Reihan kini sudah ada di mansion nya yang cukup besar dan mewah. Meski tinggal terpisah dengan kedua orangtuanya yang dikarenakan jarak mansion Reihan lebih dekat dengan perusahaannya. Namun jika ada waktu luang, Reihan selalu menyempatkan diri datang menemui Mami dan Papinya, begitu juga sebaliknya.
"Tuan muda, anda sudah pulang? saya sudah siapkan air hangat untuk anda." ucap Jo sambil mengikuti Reihan menuju lantai dua.
Saat Reihan sudah masuk ke kamarnya, Jo pun segera pamit menutup pintunya.
Reihan berjalan menuju kamar mandi, menanggalkan semua pakaiannya dan berendam cukup lama di dalam bathtub merilekskan tubuhnya karena lelah bekerja seharian di kantor.
Cukup lama ia berendam di dalam bathtub. Selesai berendam, Reihan pun bangkit dan membersihkan diri di bawah guyuran shower.
Setelah selesai dengan aktivitas di kamar mandinya, ia keluar dengan handuk yang melilit di pinggangnya. Sambil mengeringkan rambut dengan handuk kecil, Reihan berjalan menuju walk in closet untuk memakai baju rumahan.
Tok.. Tok..
Terdengar ketukan dari arah pintu. Seketika Jo pun masuk membawakan minuman. "Tuan, ini kopinya," ucap Jo sambil menaruh kopi di meja.
"Apa Juna sudah memberikan nomor telepon adiknya?" tanya Reihan pada Jo sembari menyeruput kopinya.
"Sudah tuan. Saya sudah kirim nomor nya ke ponsel anda, bahkan saya sudah mendapatkan alamat toko roti Nona Hana, Tuan," jelas Jo yang memberikan semua informasi tentang Hana.
"Bagus. Kalau begitu kau boleh keluar."
"Baik Tuan, saya permisi dulu." jawab Jo lalu keluar dan menutup pintunya kembali.
Setelah Jo keluar dari kamarnya, segera Reihan mengambil ponselnya di meja lalu mencari kontak yang tertera nama si pemilik nomor yang tidak lain adalah Hana.
"Hallo... hoam..." terdengar suara Hana yang sedang menguap dari seberang telepon.
"Kau sudah tidur rupanya." ucap Reihan.
"Ini siapa ya?" tanya Hana.
"Berani sekali kau tidak mengenaliku?!" kesal Reihan dengan meninggikan nada bicaranya, karena mendengar jawaban Hana yang sudah lancang melupakan dirinya.
Mendengar suara pria yang memarahinya dari seberang telepon, detik itu juga kesadaran Hana mulai terkumpul. Ia sudah bisa menebak kalau suara pria galak di sebrang telepon tidak lain tidak bukan adalah Tuan Reihan yang terhormat.
"Tuan Reihan, jadi ini anda? kau tahu dari mana nomor teleponku?" tanya Hana.
"Kau tidak perlu tahu. Simpan saja nomor teleponku. Dan jangan lupa, aku akan menjemputmu besok sore. Kau paham?"
"Ya, aku paham"
"Yasudah, cepat kau tidur karena ini sudah malam." ucap Reihan langsung mematikan sambungan teleponnya, dan itu membuat Hana kesal. Bukankah dia yang mengganggu tidurnya? di tambah lagi orang itu memerintah seenaknya saja.
"Dasar pria aneh! besok saja deh mikirnya, aku masih mengantuk." tak ambil pusing, Hana pun memutuskan melanjutkan tidurnya.
-
-
-
Minggu pagi.
Tak terasa pagi sudah menyapa dengan dengan dinginnya embun pagi yang menyejukkan bumi. Seorang wanita yang saat ini masih asyik lelap dengan tidurnya. Ya... siapa lagi kalau bukan Hana yang memanfaatkan waktu liburnya untuk tidur sampai siang hari.
"Tok.. Tok.." terdengar ketukan dari arah pintu kamar Hana. Karena tidak ada respon dari dalam kamar adiknya, Juna pun langsung masuk dan menghampiri Hana yang saat ini masih terlelap.
"Han, Kakak mau lari pagi dulu ya, sekalian mau beli bubur ayam. Kamu mau juga tidak?" tanya Juna sambil menggoyangkan lengan Adiknya.
Hana pun membuka matanya. "Eemm... iya. Aku beliin juga ya Kak, sekalian sambalnya yang banyak." pinta Hana.
"Ya sudah, Kakak pergi dulu. Takut keburu siang." Juna pun segera keluar dari kamar Hana untuk melakukan olah raga rutinnya setiap Minggu pagi.
Saat Hana ingin meneruskan tidurnya, tiba-tiba ia teringat tentang Tuan Reihan yang meneleponnya tadi malam.
"Kenapa aku jadi memikirkan pria itu ya? ada apa denganku?" gumam Hana menggaruk kepalanya.
Hana melihat jam di dinding masih menunjukan pukul 6 pagi. Untuk meneruskan tidurnya pun percuma, karena rasa ngantuk nya sudah hilang. Hana pun berjalan menuju kamar mandi dan membersihkan diri.
-
-
Di kediaman Reihan seorang wanita paruh baya yang terlihat anggun memasuki mansion mencari sosok putra sulungnya yang semalam tidak pulang ke mansion orang tuanya.
"Nyonya, silahkan..." Jo menunduk hormat sambil mengikuti langkah Nyonya Alma yang tak lain adalah Ibu dari Tuannya.
"Jo, dimana putraku Reihan?" tanya Mami Alma.
"Tuan muda ada di tempat olah raga, nyonya. Apa mau saya panggilkan?"
"Tidak perlu. Oya, bagaimana informasi terakhir, apa ada perkembangan tentang putraku Reihan, jo?"
"Iya nyonya, terakhir yang aku dapatkan, Tuan muda mulai dekat dengan seorang wanita yang tak lain adalah Adik dari sekertaris Tuan Juna yaitu Nona Hana. Bahkan ia menyuruh saya mencari nomor telepon dan alamat toko rotinya." jawab Jo kepada Nyonya Alma secara jelas tanpa kurang sedikitpun.
"Ah, manisnya... Ternyata Anakku sudah mulai dekat dengan wanita rupanya?"
"Satu lagi kelebihan dari Nona Hana. Dia itu wanita yang baik dan pekerja keras, Nyonya," tambah Jo.
"Benarkah? aku sangat beruntung sekali pastinya, mendapatkan menantu seperti dia, benarkan, jo?" ucap Nyonya Alma yang terlihat sangat bahagia.
"Benar sekali Nyonya," jawab Jo yang juga ikut bahagia.
Di saat nyonya Alma masih berbicara dengan Jo, tak lama Reihan yang sudah membersihkan diri setelah aktivitas rutinnya berolahraga, tiba-tiba muncul dari arah tangga dan menghampiri Maminya itu.
"Mami" seketika Reihan langsung memeluk sang Ibu.
"Kenapa kau tidak menemui ku lebih dulu Mami? atau pembicaraanmu dengan Jo lebih penting dibandingkan aku anakmu sendiri?" tanya Reihan merasa cemburu kepada Jo.
Alma pun melepaskan pelukannya agar bisa memandang wajah tampan putranya yang akan memasuki usia 30 tahun.
"Tentu tidak sayang. Kenapa kau berpikiran seperti itu, heh? kau dan Adikmu Leo, kalian berdua adalah kesayangan Mami."
"Baiklah, Mami juga kesayanganku." ucap Reihan sambil mencium pipi sang Mami.
"Kenapa kau tidak pulang ke mansion? kau tahu, Papi dan Mami sangat merindukanmu!"
"Maafkan aku Mami. Akhir-akhir ini aku sibuk sekali di kantor." jelas Reihan berterus terang kepada Maminya.
"Jangan terlalu sibuk dengan urusan kantor. Biarkan adikmu Leo membantu pekerjaanmu, kau juga harus memikirkan masa depanmu sayang. Dan jangan lupa, kau harus membawa calon menantu untuk Mami!."
"Mami tenang saja. Bila waktunya sudah tiba, Leo pasti akan ikut membantuku di kantor. Dan masalah calon menantu, aku akan segera mempertemukannya pada Mami dan Papi."
"Baiklah, Mami pegang ucapan mu!"
Tak butuh waktu lama, pelayan datang menghidangkan red Velvet favorit Reihan yang di bawa Mami Alma.
"Wah... Kau membuatkan cake untukku, Mi? terimakasih Mamiku sayang." ciuman mendarat di pipi Maminya karena Reihan begitu senang melihat perhatian dari sang Ibu.
"Yasudah, sementara kau habiskan kuenya. Mami harus pergi dulu karena ada urusan penting, oke."
"Mami kenapa terburu-buru? tidak biasanya pergi secepat ini?"
"Teman Mami sedang sakit. Dan Mami belum menjenguknya sama sekali, Nak."
"Oh, yasudah tidak apa-apa. Titip salam untuk Papi dan jaga kesehatan kalian, oke?"
"Iya sayang..." ucap Mami Alma sambil mencium kening anaknya itu dengan lembut dan berlalu meninggalkan putranya.
-
-
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
Eni Trisnawati Mmhe Winvan
👍🏼👍👍🏼👍🏼👍👍🏼👍🏼👍👍
2021-12-23
0
Har Tini
reyhan dengan mami bisa lembut bicara
2021-08-31
1