Akhirnya bel pulang sekolah berbunyi. Kebahagiaan yang hakiki bagi setiap pelajar di manapun. Kamu pasti pernah merasa begitu juga kan? Tidak usah mengelak, jujur saja, semua orang merasakannya. Anda tidak sendirian.
Dering bel memiliki pengaruh yang lebih hebat dibandingkan sirine ambulans, polisi, atau pemadam kebakaran untuk anak sekolahan. Dampaknya, semua murid merapikan tas masing-masing secepat kilat. Dalam beberapa detik, semua buku dan peralatan tulis sudah tersimpan rapi. Mereka sudah duduk manis dan menunggu guru untuk berdoa serta mengucapkan salam perpisahan. Tidak ada yang bersedia tinggal di kelas lebih lama. Tapi mungkin saja ada yang tidak segera hengkang dari kelas. Itu adalah para penunggu jemputan atau bisa juga para pencari cinta yang menunggu kabar dari gebetannya seperti yang Luna alami sekarang.
Pesan masuk.
✉️ Aku bisa hari ini, ditunggu di parkiran ya..
"Yessss!!! Rangga bisa jalan hari ini..." Luna berteriak senang setelah membaca isi pesan singkat itu. Dia mengangkat kedua tangannya tinggi di udara, menunjukkan kalau ia sangat senang. Senang, bukan stres.
Jessika sudah tidak kaget melihat tingkat temannya. Luna terkadang bisa tampak sangat kalem tapi juga tak jarang penuh ekspresi. Seseorang yang suasana hatinya bisa terlihat jelas di wajahnya. "Akhirnya... Udah lampu ijo, nih?" Ia bisa melihat bunga-bunga tidak nyata yang bermekaran di sekitar Luna. Bunga mawar serta aura berwarna pink seperti yang ada dalam komik remaja.
Luna berpaling ke Jessika. "Bantuin gue ya, bantuin ya, please..." Ia menggenggam tangan Jessika, tidak lupa dengan menggunakan jurus memelasnya. "Gue emang ngajakin hang out bareng, tapi bakal awkward banget kalau berdua doang. Please,,, temenin gue, ajak Tyo juga. Ya? Ya?" Dikerjapkannya kedua mata besarnya itu, mencoba mendapatkan simpati Jessika.
"Yakin mau kita temenin?" Jessika menautkan alis.
Luna mengangguk cepat. Dia amatir dalam hal ini. Sangat. Sangat sangat amatir sekali.
"Beneeeerrrr?" tanya Jessika lagi. Dia menarik turunkan kedua alisnya menggoda Luna.
"Iyaaaa..." Luna menjawab gemas. "Emang kenapa sih?" Dia masih tidak mengerti dengan isyarat yang diberikan Jessika. Terlalu sulit.
"Enggak mau jalan berdua aja?" Jessika menutup mulutnya dan sengaja menarik turunkan alisnya menggoda Luna lagi. Ia menunggu reaksi temannya sekarang. Luna sudah terlihat seperti akan meloncat kegirangan.
Berdua aja? Berdua aja. Berdua aja... Berdua aja!!!! OH - MY - GOD!
"Mauuuu!!!" Luna memekik senang, menghentak-hentakkan kakinya cepat, lalu memegang kedua pipinya yang kini sudah berubah menjadi merah muda.
Jessika sudah menduganya. "Ya udah... Bilang aja ke Rangga, kita ga jadi ikutan. Gue tiba-tiba disuruh balik cepet gitu, jadi Tyo nganterin gue," usul Jessika. Dia membantu Luna memberikan alasan agar acara PDKT Luna berhasil. Dan tentunya agar Luna tidak menengahi dirinya dan Tyo lagi. Pastinya harus ada keuntungan untuknya.
Tapi Luna malah tak mendengarkan temannya, dia sibuk menenangkan jantungnya. "Duh, gue deg-degan..." tangannya memegang dada yang naik turun. Jantungnya tak bisa dikendalikan, seolah berlarian di dalam penjara tulang rusuknya.
Jessika menjentikkan jari di depan muka Luna. "Helllouwww... Ada orang di sini?" Dia mengetuk kepala Luna beberapa kali. Luna tidak merespon sedikitpun.
Bucin parah. Akut. Tak tertolong.
"Lun, sadar Lun!" Jessika menggoyang-goyang bahu Luna agar temannya itu cepat sadar. Masih belum kembali ke dunia ini jiwanya sepertinya. Entah sedang terbang ke langit tingkat berapa. Tapi Jessika tidak ingin Luna melayang terlalu lama, ia ingin pulang. Tyo pasti menunggunya.
Plak!
"Sakit Jess," Luna memegangi pipinya yang ditampar Jessika barusan.
"Abis, elo ga sadar juga. Buruan, malah ngelamun aja. Elo mau Rangga bosen nungguin, terus langsung balik??" ucapan Jessika barusan langsung menyadarkan Luna. Harusnya ia tidak terbuai begitu lama.
"Oh iya. Thank you. I love you... " ucap Luna sambil melambai. Ia meraih tasnya lalu berlari kencang.
Luna melangkah cepat menuju parkiran motor untuk bertemu gebetannya yang sudah selama 3 bulan terakhir ini dia keceng, Rangga. Jangan tanyakan kenapa begitu lama hanya untuk mendekati satu orang. Itu semua tentu saja karena Luna bagaikan bayi baru lahir yang masih polos kalau sudah menyangkut perihal asmara. Dia begitu bod*h dan tak berpengalaman dalam waktu yang sama. Meskipun begitu, ia terus berlatih dan mencoba, seolah ini memang hal yang sepenting itu yang harus ia lakukan saat ia masih hidup. Sekarang mungkin akan menjadi kesempatan terakhirnya untuk pacaran dengan status murid SMA, sesuatu yang selama ini ia idam-idamkan. Dia harus berhasil. Apapun yang terjadi harus sukses, jadi ia bisa merasakan yang namanya Cinta SMA.
"Hai... Dah nunggu lama? Maaf ya..." Luna mencoba tersenyum semanis mungkin. Ia melihat Rangga yang sudah berdiri di samping motornya.
Gue udah cakep kan ya? Rambut gue udah rapi kan ya? Gue enggak bau ketek kan? 😂
Luna sesaat mengutuk dirinya sendiri yang semestinya mampir ke toilet dulu untuk mengecek penampilannya. Dia melupakan salah satu tips dari majalah itu.
"Gapapa... Aku juga belum lama kok." Rangga memberikan helm ke Luna yang disambut dengan senang yang berlebih. Seperti kesenangan yang didapatkan saat dirimu memenangkan uang karena berhasil menjawab kuis yang tayang di televisi dengan hadiah jutaan rupiah.
"Tyo ga jadi ikut?" tanya Rangga. Rangga adalah teman klub futsal Tyo di sekolah. Mereka saling kenal, makanya itu Luna meminta dicomblangkan oleh Tyo, dengan menggunakan jurus air mata ke Jessika. Selama seminggu berturut-turut. Membuat mereka lelah dan akhirnya menyerah.
Luna pura-pura mengecek ponselnya. "Jessika bilang dia harus pulang, Tyo nganterin kayaknya." Ia menggigit bibirnya, cemas menunggu jawaban dari Rangga.
Jadi dong... Jadi dong... Pelis banget jangan tolak gue..
"Oke," ucap Rangga.
Yessss!!! Luna bersorak-sorai dalam hati, mati-matian menahan senyumnya yang terus melebar.
"Yuk..." Rangga mengulurkan tangannya membantu Luna menaiki motor besarnya.
Kyaaa... So sweet!
"Makasih..." Luna tersenyum malu. Namun sayang, senyumnya pudar seketika ketika melihat Arga berlari mendekat.
"Kak, mau kemana?" Luna merutuki dirinya yang lupa mengirim pesan ke Arga kalau dia tidak mau pulang bersama adiknya itu. Yang ada sekarang ia malah ke-gep. Arga dan Luna memang satu sekolah, Luna kelas 12 dan Arga kelas 10.
"Kakak mau beli sesuatu dulu. Kamu pulang duluan aja." Luna melambaikan tangan, mencoba mengusir Arga. "Yuk jalan, Ga..." Ditepuknya pundak cowok itu, agar secepatnya pergi.
Rangga mengangguk mengerti. Motor pun melaju. Arga berlari ke motornya secepat yang ia bisa sambil mengirim pesan.
Sementara itu, di sekolah lain, Arka baru saja selesai tanding bola dengan teman sekolahnya. Seragam SMP-nya sudah berganti dengan baju bola lengkap. Arsya menatap cemas kedatangan kakaknya dari kursi pinggir lapangan. Arka balas memandang adiknya bingung.
Arsya menunjukkan pesan di ponselnya dari Arga. "Kode X."
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments
🇵🇸 Mia Rina 🇵🇸
alhamdulillah
2020-10-04
0
☘ꂵᎧᎧꋊ꒒Ꭹ☽☾
jurang
2020-10-03
0
☘ꂵᎧᎧꋊ꒒Ꭹ☽☾
berdua
2020-10-03
0