Mobil yang mereka kendarai kini sudah terparkir di depan rumah Hana. Sang supir pun keluar untuk membukakan pintu mobil tuannya.
Reihan keluar dari mobil. Ia memegang tangan Hana dengan lembut menggenggamnya tanpa berniat melepasnya. Hana yang melihat tangannya yang tak di lepas oleh pria yang ada di hadapannya ini hanya menunduk malu karena wajahnya sudah memerah seperti tomat.
Di saat Hana ingin membuka pintu rumahnya, ia melirik tangannya yang masih di genggam oleh Reihan.
"Maaf tuan, bisakah kau melepaskan tanganku?" pinta Hana pada Reihan.
"Oh, baiklah." jawab Reihan datar tanpa merasa bersalah.
Pada saat pintu sudah terbuka, Hana mempersilahkan Reihan masuk. Sang supir pun mengikutinya dari belakang sambil membawakan barang belanjaan Hana.
"Pak, terimakasih sudah membawakan barang belanjaan saya." ucap Hana lalu mengambil alih kantung belanjaannya yang di bawa Pak supir.
"Dengan senang hati Nona. Kalau begitu saya permisi" jawab supir itu lalu pergi.
Reihan mengedarkan pandangannya di setiap sudut ruangan yang terlihat rapi.
"Tuan, silahkan duduk dulu. Biar saya buatkan minum."
"Hem, baiklah." jawab Reihan singkat.
Hana menuju dapur untuk membuat kopi, dan disaat itu juga Juna yang selesai membersihkan diri lalu menuruni anak tangga berjalan ke arah dapur berniat ingin mengambil minum, tetapi ia melihat sosok laki-laki yang tak asing sedang duduk di sofa ruang tamu membelakangi dirinya.
Sepertinya ada tamu, tapi siapa ya?setahuku Hana tidak pernah membawa teman lelaki?
Karena penasaran, Juna lalu mendekati pria yang duduk di sofa ruang tamunya. Di saat ia menghampiri pria yang sedang menyandarkan tubuhnya di sofa sambil melipat kedua kakinya, saat itu juga Juna langsung mengerutkan dahinya tak percaya ternyata Presdir Reihan, Bosnya sendiri.
"Bos? ada angin apa kau bisa berada di sini? atau ada pekerjaan yang belum selesai di kantor? kenapa kau tidak meneleponku? setidaknya aku kan bisa ke rumahmu." sambil ikut mendudukkan dirinya di sofa, Juna memberikan banyak pertanyaan yang ia lontarkan, dan itu membuat Reihan menghembuskan nafas kasarnya.
"Huh...!! Kau ini banyak sekali pertanyaan, seperti bebek saja. Mau ku potong gaji rupanya, hah...?!"
"Ckckck.... Bisanya cuma mengancam saja." Kesal Juna yang tahu sifat arogan Reihan hanya menatap jengah dengan kelakuan teman sekaligus atasannya itu.
"Aku tadi tak sengaja bertemu Adikmu di jalan, karena ban motornya bocor" Reihan menjelaskan pada Juna perihal pertemuannya dengan Hana.
"Ohh... pantas saja waktu aku hubungi ponselnya tidak aktif. Syukurlah Hana bertemu denganmu Bos. Tapi sepertinya kau sudah mulai akrab dengan Adikku, padahal Hana itu pendiam, cuek dan tidak mudah bergaul dengan pria."
"Benarkah?" tanya Reihan tak percaya.
"Ya, benar. Dia sama sepertimu, lebih memilih menyibukkan diri di toko roti miliknya. Mungkin karena ibu kami sudah tiada, hingga membuatnya sangat kesepian.
Kau tenang saja... aku akan menjaganya, dan ku pastikan dia tak akan kesepian. batin Reihan.
"Eh, kenapa aku malah jadi curhat ya? hehe..." Juna terkekeh mengingat ucapannya barusan.
"Oya, ternyata rumah mu nyaman juga. Kenapa kau tidak pernah mengajakku ke kesini?"
"Memang sejak kapan kau ada waktu? kau kan selalu sibuk Rei..."
Tak lama Hana datang membawa secangkir kopi, Hana melihat sudah ada Juna yang ikut duduk di ruang tamu menemani Reihan.
"Silahkan di minum kopinya Tuan,"
"Kakak rupanya sudah pulang? tadi sewaktu aku mau pulang tiba-tiba ban motorku bocor dan ponselku baterainya lowbet Kak," ucap Hana menjelaskan kepada Kakaknya.
"Si Bos tadi udah ceritain ke Kakak kok, yang penting kamu baik-baik aja di jalan." jelas Juna.
"Yaudah, Hana mau ke kamar dulu Kak." pamit Hana langsung menaiki anak tangga menuju kamarnya. Sedangkan Reihan dan Juna masih betah membicarakan soal pekerjaan.
Karena sudah setengah jam mereka asik mengobrol, sebenarnya sebelum pulang Reihan ingin melihat Hana, namun gadis itu tak nampak terlihat turun dari kamarnya, akhirnya Reihan pun pamit untuk pulang karena ia sudah lelah seharian dengan pekerjaannya di kantor.
-
Setelah membersihkan diri Hana turun dari kamarnya. Ia mengedarkan pandangannya mencari Tuan Reihan yang ternyata sudah pergi. Hana menghampiri Juna yang kini sedang duduk sendirian di Sofanya sambil menonton acara televisi.
Sepertinya dia sudah pergi. Aish! kenapa aku malah memikirkan pria itu...
Hana menggelengkan kepalanya berusaha menghilangkan bayangan tentang Presdir Reihan yang terus singgah di pikirannya.
"Kak, mau di masakin apa? nanti biar Hana buatin." tanya Hana kepada Juna.
"Kita makan mie rebus aja. Keliatannya enak tuh." sambil menunjuk dengan dagunya, Juna melihat acara televisi yang sedang menayangkan hidangan mie instan dengan campuran sayur juga telur.
"Oke. Aku buatin dulu mie spesialnya." jawab Hana lalu pergi ke dapur untuk membuat bahan-bahannya.
Setelah selesai membuat mie, Hana segera menaruhnya di meja makan dengan tampilan yang menggugah selera, membuat Juna segera menghampiri meja makan.
"Wih... enak banget nih kayaknya." jawabnya sambil menarik mangkuk mie dengan porsi yang banyak.
"Ih! kebiasaan. Berdo'a dulu sebelum makan."
"Udah Dek... tadi di dalam hati." jawab Juna sambil memasukkan mie kedalam mulut.
Kelakuan Juna membuat Hana memutar bola matanya jengah.
Setelah selesai makan, Juna menuju lemari es untuk mengambil minuman soda lalu ia menghampiri Hana yang sedang mencuci piring karena ia ingin mengatakan sesuatu.
"Han, kebetulan besok malam Kakak sama Bos Reihan mau pergi ke acara ulang tahun teman, kamu ikut ya?" pintanya kepada Hana.
"Enggak ah! Hana gak mau ikut. apalagi ada Tuan Reihan? tadi pagi aja di kantor galaknya minta ampun," jawab Hana sambil bergidik ngeri.
"Bos Reihan itu orangnya baik kok, cuma kelihatannya aja dingin. lagian juga gak hanya kita berdua aja yang ikut. Arini juga nanti nemenin kita, gimana mau gak?" ucapnya lagi meyakinkan adiknya.
"Eemm...gimana ya?"
"Plis Dek, mau ya?"
"Yaudah, nanti aku ikut."
"Nah, gitu dong."
*
Flash back on
"Bos, besok malam kita di undang ke acara reuni si Angel, mau datang tidak?" Tanya Juna pada Reihan.
"Aku malas sebenarnya berurusan dengan wanita itu, apalagi akhir-akhir ini dia sering datang ke kantor. Kamu gak lihat, dia itu selalu cari perhatian dengan memakai pakaian yg seksi? padahal sedikitpun aku tidak tertarik padanya dan hanya menganggapnya sebagai teman saja."
"Lalu mau mu bagaimana Bos? apa aku harus mencarikan pasangan untukmu di acara ulang tahunnya?" tanya Juna.
"Ide bagus! cepat berpikirlah." titahnya lagi.
"Eemm... biar kupikirkan dulu," sambil mengusap dagunya Juna masih berfikir.
Terlintas ide di pikiran Reihan. "Adikmu! ya adikmu. Menurutmu bagaimana?" ucap Reihan dengan semangat, dan itu membuat Juna kaget.
"Adikku? dia itu susah sekali di bujuknya." jawab Juna dengan malas.
"Pokoknya kau usahakan. Bagaimanapun caranya aku tidak mau tahu!. Yasudah, aku mau pulang dulu, nanti kau kabari aku oke?" perintah Reihan lalu pergi meninggalkan Juna yang sedang kebingungan bagaimana caranya membujuk Hana Adiknya itu.
"Huh... dasar Bos aneh! selalu saja memaksa." gerutu Juna.
Reihan memasuki mobil dengan senyum yang mengembang, karena usahanya berhasil untuk dekat dengan Hana. Setidaknya dengan cara ini Hana selalu ada bersamanya.
Flash back of.
-
-
-
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
Har Tini
reyhan ngajak yp maksa dasar bos....bos..
2021-08-31
2