"Mau makan apa?" Tanya Jessika. Saat ini Luna dan Jessika baru saja sampai di kantin sekolah. Kantin yang tidak terlalu besar dengan kursi dan meja kayu seadanya berjejer rapi di tengah ruangan. Di setiap sisi kantin ada stand makanan yang bisa dipilih oleh siswa-siswi yang keroncongan setelah mendengar untaian nada syahdu dari guru tercinta mereka.
"Hmmmm...." Luna berpikir sejenak. Dia sudah menghabiskan separuh uang jajannya untuk naik ojek, karena hari ini Arga meninggalkannya. Adik lucknut memang. Itu artinya sekarang ia harus jajan seadanya sekarang, memotong anggaran.
"Bakso aja, deh," jawab Luna kemudian. Godaan dari harum bakso yang semerbak sudah menggoda hidungnya. Ia tak tahan ingin mencicipi. "Elo apaan?" tanya Luna.
Jessika melihat ke sekeliling, mencoba memilih apa yang sekiranya mengundang seleranya. Akhirnya matanya tertambat ke satu tempat. Ditunjukkanya tempat itu, memberitahu Luna. "Gue mau soto ayam, minumnya jus mangga. Pesenin ya, gue cari tempat dulu." Ia lalu mencari tempat duduk yang kosong untuk mereka.
"Oke," Luna membentuk huruf O dengan ibu jari dan telunjuknya. Setelah itu, Jessika menghilang di kerumunan.
Saat mengantri, seseorang menepuk pundak Luna. Dia tersentak sebentar kemudian menoleh ke arah pelaku.
"Hai..."
Suara laki-laki yang ia kenal.
"Eh, kak Rangga," ucap Luna sambil tersenyum lebar, menampilkan pipi tembam membulat seperti bakpao.
Gebetannnnnnnn!!!! Luna menjerit histeris dalam hati.
"Mau beli bakso juga?" tanya Luna. Ia berusaha bicara seimut dan semanis mungkin. Harus jaga image. Memberikan kesan yang baik itu penting, apalagi kalau masih proses pendekatan. Seperti itu kira-kira isi majalah yang ia pinjam dari Jessika minggu lalu. Majalah yang berisi artikel berjudul 99 Cara Jitu Mendapatkan Pacar Dalam Waktu Singkat. Asal tahu saja, dia sedang mempraktekkan langkah kelima saat ini.
"Enggak, cuma mau kasih tau aja. Nanti pulang sekolah kayaknya gue ga bisa ikutan hang out, deh.." ucap Rangga.
Yahhhhhhhh.....
Ekspresi Luna berubah sedih seketika, mukanya suram dengan bibir yang sudah maju beberapa sentimeter ke depan.
"Gue masih nunggu kabar dari mami gue. Katanya belum ada yang bisa jemput adek gue, jadi nyokap minta gue jemput adek gue dulu..." Rangga mencoba memberi penjelasan.
Ya Tuhannnnnnnn... So Sweet...Sungguh anak yang berbakti dan kakak idola.
"Oh, iya. Ga apa, kok," balas Luna. Ia tersenyum manis lagi. Dia suka anak mami.
"Tapi nanti gue usahain, gue kabarin lagi pas bel pulang, ya!" seru Rangga sambil menunjukkan satu ibu jari.
"Oke." Luna membalasnya dengan mengacungkan ibu jarinya juga.
"Sip!" Rangga mengelus puncak kepala Luna sekilas kemudian pergi.
Apakah kali ini gue bisa berharap, lepas dari kejombloan setelah lebih dari 17 tahun hidup? Apakah para setan kecil itu ga akan ganggu gue? Please, tolong. Tuhan, kasihanilah jiwaku yang meronta merindukan kasih sayang ini...
Sedetik kemudian Luna membuyarkan lamunannya sendiri dan lanjut mengantre memesan makanan. Dia tidak mau dicap gila di sekolah.
Setelah beberapa orang, dia akhirnya bisa berbincang bebas dengan tukang bakso dan menuliskan pesanan, lalu ia berpindah ke tempat pesanan Jessika, soto ayam. Terakhir, tidak lupa ia berbaris lagi memesan jus. Anak baik tidak boleh main serobot. Apalagi kalau sedang dalam tahap pendekatan dengan seorang cowok. Kau tidak tahu berapa mata yang mengawasimu dan menyebarkan aibmu nantinya. Untuk jaga-jaga saja.
Di meja makan, Jessika sedang menunggu Luna. Temannya itu akhirnya datang, tapi ia tampak tak bersemangat.
"Kenapa Lun?" Jessika menatap kasihan pada Luna yang sedang murung di kursi kantin. Teman sebangkunya ini yakin, pasti Luna lagi bete berat karena harus menyalin PRnya lagi. Dia sempat tertawa dalam hati tadi. Malang memang nasib temannya itu.
"Gue ga tahan lagi, Jess..." Luna menatap nanar, memulai drama. Dia memang berniat untuk menjaga kelakuan, tapi ada kalanya seseorang bisa khilaf.
Luna membiarkan mangkuk bakso Pak Kumis di depannya terbengkalai. "Katanya rumahku istanaku, mana buktinya? Mana?? Gue selalu tersiksa di rumah. Hiksss... " Luna terisak.
"Adek elo lagi? Mereka bikin ulah lagi? Keterlaluan banget emang?" Jessika menepuk punggung tangan Luna prihatin.
"Iya, iya, dan IYA!" Luna memekik kesal.
"Emang mereka ngapain?" Tyo, pacar Jessika ikut nimbrung setelah nguping sebelumnya.
"Jangan elo berani duduk disitu." Luna menatap tajam sambil menunjuk tempat kosong di sebelah Jessika. "Gue lagi sakit hati, gue enggak mau sakit mata juga!!!" Luna mengayunkan garpu di depan Tyo, memberikan gerakan yang berarti 'Menjauh kalau tak ingin dibun*h'.
Tyo mendecak keras. "Elah, sensitif amat sih kayak nenek-nenek hamil, Lo!" Ia tetap duduk di sebelah Jessika mengabaikan ancaman Luna. Kurang ajar memang temannya yang satu ini.
Berbanding terbalik dengan keadaan Luna, Jessika tersenyum menyambut pacarnya. Dia kemudian mulai menceritakan apa yang terjadi. "Buku PR nya si Luna dibuat latihan berhitung, sama adek nya, ay," ungkap Jessika.
Ay, singkatan dari ayang. Jijik beud. Luna ingin muntah mendengarnya. Ia bertekad kalau nanti ia punya pacar, tidak boleh senorak ini.
"Ahahhaa..." Tyo tergelak. "Itu mah elo pasti naro buku sembarangan..."
Luna menghembuskan nafas kasar. "Bukan cuma itu, Yo. Adek gue nyalain alarm jam 2 pagi! Bikin gue kebangun enggak bisa tidur! Pas gue mau nonton DraKor, laptop gue udah enggak ada! Gue samperin ke kamarnya,dikunci. Kesel banget gue. Pas akhirnya gue bisa tidur, nyokap bangunin sambil ngomel. Pas gue mandi, airnya diabisin adek gue. Pas gue mau sarapan, gue ditinggalin. Keseeellllllllll....." Luna sudah berapi-api menceritakan rentetan kejahilan adik-adiknya itu.
"Oh gitu, sabar aja..." Tyo berbicara sambil menoel mesra lengan pacarnya. Tyo dan Jessika terlihat saling bertatapan hangat yang bisa membuat jomblo manapun terbakar api kecemburuan.
Elo bahkan ga dengerin cerita gue.
BRAK!
Luna menggebrak meja dramatis.
Tyo membelalak kaget. Kenapa lagi nih bocah?
Luna bangkit dari duduknya, marah. "Minggir!" Luna berucap ketus sambil mendorong Tyo. "Minggir!" lalu beralih mendorong Jessika. Setelahnya Luna duduk di tengah, antara mereka berdua.
Jessika dan Tyo masih saling menatap mesra walau sudah dipisahkan. Muak, Luna menarik mangkuk baksonya dan mulai makan dengan ganas.
"Udahlah Lun, mungkin juga mereka ga sengaja," bujuk Jessika. Dia menepuk punggung Luna pelan, mencoba menenangkan si teman.
Cih! Luna masih bersungut sebal. Ketidak sengajaan beruntun, luar biasa.
"Mereka pasti ga bermaksud gitu..." lanjut Tyo, mencoba membantu kekasihnya.
*Terus aja, bela terosssss. Bahkan teman-teman gue ngebela iblis-iblis itu. Enggak ada yang perduli sama gue*.
"Okay, fine! Gue mau kabur dari rumah," pekik Luna.
Bersambung...
EPILOG
Yang sebenernya mereka ucapkan dalam hati...
Ini si Luna kapan beres makannya sih? Tyo
Sabar, ay. Dia lagi emosi. Jessika
Sampai kapan?? Aku kan mau berduaan sama kamu. Tyo
Kalau kabur dari rumah, gue ga punya duit. Tunda tahun depan aja deh, kaburnya. Luna
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments
🇵🇸 Mia Rina 🇵🇸
assalamu'alaikum
2020-10-04
0
🇵🇸 Mia Rina 🇵🇸
mia mampir
2020-10-04
0
☘ꂵᎧᎧꋊ꒒Ꭹ☽☾
hatiku
2020-10-03
0