Kini Hana sudah sampai di toko rotinya. Usaha yang ia rintis setahun belakangan ini berjalan dengan lancar. Walaupun tokonya tidak terlalu besar, namun ia bersyukur kerja kerasnya membuahkan hasil, dan di tambah lagi ia sudah memiliki dua karyawan.
"Pagi Mba Hana,, kenapa mukanya lesu gitu?" tanya Tika seketika menghampiri Bosnya itu.
"Enggak kok' Tik, aku cuma lagi kurang enak badan aja. Aku ke dalem dulu deh." ucapnya kepada Tika Sambil berjalan menuju sofa tempat ia biasa beristirahat.
"Oke. Mba tenang aja, ada aku dan Amel kok' yang urus."
"Makasih ya Tik." Jawab Hana sambil tersenyum.
Siang ini Hana sudah terlihat lebih ceria. ditambah lagi banyaknya pembeli membuatnya bertambah semangat saja hingga ia lupa dengan masalah yang tadi pagi melandanya.
*
*
Waktu sudah menunjukkan jam lima sore. Hana pun kini bersiap untuk pulang. Tika dan Amel sudah menerima gajinya tadi sebelum mereka pulang. Dan kebetulan besok waktunya libur, membuat mereka sangat senang bisa menghabiskan waktunya untuk istirahat di rumah.
Setelah Hana menutup toko, ia mengendarai motornya menuju rumah. Namun sebelum pulang Hana ingin mampir dulu ke supermarket untuk membeli bahan makanan yang akan ia masak di rumah.
Setelah sampai, ia mengambil troli lalu mengambil beberapa bahan makanan yang ia butuhkan untuk memasak. Dirasa bahan yang ia ambil sudah cukup, segera Hana menuju ke bagian kasir untuk membayar belanjaannya.
Selesai berbelanja, Hana berjalan menuju pintu keluar. Karena merasa haus, ia pun membeli jus di kedai minuman yang tak jauh dari supermarket tempatnya tadi.
"Ah,, segarnya..." ucap Hana yang sudah menghabiskan minumannya hingga tandas.
Sore kini sudah berganti menjadi malam, Hana melanjutkan perjalanannya menuju rumah, tapi betapa sialnya tiba-tiba ban motor yang ia kendarai malah bocor di tengah jalan.
"Yah... kenapa ban motornya bocor sih! masa iya harus aku dorong? hadeh!!"
Terpaksa ia harus menepikan kendaraannya ke pinggir jalan, lalu Hana mengambil ponsel di tas selempang nya itu, siapa tahu saja Kakaknya bisa dimintai bantuan, tapi sialnya baterai ponsel Hana malah lowbat. Dengan malas Hana terpaksa mendorong motornya. Barangkali saja di perjalanan ia bisa menemukan tukang tambal ban.
"Tin... Tin..."
Tiba-tiba terdengar suara klakson mobil yang terus membunyikan suaranya, padahal jalanan yang ia lewati cukup luas, bahkan sangat luas menurutnya. Karena penasaran akhirnya Hana menghampiri mobil dan mengetuk pintu kaca depan.
"Hei, Pak. Jalanan ini kan masih luas, kenapa anda membunyikan suara mobilmu?" tanya Hana dengan kesal.
Ketika pintu mobil itu terbuka, ia melihat seorang supir keluar dari dalam mobil sambil tersenyum ramah menghampiri Hana.
"Maaf Nona, Tuan muda menyuruh anda untuk segera masuk ke dalam mobilnya" ucapnya sopan pada Hana.
"Maaf Pak, tapi aku tidak kenal sama sekali dengan Tuan mu?" jawab Hana jujur, karena ia tidak tahu siapa yang di maksud dengan Tuannya itu.
"Kau pasti mengenalinya Nona. Dia adalah Tuan Reihan pemilik Wijaya grup." ucap supir itu menjelaskan kepada Hana.
"A-apa aku tidak salah dengar?" tanya Hana tidak percaya.
"Benar Nona, saya tidak berbohong."
Astaga...kenapa aku harus bertemu pria galak itu lagi sih! batin Hana.
"Sebelumnya saya ucapkan terimakasih atas tawaran kalian. Tapi sepertinya Tuan mu itu tidak perlu repot-repot memberi saya tumpangan. Kalau begitu saya permisi Pak." Hana berlalu meninggalkan mobil itu. Ia lebih memilih mendorong motornya dari pada harus ikut bersama mereka, tepatnya ikut bersama dengan Presdir Reihan.
Supir itu pun segera kembali ke mobil untuk memberitahukan bahwa Nona Hana tidak mau ikut dengan Tuannya dan memilih pergi. Seketika wajah Reihan menjadi kesal dengan aura yang menyeramkan membuat sang supir menunduk takut tidak berani menatapnya.
"Huh! gadis aneh. Berani sekali dia menolak diriku? dan ini sudah yang kedua kalinya dia mengabaikan ku." gerutu Reihan di dalam mobilnya.
Karena merasa kesal, Reihan akhirnya keluar dari mobilnya.
"Hei kau, berhenti!" panggil Reihan.
Merasa ada seseorang yang memanggilnya, dengan malas Hana pun menoleh ke belakang. Seketika Reihan sudah ada di hadapannya. Tanpa basa-basi ia langsung menarik pergelangan tangan Hana. Hana yang kaget dengan kelakuan pria itu membuatnya terus memberontak. Namun tenaganya tidak mampu mengimbangi pria di hadapannya ini.
"Hei Tuan, apa yang anda lakukan? lepasin saya!"
"Diam!! Berisik sekali kau ini." bentak Reihan sehingga membuat nyali Hana menciut ketakutan.
Di dorongnya Hana ke dalam mobil oleh Reihan. Hana membenarkan posisi duduknya sambil mengusap pergelangan tangannya yang agak memerah.
Ya ampun, motorku... hampir saja lupa.
"Tuan motor saya bagaimana? tidak mungkin saya meninggalkannya di jalan."
"Kau tenang saja, orang suruhan ku akan mengurusnya."
"Tapi barang belanjaan ku bagaimana Tuan? masa harus di tinggal di motor juga?" tanya Hana lagi.
"Baiklah, baiklah. Pak, cepat kau ambilkan barang belanjaan gadis ini, karena aku tidak mau mendengar dia merengek. Merepotkan saja!" titah Reihan kepada supirnya itu sambil melirik gadis disebelahnya.
Apa dia bilang barusan, merepotkan? bukankah dia yang seenaknya saja?! batin hana.
Supir itu pun segera keluar untuk mengambil barang belanjaan Hana dan menaruhnya di bagasi mobil.
Kini mobil telah melanjutkan perjalanannya menuju rumah Hana. Tidak ada percakapan di antara mereka. Reihan sibuk dengan ponselnya, sedangkan Hana menatap keluar jendela melihat pemandangan di malam hari.
Reihan menaruh kembali ponselnya ke dalam saku jasnya. Ia memperhatikan Hana yang masih terdiam menatap keluar jendela. Kini tatapan Reihan terfokus pada tangan Hana yang terlihat memerah akibat ulahnya yang menariknya dengan sedikit kasar. Ada rasa bersalah dalam hatinya. Reihan menggeser posisi duduknya mendekati Hana dan meraih pergelangan tangan wanita yang ia sakiti.
Spontan Hana di buat kaget melihat Reihan sudah ada di hadapannya dan mengusap lembut pergelangan tangannya yang memerah. Tatapan mereka bertemu cukup lama dan ada debaran yang Hana rasakan dalam hatinya, begitu pun sama halnya dengan Reihan, jantungnya tiba-tiba berdetak begitu kencang dan ini baru ia rasakan hanya kepada wanita yang ada di depannya saat ini.
"Apa masih terasa sakit?" Tanya Reihan lembut kepada Hana yang masih memegang tangannya.
"Ah, tidak apa-apa, nanti juga membaik" Jawab Hana seperti tersihir melihat sisi lembut dan perhatian dari Reihan, padahal sebelumnya ia sangat benci dengan lelaki yang ada di hadapannya ini.
Coba saja dari awal ia bersikap lembut seperti ini, mungkin aku sudah menjadi fans pertamanya...
.
.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
Eni Trisnawati Mmhe Winvan
pengen nya tuh bersikap lembut 😀😀😀😀
2021-12-23
0
Har Tini
lanjutt
2021-08-31
1