deh, Mbak!" geram Sasi dengan suara ditekan.

Nawang terkekeh sambil menatap Hans yang ternyata sedang tersenyum menatap Sasi yang sedang salah tingkah.

"Ini kita disini beneran mau bahas kerjaan kan,Nu?" tanya Nawang pada Banu.

"Lha iya. Emang kenapa?" tanya Banu keheranan.

"Ya siapa tahu aja kita cuma disuruh jadi lalat dan obat nyamuk disini." jawab Nawang sambil mengerling ke arah Hans dan Sasi bergantian.

"Mbak Nawang ikut- ikutan ngeledekin aja." kata Hans sambil tertawa kecil.

"Kasian Sasi dari tadi diledekin terus." sambung Hans sambil menatap lembut pada Sasi.

"Lho, kok tahu kalau kita ngeledekin Sasi dari tadi? Sasi ngadu sama kamu ya?" tanya Banu penasaran.

"Iya, hahaha...." jawab Hans sambil tertawa lepas menatap Sasi yang kemudian menyembunyikan wajahnya di atas lengannya yang terlipat di atas meja.

"Mas Haaaans....." geramnya, yang jelas terdengar oleh Banu dan Nawang.

"Cieeeee, Mas Hans loh!" seru Banu sambil tergelak.

Nawang ikut tertawa.

"Waaah, seru sekali nih kayaknya." sebuah suara berat membungkam tawa Banu dan membuat wajah cerah Nawang tiba- tiba menegang.

🗝️🗝️🗝️ bersambung 🗝️🗝️🗝️

Gimana, masih betah disini? 😃

Yuk gambar jempolnya ditekan bentar yuuuk.......😁😅

Komen yang seru juga yuuuuk.....😊😆

Hadiahnya juga ditinggalin yuuuuuk 🙈

Happy reading.....💖

Terpopuler

Comments

Yanti Budisaputri

Yanti Budisaputri

baguuus...sampe mengulang lagi bacanya lhoo...

2024-02-12

1

Lestari Agus

Lestari Agus

pennulisannya cukup bagus

2022-07-12

2

☠ᵏᵋᶜᶟ༄༅⃟𝐐𝐌ɪ𝐌ɪ🧡ɪᴍᴏᴇᴛᴛ𝐀⃝🥀

☠ᵏᵋᶜᶟ༄༅⃟𝐐𝐌ɪ𝐌ɪ🧡ɪᴍᴏᴇᴛᴛ𝐀⃝🥀

di bully habis²an deh kamu Si 😅☺️☺️🤣🤣🤣🤣🤣

2022-04-07

1

lihat semua
Episodes
1 1. Debaran Nawang
2 2.Ke Proyek
3 3. Pertemuan
4 4. Meledek Sasi
5 5. Keheranan Hans
6 6.Mencari Alamat
7 7. Tangis di pagi hari
8 8. Apa kabar kamu?
9 9. Dasar Sinting!
10 10. Makan siang
11 11. Bebek goreng untuk Bintang
12 12
13 13
14 14
15 15
16 16
17 17
18 18
19 19
20 20
21 21
22 22
23 23
24 24
25 25
26 26
27 27
28 28
29 29
30 30
31 31
32 32
33 33
34 34
35 35
36 36
37 37
38 38
39 39
40 40
41 41
42 42
43 43
44 44
45 45
46 46
47 47
48 48
49 49
50 50
51 51
52 52
53 53
54 54
55 55
56 56
57 57
58 58
59 59
60 60
61 61
62 62
63 63
64 64
65 65
66 66
67 67
68 68
69 69
70 70
71 71
72 72
73 73
74 74
75 75
76 76
77 77
78 78
79 79
80 80
81 81
82 82
83 83
84 84
85 85
86 86
87 87
88 88
89 89
90 90
91 91
92 92
93 93
94 94
95 95
96 96
97 97
98 98
99 99
100 100
101 101
102 102
103 103
104 104
105 105
106 106
107 107
108 108
109 109
110 110
111 111
112 112
113 113
114 114
115 115
116 116
117 117
118 118
119 119
120 120
121 121
122 122
123 123
124 124
125 125
126 126
127 127
128 128
129 129
130 130
131 131
132 132
133 133
134 134
135 135
136 136
137 137
138 138
139 139
140 140
141 141
142 142
143 143
144 144
145 145
146 146
147 147
148 148
149 149
150 150
151 Obat Rindu
152 PENGUMUMAN NOVEL BARU
Episodes

Updated 152 Episodes

1
1. Debaran Nawang
2
2.Ke Proyek
3
3. Pertemuan
4
4. Meledek Sasi
5
5. Keheranan Hans
6
6.Mencari Alamat
7
7. Tangis di pagi hari
8
8. Apa kabar kamu?
9
9. Dasar Sinting!
10
10. Makan siang
11
11. Bebek goreng untuk Bintang
12
12
13
13
14
14
15
15
16
16
17
17
18
18
19
19
20
20
21
21
22
22
23
23
24
24
25
25
26
26
27
27
28
28
29
29
30
30
31
31
32
32
33
33
34
34
35
35
36
36
37
37
38
38
39
39
40
40
41
41
42
42
43
43
44
44
45
45
46
46
47
47
48
48
49
49
50
50
51
51
52
52
53
53
54
54
55
55
56
56
57
57
58
58
59
59
60
60
61
61
62
62
63
63
64
64
65
65
66
66
67
67
68
68
69
69
70
70
71
71
72
72
73
73
74
74
75
75
76
76
77
77
78
78
79
79
80
80
81
81
82
82
83
83
84
84
85
85
86
86
87
87
88
88
89
89
90
90
91
91
92
92
93
93
94
94
95
95
96
96
97
97
98
98
99
99
100
100
101
101
102
102
103
103
104
104
105
105
106
106
107
107
108
108
109
109
110
110
111
111
112
112
113
113
114
114
115
115
116
116
117
117
118
118
119
119
120
120
121
121
122
122
123
123
124
124
125
125
126
126
127
127
128
128
129
129
130
130
131
131
132
132
133
133
134
134
135
135
136
136
137
137
138
138
139
139
140
140
141
141
142
142
143
143
144
144
145
145
146
146
147
147
148
148
149
149
150
150
151
Obat Rindu
152
PENGUMUMAN NOVEL BARU

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!