"Jadi gimana rencananya bos?" Arsya mulai greget melihat kakaknya yang haha hihi sama cowok lain.
"Bentar, lagi mikir nih!" jawab Arga tak kalah galak. Dia sedari tadi sudah bergulat dengan ponselnya, mencoba mencari ide dari sana. Tentu saja harus begitu, karena dia sendiri tidak memiliki pengalaman dalam percintaan. Sama saja seperti kakaknya, Luna.
"Aelah, nyontek google aja pake sok-sokan mikir," hujat Arka sinis. Arka sudah melihat gelagat aneh Arga. Mojok sambil memandangi ponselnya. Menyontek, tapi ketahuan, sungguh bukan seorang pro.
"Eh, Anjirrrr! Kayak elo punya ide aja!" Arga menggertak balik, tidak terima dengan hinaan Arka.
"Ada kok!" Arka mengucapkan jawaban yang tak terduga. Dia memberi isyarat agar Arga dan Arsya mendekat. "Jadi, nanti kita deketin Kak Luna terus pura-pura ga sengaja ketemu. Terus sok kenal aja sama tuh cowok, bilang namanya Adam, pacarnya kak Luna, biar dia ngerasa dibegoin kalau Kak Luna ternyata udah punya cowok..." Arka membeberkan ide brilian miliknya.
"Hmmmm..." Arsya nampak berpikir. Dia benar berpikir saat ini. Berpikir sambil menimbang, akan setuju atau tidak.
"Ah, ide gue lebih bagus!" celetuk Arga tiba-tiba.
"Gimana tuh, bos?" Arsya bertanya penasaran. Mungkin saja ide yang lebih baik.
"Sini, sini." Arga meminta Arka dan Arsya lebih mendekat lagi. Padahal mereka sudah berdiri berdekatan. Sekarang wajah mereka hampir tak berjarak.
"Jadi, nanti elo Arka, sama elo Arsya, beli minuman. Habis itu, elo samperin kak Luna pura-pura kaget, alasan aja abis dari toko buku buat cari bahan tugas kelompok Arsya. Nanti Arka nyapa cowoknya, pura-pura salah ngenalin dia, jadi Ardi. Nanti kan mereka berantem tuh, beres deh..." jelas Arga.
"Itu apa bedanya sama ide gue!" Arka mendengus kesal. Arsya pun mulai mencari perbedaan di antara kedua ide itu. Tapi yang berbeda hanya bagian nama pacar saja. Oh, mungkin detail tentang membeli minuman dan alasan mencari bahan tugas kelompok itu adalah tambahannya.
"Beda! Namanya beda!" Arga melotot. "Inget, gue bosnya!" Tuh kan, benar perkiraan Arsya. Dia sampai memutar bola matanya jengah.
Peraturan PPL yang kedua: Bos selalu benar.
"Ah, ya udah, ya udah! Ayo cepetan eksekusi, keburu pergi mereka!" Arsya melerai kedua kakaknya. Mereka sama saja, mendahulukan otot daripada otak.
Menyetujui bahwa apa yang dikatakan Arsya benar, mereka mulai bertindak. Arga memberikan aba-aba tanpa suara. Oke, one, two, three, starrtttttt,,,, action!
Arsya dan Arka membeli minuman di stand terdekat. Minuman apa saja boleh. Setelah mendapatkan teh yang dikemas dalam gelas plastik cantik, mereka mulai melangkahkan kaki, sealami mungkin, berjalan mendekat ke arah Luna dan si X.
Berhentilah mereka tak begitu jauh dari tempat duduk kakaknya itu. "Eh, kak Luna?!?!" Arka memulai aktingnya. Dia sengaja mengeraskan suaranya agar bisa terdengar. Dia bahkan pura-pura terkejut. Arsya cuma mengimbangi Arka saja. Dia ikut-ikutan melotot dan menutup mulutnya, seolah kaget.
Firasat gue buruk. Gue kayak kenal suara ini.
Luna menoleh dan langsung cemberut. Kedua adiknya. Luna beralih ke Rangga yang melihatnya penasaran. Dia benar-benar tidak ingin menjelaskan keadaan saat ini.
Duh, adik durhaka ini bener-bener deh!
Karena tidak digubris, kedua adik lelaki itu melanjutkan rencana mereka. "Eh, sorry. Kak Luna lagi pacaran ya? Kita ganggu?" Arsya menimpali.
"Siapa, Lun?" Rangga yang penasaran akhirnya bertanya. Tadinya ia berpikir Luna memang tidak mengenal kedua anak SMP ini, tapi sepertinya mereka memang memiliki hubungan dekat dengan Luna.
Bukan siapa-siapa!!!! Luna membatin kesal dalam hati.
"Kak Ardi kan? Masa udah lupa? Kan kita baru ketemu kemaren pas kakak sama kak Luna lagi pacaran di sini juga," ucap Arka sambil melambaikan tangan ke Rangga, merasa sudah saling mengenal.
JDER!!!
Luna melotot sampai matanya hampir keluar saking tidak percayanya. Dusta macam apa yang mereka ucapkan? Apa telinganya tidak salah dengar?
Pertunjukan belum berhenti sampai sana ternyata. Kedua anak ini masih terus mengoceh. "Kok Ardi sih? Bukannya pacar Kak Luna namanya Adam?" Arsya bingung. Bingung beneran.
"Ohhh..." Rangga melipat kedua tangannya di dada. "Ardi ya...? Atau Adam...?" sindirnya. Ia memicingkan mata ke Luna, meminta penjelasan.
"Bohong bohong! Mereka bohong! Aku ga punya pacar! Sumpah!" Luna mengacungkan dua jarinya membentuk huruf V.
"Masa...?" Rangga masih tak percaya. Pasalnya selama ini Luna yang gencar mendekatinya. Luna yang selalu saja modus dan ambil kesempatan. Yah, walaupun tidak berlebihan. Tapi menurut Rangga, Luna cukup manis saat melakukan itu. Dia cukup menyukainya. Hanya saja saat ini dia tidak menyangka kalau dengan wajah sepolos ini ternyata Luna adalah seorang playgirl.
"Bener! Aku enggak kenal sama mereka!" Luna mulai gugup. Berbeda dengan adik-adiknya, Luna tidak mahir berbohong. Kurang kompeten dalam hal semacam ini.
"Kakak enggak boleh bohong... Kita kan adik kakak. Aku Arka, ini Arsya," ucap Arka tenang. Dahi Rangga yang putih mulai keriting karena bingung.
"Serius?" Rangga bertanya kemudian. Dia mulai menganggap Luna keterlaluan. Mendekati cowok lain, padahal punya pacar. Bahkan sampai berbohong dan tidak mengakui adiknya sendiri.
"Wah enggak percaya?" Arka menantang. "Nih, aku ada foto KK kita," ucap Arka. Dia sudah mengeluarkan ponselnya dan mengecek galeri. Setelahnya, ia menunjukkannya pada Rangga tanpa ragu.
Rangga bangkit berdiri, menunjukkan badannya yang tegap dan atletis. Luna sudah menutup mukanya dengan kedua tangan.
****** gue!!! Kenapa gue pake bilang enggak kenal segala sih?!
"Oh, jadi kak Luna udah punya pacar ya...?" Rangga berucap sinis sambil memandang Luna jijik.
"Enggak, bukan gitu. Dengerin aku dulu..." Luna memohon sambil menahan Rangga agar tidak pergi.
"Jadi selain playgirl, kamu tukang bohong juga ya? Hebat loh, enggak kelihatan sama sekali..." Rangga menyindir halus.
"Enggak, mereka yang bohong! Bukan aku!" Luna sudah memelas dan menarik lengan baju Rangga.
"Lepasin!" Rangga mulai kesal.
"Enggak!" teriak Luna tidak mau kalah. Dia tidak mau kesempatannya hilang kali ini.
"Lepasin!" Rangga berteriak cukup keras.
"Enggak mau!" Luna menanggapinya tak kalah kencang.
"Lepasin enggak, atau..." Rangga mulai muak.
"Aku enggak akan lepasin sebelum kamu dengerin penjelasan aku," ucap Luna tetap kukuh pada pendiriannya.
PYASS!!
Isi dari gelas di meja sudah berpindah ke muka dan baju Luna.
Arka dan Arsya terkejut kaget. Luna masih menggenggam erat lengan baju Rangga.
"Lepas!" Ucap Rangga tertahan. "Gue ga mau kasar sama cewek," lanjutnya. Luna akhirnya melepaskan genggamannya. Rangga mengambil tasnya dan beranjak pergi.
Arga berlari menghampiri mereka dengan panik. Semua mata tertuju pada Luna dan drama yang mereka buat.
Luna menahan air matanya. Dia malu, kesal dan marah. Sangat marah. Sudah keterlaluan.
"Puas kalian?!" teriaknya. Arga, Arka dan Arsya mengkerut takut.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments
🇵🇸 Mia Rina 🇵🇸
semangat
2020-10-04
0
👊🅼🅳💫
hukum trio ppl
2020-10-02
0
👊🅼🅳💫
hukum trio ppl,lun
2020-10-02
0