Jungkir Balik Dunia Rania

Jungkir Balik Dunia Rania

Episode 1 – Mimpi Buruk yang Nyata

Blup... Blup... Blup...

"Di mana ini? Kenapa semua gelap dan terasa basah? Ugh... Sesak... Napasku sesak sekali... Tolong! Siapa pun tolong aku!"

"Pegang tanganku... Kamu pasti selamat." Sayup-sayup terdengar suara gadis remaja memberikan pertolongan.

Blup... Blup... Puahhh!

"Akhirnya... Aku selamat!" ujar Rania sambil membuka mata. Napasnya masih terasa sesak. Peluh membanjiri seluruh punggungnya.

“Loh, aku hanya bermimpi? Astaga! Di mana ini?” pekik Rania.

Kamarnya yang seluas 6 x 8,5 m itu menghilang. Tak ada lagi lukisan indah miliknya yang meraih penghargaan tingkat internasional. Tak terlihat meja rias yang dipenuhi make up branded, yang diluncurkan oleh mamanya sendiri. Lalu ke mana juga lemari kacanya yang dipenuhi majalah dan komik petulangan yang dikumpulkannya sejak SD?

Yang dilihat Rania saat ini hanyalah ruangan sempit berukuran tidak lebih dari 2,5 x 3 m. Berdindingkan papan yang sudah mulai lapuk. Sebuah lemari triplek yang penuh tambalan. Sebuah tempat tidur lajang dengan sprei hijau polos dan sebuah bantal lepek . Serta beberapa lembar baju yang digantung di belakang lemari.

Rania masih mencerna semua yang dilihatnya saat ini. “Apakah aku sedang bermimpi? Jika tidak, aku sedang berada di mana saat ini?”

Tok… tok… tok…

“Rania, bangun Nak. Sudah hampir jam setengah enam. Ayo, sholat subuh, lalu siap-siap berangkat ke sekolah,” ucap seorang ibu dengan daster kuning mencolok.

“Ibu… siapa?” tanya Rania semakin bingung.

Rasanya mama tidak pernah memiliki asisten rumah tangga ibu ini? Ia baru meilhat wajahnya pagi ini. Tingginya sekitar 160 cm, kulitnya sawo matang dengan rambut hitam. Usianya diperkirakan 40-45 tahun.

“Ibu siapa? Ibu ya ibu... Ibu kamu. Ayo bangun. Cuci muka biar nggak mimpi mulu,” ujar wanita paruh baya itu.

“Ibu aku? Maksudnya gimana, sih? Ini di mana?” gumam Rania bingung.

“Ini di surga."

"Hah?" Rania terkejut.

"Udah ah ngigaunya. Kamu mau terlambat? Hari ini ada upacara, lho. Ayo bangun,” lanjut wanita berdaster kuning itu.

Rania masih sangat kebingungan. Apa ini acara prank? Tetapi mamanya tidak pernah mengikuti acara murahan begitu. Atau dia saat ini sedang diculik dan dihipnotis? Rania kemudian mengikuti wanita berdaster itu keluar kamar. Ia harus mencari tahu apa yang sedang terjadi.

“Kakak sudah bangun? Tumben telat?” kata seorang remaja usia belasan tahun. Ia mengikat rambutnya yang panjang dengan karet gelang, lalu mencuci dan menyiang seikat kangkung.

“Nah, ini siapa lagi? Lagian aneh banget. Ikat rambut kok pakai karet gelang, sih? Apa nggak rusak tuh rambut?” pikir Rania.

Masih dalam kebingungannya, pandangan Rania menyapu seluruh ruangan itu. Rumah ini tidak terlalu besar. Seluruh dindingnya terbuat dari papan, seperti kamar Rania tadi. Atapnya terbuat dari seng, tanpa langit-langit. Lantainya berlapiskan semen biasa.

Selain kamar yang ditempati Rania tadi, terdapat tiga kamar lain yang semua pintunya mengarah ke rung tengah ini. Tidak banyak perabotan yang bisa diperhatikan. Hanya ada delapan buah kursi kayu, sebuah meja kayu untuk meletakkan makanan, TV tabung yang sudah cukup tua, sebuah kipas angin dan sebuah lemari tua berwarna cokelat kayu.

Mata Rania masih mengawasi sekeliling, mencari pintu keluar untuk kabur.

“Hei, kenapa berdiri ditengah-tengah ruangan gini? Kamu mau cosplay jadi tugu monas?” seorang pemuda menegur Rania yang sedang kebingungan.

Rania memperhatikan pemuda yang memakai kaus oblong berwarna hijau pudar itu dengan sengaja. Rambutnya acak-acakan, terlihat sekali ia baru bangun tidur. Tetapi yang lebih penting, Rania tidak mengenalnya.

“Kamu siapa?” tanya Rania.

“Aku? Aku majikanmu. Jadi sekarang cepat setrika kemejaku, lalu siapkan sarapan untuk Tuan Muda ini,” kata cowok itu.

“Hei, Arka. Jangan gangguin adikmu terus,” tegur wanita berdaster kuning tadi.

“Adik? Ini bukan prank, kan?” tanya Rania masih penasaran.

“Prank?” tanya Arka bingung.

“Iya. Ini bukan prank untuk konten kamutube murahan itu, kan? Aku nggak kenal kalian semua,” ucap Rania.

“Ngomong apa sih bocah ini? Sejak lahir kita udah rebutan bantal, masih ngomong gak kenal pula. Kecemplung dalam selokan kemarin bikin kamu amnesia, ya?” ucap Arka. Wajahnya tidak sedikit pun memancarkan kebohongan. “Sudah, ya. kalau kamu belum mau mandi, biar aku yang mandi duluan,” lanjutnya.

“Ya mandi aja. Aku juga mau mandi,” ucap Rania. Ia lalu pergi ke kamar.

“Aku harus mengikuti semua permainan mereka, sambil mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi di sini. Aku tidak tahu mereka ini baik atau tidak. Aku juga harus menemukan smartphoneku,” batinnya. Lalu tiba-tiba Rania teringat sesuatu.

“Kamar mandinya di mana, ya?” teriaknya. Tentu saja di kamar kecil ini tidak memiliki kamar mandi pribadi seperti di rumahnya.

“Rania benar-benar aneh pagi ini,” gumam Arka.

“Tuh, kamar mandi ada di belakang. Hati-hati, pagi-pagi gini banyak kodoknya,” tunjuk Arka sambil menatap Rania aneh.

“Kodok? Maksudnya katak? Ckk, nakut-nakutin aja,” ucap Rania. Ia mengambil handuk merah yang sudah mulai kusam di belakang pintu.

"Ini handukku bukan, ya?" gumam Rania ragu, lalu menuju kamar mandi yang ditunjuk Arka.

“Ini kamar mandinya?” gumam Rania ragu.

Ia memperhatikan sebuah bangunan berdinding seng lapuk dan tanpa atap. Pintunya yang hanya setinggi bahu terbuat dari triplek yang sudah tampak berlumut di bagian bawahnya. Lantainya hanya di semen kasar agar tak kotor.

"Bagaimana cara mandinya? Apa tidak ada yang mengintip nanti?" Rania bingung.

Pemandangan ini jauh berbeda dengan kamar mandinya yang seluruh dindingnya berlapiskan batu marmer putih, cermin besar berdesain klasik dengan bingkai emas murni. Cahaya alami dari dinding kaca satu arah yang langsung menghadap ke kebun bunga miliknya, serta bathub mewah yang membuatnya betah berendam lama-lama.

“Hiiaaaaaa!” Rania melompat melihat dua ekor kodok hijau menunggunya di dekat bak mandi.

“Hah… dibilangin gak percayaan. Lagian sejak kapan Rania takut kodok? Biasanya juga mandi di empang. Benar-benar aneh,” gumam Arka.

...🌺🌺🌺🌺🌺...

Pukul setengah tujuh semua sudah berkumpul di meja makan untuk makan bersama. Seorang lelaki setengah baya, mungkin kepala keluarga ini, turut duduk di meja makan.

“Rania… Sudah selesai?” panggil ibu.

“Sebentar lagi, Bu,” sahut Rania. Ia buru-buru menyisir rambutnya.

“Ya ampun. Sudah mandi duluan, masih terlambat juga,” gerutu Arka.

“Cih, kalau saja tadi kau tidak sibuk mencari smartphoneku, pasti sudah selesai dari tadi,” gumam Rania dalam hati.

Setelah membongkar hampir seluruh kamarnya, ia masih belum menemukan benda elektronik itu. Rania curiga, smartphonenya sengaja disembunyikan, agar ia tidak berkomunikasi dengan siapa pun. Ia sudah tidak sabar untuk kabur dari rumah ini.

“Ayo, Rania Putri. kita harus segera bergegas agar tidak terlambat,” seru Arka.

“Rania Putri? Namaku Edlyn Rania Austeen,” protes Rania.

“Iya, iya. Nanti saja ngehalunya. Sekarang kita sarapan dulu,” ajak Arka.

“Hmm… apa nama menu ini?” tanya Rania.

Ia baru pertama kali lihat menu sarapan ini. Selama ini asisten rumah tangganya biasa membuatkan sarmale, makanan khas Rumania yang mirip dengan siomay. Berisi daging kambing atau sapi cincang yang dipadu dengan beragam bumbu. Jika membuat sarapan sendiri, Rania lebih suka membuat wafle dan coklat panas, atau waffle dengan madu dan sirup maple.

“Ini kan tmuis kangkung dan telur dadar. Kakak nyindir masakanku, nih?” ucap gadis kecil yang belum diketahui namanya itu.

“Oh,” Rania menyengir malu.

Ia menunggu mereka mengambil makan duluan. Rania takut, jika makanannya diberi obat tidur atau racun. Tetapi lagi-lagi, kecurigannya luntur begitu saja. Mereka semua mengambil sesendok nasi, lalu tumis kangkung dan telur dadar, kemudian memakannya tanpa ragu. Rania pun mengikutinya.

“Wow, enak. Ajarin aku masak ini, ya,” ujar Rania takjub.

“Heh, kita memang hampir tiap hari makan ini. Biasanya juga kamu yang masak, tadi pagi digantikan Livy karena kamu kesiangan dan bersikap aneh terus,” sahut Arka.

“Oh, jadi nama adik manis ini Livy,” bisik Rania dalam hati. Ia takjub, gadis itu sudah pandai memasak di usia remaja. Dirinya saja, masak waffle dan pancake masih sering gosong.

“Hei, sudah. Lagi makan jangan bertengkar. Mungkin adikmu lagi bercanda,” tegur pria yang dipanggil ayah itu.

Pria paruh baya itu memberikan sejumlah uang pada Rania dan Livy. Jumlahnya memang jauh lebih sedikit dibandingkan uang saku Rania sebelumnya.

“Mengapa mereka memperlakukanku seperti keluarganya sendiri? Jika mereka memang berniat jahat, tidak mungkin mereka memberiku uang dan makan. Apa Papa dan Mama di rumah tidak kehilangan aku?” pikir Rania bingung.

Usai sarapan mereka langsung bergegas berangkat. Ibu lalu membeikan masing-masing dari mereka dengan sekotak bekal.

“Kita pergi sekolah diantar siapa?” tanya Rania polos.

“Diantar? Pakai angkot kayak biasanya lah, Kak. Ayah dan ibu kan juga harus pergi kerja. Bang Arka kuliah. Kita semua punya tujuan yang berbeda-beda,” jelas Livy.

“Eeehhh? Naik angkot?” Kepala Rania pusing. Sejak lahir ia sama sekali menggunakan angkot. Ia tidak tahu bagaimana caranya memanggil angkot.

(Bersambung)

Bonus Biodata Tokoh

Terima kasih sudah mampir. Sampai jumpa lagi.

Terpopuler

Comments

Erna Yunita

Erna Yunita

Bismillahirrahmanirrahim

2022-12-22

1

Maria Ulfa

Maria Ulfa

aq mampir kak Nemu di FB nih part awal masih bingung nih,,, 😁 tapi penasaran lanjut dulu deh

2022-08-30

1

FeVey

FeVey

ok...
aku kan baca,

2022-05-15

0

lihat semua
Episodes
1 Episode 1 – Mimpi Buruk yang Nyata
2 Episode 2 – Roda yang Berputar
3 Episode 3 – Data dan Fakta
4 Episode 4 – Aku Punya Majikan?
5 Episode 5 – Keluarga (Pohon) Cemara
6 Episode 6 – Foto Editan
7 Episode 7 – Kancil yang Salah Masuk Kebun
8 Episode 8 – Dunia dalam Cermin
9 Episode 9 – Cerita Tuan Muda dan Sang Asisten
10 Episode 10 – Ekstrakulikuler
11 Episode 11 – Pedagang Cantik yang Licik
12 Episode 12 - Dua Ekor Kucing Cantik
13 Episode 13 - Teori Anomali
14 Episode 14 – Kejadian Malam Itu
15 Episode 15 – Hanya Dua Belas Langkah
16 Episode 16 - Surat Penggemar
17 Episode 17 - Stalker
18 Episode 18 - Sepenggal Kisah Masa Lalu
19 Episode 19 - Cerita Sang Hujan
20 Episode 20 – Misteri di Tempat Kejadian Perkara (TKP)
21 Episode 21 - Sama Tapi Berbeda
22 Episode 22 – Perdebatan Sengit
23 Episode 23 - Mengurai Teka-teki
24 Episode 24 - Kutukan Masa Lalu
25 Episode 25 - Kepingan Puzzle yang Hilang
26 Episode 26 - Waktu yang Tidak Selaras
27 Episode 27 – Sang Penyihir
28 Episode 28 – Kasih Ibu
29 Episode 29 – Putri Salju Rasa Penyihir
30 Episode 30 – Persaingan
31 Episode 31 - Retak
32 Episode 32 - Surat yang Tidak Berbalas
33 Episode 33 - Putri Tunggal Austeen
34 Episode 34 - Super Blue Blood Moon
35 Episode 35 - Misteri Ruang Rahasia
36 Episode 36 - Kejadian Semalam
37 Episode 37 - Nona Muda yang Aneh
38 Episode 38 - Penyelidikan
39 Episode 39 - Terkunci Bersama
40 Episode 40 - Hayo! Di grebek, kan?
41 Episode 41 - Interogasi
42 Episode 42 – Dua Rania
43 Episode 43 - Pajak Sihir
44 Episode 44 - Oh, jadi begitu...
45 Episode 45 - Kamu kenapa?
46 Episode 46 - Pria Tua dan Muda
47 Episode 47 - Cucu
48 Episode 48 - Kenangan tentang Ibu
49 Episode 49 - Membuka Kedok
50 Episode 50 - Ayo, jawab dong...
51 Episode 51 - Lho, Anjani juga tahu?
52 Episode 52 - Ringga dan Zehra
53 Episode 53 - De javu?
54 Episode 54 - Teman Lama
55 Episode 55 - Cerita dari Teman
56 Episode 56 - Mengungkap Rahasia
57 Episode 57 - Saksi Mata
58 Episode 58 - Misi Baru
59 Episode 59 - Analisa Liar
60 Episode 60 - Hubungan Mereka Dulu
61 Episode 61 - Anak yang Ditukar
62 Episode 62 - Sosoknya yang Tak Terlihat
63 Episode 63 - Dia datang!
64 Episode 64 - Jennia Putri
65 Episode 65 - Gelang dan Teman Ibu
66 Episode 66 - Pertemuan
67 Episode 67 - Mikko dan ...?
68 Episode 68 - Tikungan Tajam Gadis Pirang
69 Episode 69 - Analis Gila
70 Episode 70 - Overthinking
71 Episode 71 - Purnama Kedua
72 Episode 72 - Audrey dan Jalan Berliku
73 Episode 73 - Rahasia
74 Episode 74 - Temani Aku
75 Episode 75 - Menyusuri Terowongan
76 Episode 76 - Labirin Raksasa
77 Episode 77 - Pengakuan
78 Episode 78 - Mencari Jalan
79 Episode 79 - Misteri Kelahirannya
80 Episode 80 - Kutukan Warisan
81 Episode 81- Berita Besar
82 Episode 82 - Pembelaan
83 Episode 83 - Lumpuh
84 Episode 84 - Tumbal
85 Episode 85 - Jeritan Tengah Malam
86 Episode 86 - Manusia atau Bukan?
87 Episode 87 - Membuka Sebuah Kunci
88 Episode 88 - Temukan Satunya Lagi
89 Episode 89 - Orang Tua Kandungnya...
90 Episode 90 - Surat yang Tertinggal
91 Episode 91 - Fania Ansley
92 Episode 92 - Kakek dan Para Saudara
93 Episode 93 - Bau Mayat
94 Episode 94 - Jangan Sampai Bertemu Dia
95 Episode 95 - Lalu Aku Anak Siapa?
96 Episode 96 - Jadian, yuk!
97 Episode 97 - Kemunculan Edlyn Rania Austeen
98 Episode 98 - Meninggal Dunia
99 Episode 99 - Tertangkap!
100 Episode 100 - Makam dalam Rumah
101 Episode 101 - Terpuruk
102 Episode 102 - Kamu akan Bebas!
103 Episode 103 - Kita kan Teman...
104 Episode 104 - Rencana Selanjutnya
105 Episode 105 - Semakin Mirip
106 Episode 106 - Pertemuan Dengannya
107 Episode 107 - Kuberi Satu Petunjuk
108 Episode 108 - Ditembak
109 Episode 109 - Dongeng Sang Kakek
110 Episode 110 - Rania dan Rumania
111 Episode 111 - Jebakan
112 Episode 112 - Mencari Jalan Keluar
113 Episode 113 - Rencana Qiandra
114 Episode 114 - Cerita dari Lukisan
115 Episode 115 - Ketidakjujuran
116 Episode 116 - Pengakuan di Persidangan
117 Episode 117 - Membuka Kasus Lama
118 Episode 118 - Kembalinya Ingatan Malfoy
119 Episode 119 - Mencari Anak yang Hilang
120 Episode 120 - Jejak Lainnya
121 Episode 121 - Anak dari Panti Asuhan
122 Episode 122 - Kawan dan Lawan
123 Episode 123 - Hacker
124 Episode 124 - Qiandra Ansley
125 Episode 125 - Kasus yang Ditutupi
126 Episode 126 - Kedatangan Sang Penyihir
127 Episode 127 - Tak Pernah Menyukaiku
128 Episode 128 - Peri Hutan
129 Episode 129 - Kasus Mikko
130 Episode 130 - Tidur Selamanya
131 Episode 131 - Ada Bersamamu
132 Episode 132 - Hasil Tes DNA
133 Episode 133 - Pembalasan Qiandra
134 Episode 134 - Ingatan Pahit yang Kembali
135 Episode 135 - Pencipta Segel Sihir
136 Episode 136 - Membongkar Kasus Tabrak Lari
137 Episode 137 - Keberadaan Rania Putri
138 Episode 138 - Bukti yang Melekat Erat
139 Episode 139 - Fakta dari Satu Tahun Lalu
140 Episode140 - Terima Kasih
141 Episode 141 - Saling Menjauh
142 Episode 142 - Teka-Teki yang belum Terpecahkan
143 Episode 143 - Wanita Penjaga Hutan
144 Episode 144 - Rania dan Mikko
145 Episode 145 - Musim Semi
146 Pengumuman Novel Baru
147 Pengumuman Novel Baru
Episodes

Updated 147 Episodes

1
Episode 1 – Mimpi Buruk yang Nyata
2
Episode 2 – Roda yang Berputar
3
Episode 3 – Data dan Fakta
4
Episode 4 – Aku Punya Majikan?
5
Episode 5 – Keluarga (Pohon) Cemara
6
Episode 6 – Foto Editan
7
Episode 7 – Kancil yang Salah Masuk Kebun
8
Episode 8 – Dunia dalam Cermin
9
Episode 9 – Cerita Tuan Muda dan Sang Asisten
10
Episode 10 – Ekstrakulikuler
11
Episode 11 – Pedagang Cantik yang Licik
12
Episode 12 - Dua Ekor Kucing Cantik
13
Episode 13 - Teori Anomali
14
Episode 14 – Kejadian Malam Itu
15
Episode 15 – Hanya Dua Belas Langkah
16
Episode 16 - Surat Penggemar
17
Episode 17 - Stalker
18
Episode 18 - Sepenggal Kisah Masa Lalu
19
Episode 19 - Cerita Sang Hujan
20
Episode 20 – Misteri di Tempat Kejadian Perkara (TKP)
21
Episode 21 - Sama Tapi Berbeda
22
Episode 22 – Perdebatan Sengit
23
Episode 23 - Mengurai Teka-teki
24
Episode 24 - Kutukan Masa Lalu
25
Episode 25 - Kepingan Puzzle yang Hilang
26
Episode 26 - Waktu yang Tidak Selaras
27
Episode 27 – Sang Penyihir
28
Episode 28 – Kasih Ibu
29
Episode 29 – Putri Salju Rasa Penyihir
30
Episode 30 – Persaingan
31
Episode 31 - Retak
32
Episode 32 - Surat yang Tidak Berbalas
33
Episode 33 - Putri Tunggal Austeen
34
Episode 34 - Super Blue Blood Moon
35
Episode 35 - Misteri Ruang Rahasia
36
Episode 36 - Kejadian Semalam
37
Episode 37 - Nona Muda yang Aneh
38
Episode 38 - Penyelidikan
39
Episode 39 - Terkunci Bersama
40
Episode 40 - Hayo! Di grebek, kan?
41
Episode 41 - Interogasi
42
Episode 42 – Dua Rania
43
Episode 43 - Pajak Sihir
44
Episode 44 - Oh, jadi begitu...
45
Episode 45 - Kamu kenapa?
46
Episode 46 - Pria Tua dan Muda
47
Episode 47 - Cucu
48
Episode 48 - Kenangan tentang Ibu
49
Episode 49 - Membuka Kedok
50
Episode 50 - Ayo, jawab dong...
51
Episode 51 - Lho, Anjani juga tahu?
52
Episode 52 - Ringga dan Zehra
53
Episode 53 - De javu?
54
Episode 54 - Teman Lama
55
Episode 55 - Cerita dari Teman
56
Episode 56 - Mengungkap Rahasia
57
Episode 57 - Saksi Mata
58
Episode 58 - Misi Baru
59
Episode 59 - Analisa Liar
60
Episode 60 - Hubungan Mereka Dulu
61
Episode 61 - Anak yang Ditukar
62
Episode 62 - Sosoknya yang Tak Terlihat
63
Episode 63 - Dia datang!
64
Episode 64 - Jennia Putri
65
Episode 65 - Gelang dan Teman Ibu
66
Episode 66 - Pertemuan
67
Episode 67 - Mikko dan ...?
68
Episode 68 - Tikungan Tajam Gadis Pirang
69
Episode 69 - Analis Gila
70
Episode 70 - Overthinking
71
Episode 71 - Purnama Kedua
72
Episode 72 - Audrey dan Jalan Berliku
73
Episode 73 - Rahasia
74
Episode 74 - Temani Aku
75
Episode 75 - Menyusuri Terowongan
76
Episode 76 - Labirin Raksasa
77
Episode 77 - Pengakuan
78
Episode 78 - Mencari Jalan
79
Episode 79 - Misteri Kelahirannya
80
Episode 80 - Kutukan Warisan
81
Episode 81- Berita Besar
82
Episode 82 - Pembelaan
83
Episode 83 - Lumpuh
84
Episode 84 - Tumbal
85
Episode 85 - Jeritan Tengah Malam
86
Episode 86 - Manusia atau Bukan?
87
Episode 87 - Membuka Sebuah Kunci
88
Episode 88 - Temukan Satunya Lagi
89
Episode 89 - Orang Tua Kandungnya...
90
Episode 90 - Surat yang Tertinggal
91
Episode 91 - Fania Ansley
92
Episode 92 - Kakek dan Para Saudara
93
Episode 93 - Bau Mayat
94
Episode 94 - Jangan Sampai Bertemu Dia
95
Episode 95 - Lalu Aku Anak Siapa?
96
Episode 96 - Jadian, yuk!
97
Episode 97 - Kemunculan Edlyn Rania Austeen
98
Episode 98 - Meninggal Dunia
99
Episode 99 - Tertangkap!
100
Episode 100 - Makam dalam Rumah
101
Episode 101 - Terpuruk
102
Episode 102 - Kamu akan Bebas!
103
Episode 103 - Kita kan Teman...
104
Episode 104 - Rencana Selanjutnya
105
Episode 105 - Semakin Mirip
106
Episode 106 - Pertemuan Dengannya
107
Episode 107 - Kuberi Satu Petunjuk
108
Episode 108 - Ditembak
109
Episode 109 - Dongeng Sang Kakek
110
Episode 110 - Rania dan Rumania
111
Episode 111 - Jebakan
112
Episode 112 - Mencari Jalan Keluar
113
Episode 113 - Rencana Qiandra
114
Episode 114 - Cerita dari Lukisan
115
Episode 115 - Ketidakjujuran
116
Episode 116 - Pengakuan di Persidangan
117
Episode 117 - Membuka Kasus Lama
118
Episode 118 - Kembalinya Ingatan Malfoy
119
Episode 119 - Mencari Anak yang Hilang
120
Episode 120 - Jejak Lainnya
121
Episode 121 - Anak dari Panti Asuhan
122
Episode 122 - Kawan dan Lawan
123
Episode 123 - Hacker
124
Episode 124 - Qiandra Ansley
125
Episode 125 - Kasus yang Ditutupi
126
Episode 126 - Kedatangan Sang Penyihir
127
Episode 127 - Tak Pernah Menyukaiku
128
Episode 128 - Peri Hutan
129
Episode 129 - Kasus Mikko
130
Episode 130 - Tidur Selamanya
131
Episode 131 - Ada Bersamamu
132
Episode 132 - Hasil Tes DNA
133
Episode 133 - Pembalasan Qiandra
134
Episode 134 - Ingatan Pahit yang Kembali
135
Episode 135 - Pencipta Segel Sihir
136
Episode 136 - Membongkar Kasus Tabrak Lari
137
Episode 137 - Keberadaan Rania Putri
138
Episode 138 - Bukti yang Melekat Erat
139
Episode 139 - Fakta dari Satu Tahun Lalu
140
Episode140 - Terima Kasih
141
Episode 141 - Saling Menjauh
142
Episode 142 - Teka-Teki yang belum Terpecahkan
143
Episode 143 - Wanita Penjaga Hutan
144
Episode 144 - Rania dan Mikko
145
Episode 145 - Musim Semi
146
Pengumuman Novel Baru
147
Pengumuman Novel Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!