Terjerat Cinta Presdir
"Han, mau bareng Kakak ga?" tanya Juna yang sedang menuruni anak tangga sambil kerepotan memakai dasi di lehernya. "enggak usah Kak, Hana berangkatnya agak siangan kok, sini Hana benerin dasinya." ucap Hana sambil membetulkan dasi, karena ia sudah terbiasa membereskan keperluan Juna.
"Kakak mau sarapan apa? roti atau nasi goreng? biar aku ambilkan," tanya Hana sambil menuang air ke dalam gelas.
"Nasi goreng aja, biar ga cepat laper." ucap Juna sambil memeriksa ponsel di tangannya. Selesai sarapan bersama, Juna pun kini sudah berangkat ke kantor.
Sehabis mencuci piring, Hana kembali ke kamarnya untuk membersihkan diri. Tak butuh waktu lama, kini ia sudah berada di depan cermin untuk memoles wajahnya dengan make-up tipis agar lebih natural dan tidak berlebihan.
Saat Hana sudah siap dan memakai tas selempang nya, segera ia turun dari kamar, tapi tiba-tiba ponselnya berdering. Hana bingung kenapa kakaknya tiba-tiba menelepon dirinya?
"Hallo, han. Apa kamu masih ada di rumah?Kakak butuh bantuan kamu saat ini. Bisa tolong bawain berkas yang ada di laci meja kamar. Masalahnya itu sangat penting, bisa kan?"
pinta Juna karena tadi terburu-buru hingga ia melupakannya.
"Oh, yaudah. Nanti aku ke sana." ucap Hana lalu memutuskan sambungan teleponnya.
Hana membuka pintu kamar kakaknya yang bersebelahan dengan kamar nya.
"Huh! kenapa Kakak ceroboh sekali sih!" gerutu Hana sambil memeriksa laci meja kamar Kakaknya biasa menyimpan berkas penting. "Ah, ini dia udah ketemu!." lalu Hana bergegas pergi dan mengunci pintu rumah, segera menaiki motor maticnya.
Kendaraannya kini melaju dengan kecepatan sedang, demi keamanan menurutnya, karena dia tidak mau sampai berurusan dengan polisi nanti. Bisa panjang urusannya, dipikirnya.
Setelah menempuh perjalanan, akhirnya Hana sampai ke tempat tujuan. Kini Hana sudah berada di depan gedung perusahaan yang sangat besar, sejenak ia menghentikan langkahnya. Tubuhnya terdiam sesaat, memandangi papan nama yang bertuliskan kantor Wijaya Grup.
"Wah, kalau di lihat dari dekat, ternyata sangat besar ya..." ucap Hana merasa takjub dengan kantor tempat Kakaknya bekerja. Ia memasuki lobby, pandangannya melihat beberapa karyawan berlalu lalang dengan kesibukannya masing-masing.
Tak sedikit karyawan laki-laki yang memperhatikan dirinya hingga membuat hana agak risih.
Kalau bukan karena kasihan memikirkan Kakaknya yang sedang membutuhkan bantuannya, pasti ia merasa enggan untuk datang ke tempat ini.
"Maaf Mba, bisa saya bertemu dengan bapak Juna?" ucap Hana pada resepsionis.
"Apa anda sudah membuat janji?" tanya resepsionis itu kepada Hana.
"Saya sudah membuat janji dengannya. Dan saya harus memberikan ini." ucap nya lagi sambil menunjukkan map kepada Resepsionis di depannya.
"Anda langsung saja naik ke lantai paling atas."
"Baiklah, terimakasih." ucap Hana langsung berjalan memasuki lift karyawan.
"Ting"
Pintu lift pun terbuka dan kini ia sudah berada di lantai 30.
Hana di buat terperangah saat melihat setiap sudut ruangan nya memiliki desain interior yang sangat elegan, namun seketika lamunannya membuyar kala ia ingat kedatangannya kesini untuk menyerahkan berkas yang ada pada dirinya saat ini juga.
Hana melihat pada daun pintu yang bertuliskan ruangan Presdir dan pintu yang satunya lagi adalah ruangan sekertaris.
"Sebaiknya aku ke ruangan Kakak ku dulu." ucapnya lalu melangkah mendekati pintu sekertaris.
Tok... Tok...
"Masuk!"
Pintu pun terbuka dan Hana langsung memasuki ruangan itu.
"Ada perlu apa? cepat katakan!." tanya pria itu yang tak lain adalah Reihan dengan aura dingin tanpa menoleh, karena pandangannya tak lepas dari layar komputernya.
"Lho, kenapa bukan kak Juna? atau aku salah ruangan?" pikir Hana merasa kebingungan.
"Maaf Tuan, saya kesini hanya untuk menyerahkan ini." ucap Hana sambil menyerahkan map itu di atas meja.
"Kalau begitu saya permisi." ucap nya lagi dengan memberi hormat lalu melangkah meninggalkan ruangan itu.
"Berhenti!" detik itu juga Reihan memanggil wanita di depannya dengan aura dinginnya. Sesaat Hana memaku di tempat lalu ia memberanikan diri untuk berbalik. Tanpa Hana sadari, seketika Reihan sudah berada di hadapannya.
"Ada apa lagi Tuan?" tanya Hana dengan bingung.
"Beraninya kau pergi begitu saja! dan kau bukan karyawan di sini, seenaknya keluar masuk tanpa seizin ku. Bukankah Juna menyuruh adik laki-lakinya membawa berkas itu?"
"Adik laki-laki?" gumam Hana yang bingung namun terdengar oleh Reihan.
"Kenapa kau malah bicara sendiri, hah?!" tanya Reihan.
Hei! sombong sekali orang ini? batin Hana merasa kesal.
Marah? tentu saja ia sangat marah. Ingin sekali ia menjambak pria yang ada di depannya ini, tapi Hana memikirkan nasib Juna. Dan sebagai seorang adik, ia tidak ingin membuat malu Kakaknya.
"Maaf sebelumnya kalau saya lancang masuk ke kantor ini tanpa seizin Tuan, walaupun niat saya hanya mengantarkan berkas yang memang sangat penting, dan saya tidak ada maksud lain. Sekali lagi maaf sudah mengganggu waktu anda. Saya permisi."
Hana berbalik menuju pintu keluar tanpa menunggu jawaban dari mulut Presdir Reihan.
"Hei, tunggu!" panggil Reihan namun Hana tidak memperdulikannya. Ia keluar dari ruangan dengan sangat kesal.
"Dasar orang aneh, gila, dan apalah pokoknya! semoga aku tidak bertemu dia lagi. Huft...... malas!!"
"Shitt!"
Baru kali ini aku bertemu wanita yang mengabaikan ku, bukan seperti para wanita yang selalu mencari perhatian di luaran sana. Kenapa tiba-tiba aku merasa kesal karena ia pergi begitu saja. Batin Reihan.
Di saat Reihan masih bergelut dengan pikirannya, terdengar ketukan dari arah pintu. Juna pun sudah datang memberitahukan bahwa ruangan Presdir sudah bisa di gunakan kembali karena sambungan listrik yang sempat mengganggu, maka Reihan memakai ruangan sekertaris nya untuk meneruskan pekerjaannya.
"Maaf Bos, saya mau memberitahukan kalau ruangan anda sudah bisa di pakai."
"Heem, baiklah. Oya, bukankah kau menyuruh Adik laki-laki mu untuk mengirimkan berkas penting ini ke kantor? tapi kenapa yang datang seorang wanita?" tanyanya kepada Juna sambil menunjuk berkas di meja.
"Sejak kapan aku mempunyai adik laki-laki?" gumam Juna.
"Ah, iya Bos. Ternyata dia sudah menemui anda ya, saya pikir dia belum datang ke sini. Tapi saya hanya mempunyai satu adik perempuan Bos." jawab Juna menjelaskan kepada Reihan.
"A-apa! tunggu, Adik perempuan katamu? aku pikir kau mempunyai adik laki-laki? kalau tidak salah, kau menyebut adikmu "Han" bukan?"
"Bos salah sangka. Namanya Hana, saya biasa memanggilnya Han. Dia itu adik perempuan saya satu-satunya lho Bos," jawab Juna sambil terkekeh.
"Sudahlah, lupakan! kau malah meledekku. Atau mau ku pecat kau?! siapkan saja rapat hari ini, karena aku mau keruangan ku dulu." ucap Reihan bangkit dari kursinya, karena ia tidak mau di anggap bodoh oleh sekretarisnya sendiri.
"Baik Bos" jawab Juna kembali ke mode serius sambil menunduk memberi hormat.
Reihan pun kembali ke ruangannya. Sambil menyalahkan sebatang rokok, lalu duduk di jendela ruangan kantornya. Sesekali melihat pemandangan jalanan kota yang cukup padat di lalui kendaraan. Meski pandangannya melihat ke arah mobil yang berlalu-lalang, tapi pikirannya entah kenapa teringat wajah wanita yang Juna sebut sebagai Adiknya itu.
"Akhh!" desah Reihan frustasi.
Kenapa pikiranku tertuju pada wanita itu? sebelumnya tidak ada satupun wanita yang aku pikirkan
.
.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
Andariya 💖
suka pada pandangan pertama, ya bossss
2024-03-25
1
Andariya 💖
mampir
2024-03-25
1
ice lemon tea
suka.......
2022-07-01
1