PPL merupakan singkatan dari Para Pengawal Luna. PPL sendiri merupakan sebuah perkumpulan yang terbentuk sejak tiga tahun yang lalu. Anggotanya pun hanya terdiri dari tiga orang, dan kemungkinan tidak akan bertambah dalam waktu dekat. Grup yang beranggotakan Arga, Arka dan Arsya ini berdiri semenjak mereka menyadari kalau kakak mereka, Luna, menjadi semakin cantik setiap harinya. Hal ini membuat banyak serigala mata keranjang yang mencoba mendekati Luna. Mereka tidak ingin kalau kakak kesayangan mereka sampai terjerat dalam jebakan cinta lelaki tak berakhlak. Kakak mereka yang tidak pernah menaruh kecurigaan pada orang lain itu pasti akan sangat mudah jatuh dalam perangkap para penjahat cinta. Mereka tidak menginginkan hal itu terjadi.
Dalam keadaan darurat, PPL akan mengeluarkan kode X. Satu-satunya kode yang ada dalam grup ini, sebenarnya. Untuk sementara, baru satu kode. Memangnya butuh berapa banyak kode hanya untuk kelompok semacam ini? Terbentuknya perkumpulan ini pun sudah merupakan wujud kegabutan luar biasa dari adik-adik Luna.
Kode X merupakan pertanda penting yang harus segera ditindaklanjuti. Kode X: kode untuk membuat eks, alias mantan. Misi mereka yang utama adalah untuk membuat kisah cinta Luna kandas bahkan sebelum ditanam. Calon pacar menjadi mantan calon pacar. The end.
"Buruan ganti bajunya, Napa!" Arsya menggerutu ke kakaknya yang masih sibuk mengancingkan seragam. Mereka masih berada di dalam toilet cowok sekolah. Suasana sudah sepi karena bel pulang sudah bersuara sejak beberapa jam yang lalu. Saat ini hanya tersisa beberapa murid yang masih memiliki kegiatan, seperti olahraga, menonton gebetan, nongkrong, ngobrol ataupun hanya sekedar ngumpul.
"Lagian ngapain pakai suruh ganti baju sih, kan langsung berangkat aja, gue enggak apa-apa," kilah Arka. Dia masih berusaha memakai pakaiannya secepat yang ia bisa. Adiknya ini sangat bawel melebihi kakak perempuannya sendiri.
"Ya, elo enggak apa-apa. Gue kagak. Orang-orang lain kagak. Elo ga sadar elo udah berbau mirip kambing?" protes Arsya. Dia sudah menutup hidungnya dengan dua jari. Tubuh kakaknya itu memang menguarkan bau tidak enak, dia tidak berbohong, cuma sedikit melebihkan.
Arka mencengkeram wajah adiknya. "Elo lupa kalau gue lahir duluan?" ancamnya. Dia tidak suka dengan sindiran semacam ini.
"Oke, sorry bos..." Arsya menepis tangan kakaknya. Dia mengangkat tangan memberikan hormatnya pada Arka. Arsya tidak berani melawan, karena memang Arka lebih tua. Arka sudah menginjak kelas 9, sedangkan Arsya baru kelas 7. Mereka memang jahil tapi bukan berarti tidak sopan dengan orang yang lebih tua.
Arka tersenyum simpul. "Jadi, gue wangi kan?" tanyanya, mencoba mencari pengakuan.
"Sumpah, wangi banget..." Arsya menunjukkan kedua jempolnya, tersenyum lebar. Dia terus begitu sampai kakaknya berbalik badan, kemudian pura-pura muntah setelah Arka tak melihat. Adik bermuka dua, memang.
Arka dan Arysa melangkah keluar sekolah, mereka menyusuri jalan menuju tempat ramai untuk mencari kendaraan.
"Jadi mau kemana kita?" Arka bertanya pada Arsya saat mereka sudah sampai di tempat angkot biasanya mangkal. Arsya mengecek ponselnya. Dilihatnya aplikasi pesan dan mulai bertanya pada Arga.
WA Grup: PPL
Dimana? Share loc
✉️ Bentar.
✉️ Elo sendiri? Arka mana?
Mati hapenya, kebanyakan main game.
✉️ Mal mentari. Buruan ga pake lama.
Setelah menunjukkan isi pesan di ponselnya pada Arka, mereka masuk ke dalam angkutan umum yang menuju mal mentari. Mal yang ada di dekat sekolah kakak mereka.
Di dalam mobil umum, suasana hening. Hanya terdengar beberapa gumaman. Arsya menatap jendela, pemandangan yang tampak tidak asing.
"Ka, elo kan lebih tua. Elo yang bayar ya!" Arsya ngeles saat mereka sebentar lagi turun angkot dan harus bayar ongkos.
"Aduh, duit gue udah habis buat beli kuota." Arka mengecilkan suaranya. "Pake duit elo dulu, deh..." Dia berbisik pada Arsya.
Kata-kata terhoror. Pake duit elo dulu, bayarin dulu, talangin dulu. Beberapa kata yang maknanya sama. Bermakna: Ikhlas.
"CK, ah!" Arsya mendecak kesal. "Giliran begini aja, enggak mau diaku tua, Lo!" Dia ngomel-ngomel sambil mengeluarkan dompetnya, membuat Arka tersenyum senang.
Baru saja Arka dan Arsya melangkah turun dari mobil, ponsel Arsya bergetar. Ada sebuah panggilan masuk.
📞 Dimana? Gue di lantai 2, deket lift. Buruan kesini.
📞 Otw. Baru turun angkot.
📞 Ga pake lama ya. Keburu jadian nanti!
📞 Iya, bawel.
Setelah beberapa saat, Arka dan Arsya sampai di tempat persembunyian Arga, di belakang pohon palsu di dekat lift. Walaupun dikatakan bersembunyi, nyatanya tidak seperti itu. Tubuh mereka sudah pasti terlihat jelas karena cuma ngumpet dibalik sebuah pohon plastik berbadan kurus.
"Hhhh... Capek banget gue. Kaki gue mau rontok ini..." Arka membungkuk sambil memegang lututnya yang lemas. Dia baru selesai main bola dan sekarang harus lari lagi. Cobaan.
"Haus, haus. Bagi air." Arsya mengambil botol air mineral yang dipegang Arga. Cuaca sangat panas di luar, ditambah mereka harus berlari untuk bisa sampai kesini secepatnya.
"Jangan dihabisin!" Arka merebut paksa botol air saat Arsya sedang meminumnya. Isi botol itu jadi muncrat ke segala arah.
"AH! Jadi basah kan!!" Arsya menggeram kesal.
"BERISIK!" Arga menutup mulut Arsya dan Arka. "Kalian mau kita ketauan, hah?!"
Arka dan Arsya mengangguk mengerti. Arga pun melepaskan mereka.
"Maaf, bos!" ucap Arka dan Arsya bersamaan.
Peraturan pertama grup PPL. Saat kumpul bersama, yang lebih tua dipanggil Bos.
"Mereka udah lama banget di dalam toko itu dari tadi." Arga menggumam kecil sambil menunjuk toko pernak-pernik yang dimaksud.
"Mana?" Arka menajamkan penglihatan nya.
"Oh, itu keluar!!!" Arsya berteriak keras.
"SSHHH!!" Arka dan Arga menutup mulut Arsya berbarengan.
"Oke bos 1, oke bos 2. Maaf saya khilaf..." Arsya menundukkan kepala. Arka dan Arga berpaling dari Arsya. Mereka lanjut memata-matai dengan seksama.
"Wah, wah. Bos, si X berani pegang-pegang bos," ucap Arsya.
(Kenyataan: Rangga berniat membantu Luna membawa barang yang dibelinya karena Luna mau memasukkan dompet ke dalam tas.)
"Bos, si X mepet mulu nih, bos! Duh, gimana nih bos?!" lanjut Arka. Ini membuat keadaan semakin panas. Dia jago memanas-manasi keadaan.
(Kenyataan: Mereka mau naik eskalator, jelas berdiri deketan.)
"BOS! Pegangan tangan!" Arsya memekik tak percaya.
(Kenyataan: Luna tersandung saat hendak turun dari eskalator, jadi Rangga memeganginya.)
"Ayo, bos, kita langsung serbu aja!" Arka mulai mengepalkan tangan tidak sabar.
"Tenang, kita harus main cantik... Kita susun strategi dulu..." Arga berucap kalem sambil memainkan ponselnya.
(Kenyataan: Imajinasi mereka melebihi batas normal.)
Bersambung..
EPILOG
"Jadi gimana strateginya bos?" Arsya menoleh ke belakang. "Yaelah, malah cari di google!"
profile picture PPL a.k.a. Brother Complex
❤️❤️❤️Lovely Luna❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments
☘ꂵᎧᎧꋊ꒒Ꭹ☽☾
diriku
2020-10-03
0
☘ꂵᎧᎧꋊ꒒Ꭹ☽☾
memulai
2020-10-03
0
☘ꂵᎧᎧꋊ꒒Ꭹ☽☾
harus
2020-10-03
0