'Orang bilang, hidup itu bagai roda.
Kadang di atas, dan kadang dibawah.
Semua bisa berubah dalam sekejab mata.
Tetapi, keluarga yang bertukar apakah termasuk? '
Setelah berjuang dengan bertanya ke sana kemari, akhirnya Rania berhasil juga menemukan angkot tujuan sekolahnya, SMA Nusantara.
Tadi ia sempat putus asa ke sekolah. Livy dan Arka telah lebih dulu berangkat menggunakan bus kota, arah tujuan mereka sama. Sementara Ayah dan ibu pergi kerja berboncengan menggunakan sepeda. Eh, tetapi mereka bekerja di mana, ya? Baju mereka memang rapi dan bersih. Tetapi cukup santai untuk dibawa bekerja.
Setelah menemukan angkot, Rania bernapas lega. Meski harus duduk berdesak-desakan dengan penumpang lainnya, tetapi setidaknya ia bisa sampai di sekolah dengan selamat. Mungkin saja jawaban dari semua kejadian aneh pagi ini bisa ditemukan di sana.
Habisnya, dari tadi tidak ada yang percaya, kalau dia anak dari Pengusaha Geffie Austeen, bahkan polisi lalu lintas malah menganggap dia stalker. Duh...
“Turun di SMA Nusantara kan, Dek?” tanya sang supir. Mereka telah berhenti di seberang SMA Nusantara, SMA paling elit di kota itu.
“Iya, Pak. Ini ongkosnya.” Rania menyodorkan uang lima puluh ribuan yang diberikan ayah tadi pagi.
“Aduh, gede banget uangnya. Gak ada uang kecil?” tanya pengemudi angkot itu
“Gak ada, Pak. Ambil aja kembaliannya,” ucap Rania tanpa ragu.
“Hah, mana bisa begitu. Lebih besar kembaliannya dari pada ongkosnya,” jawab sang supir.
“Emang ongkosnya berapa, Pak?” tanya Rania.
“Untuk pelajar dua ribu.”
“Hah, cuma segitu?” gumam Rania terkejut. Murah sekali?" batin Rania.
“Sudah, Ibu bayarin saja. Kamu langsung ke sekolah aja sebelum terlambat upacara,” sahut seorang ibu dengan ramah.
Ah, benar juga. Rania hampir terlambat. Para siswa terlihat mulai berkumpul di lapangan upacara.
“Terima kasih banyak, Bu. Besok pasti saya ganti uangnya. Saya Edlyn Rania Austeen, putri tunggal Geffie Austeen,” ucap Rania sebelum berlari menyeberang jalan.
“Ah, bukannya Geffie Austeen itu pengusaha terkenal ya? Masa anaknya ke sekolah naik angkot?” tanya ibu itu bingung.
...🌺🌺🌺🌺🌺...
“Hei, Rania,” panggil dua orang remaja cantik. Eh, tetapi tetap Rania yang paling cantik.
“Anjani, Alvi,” ucap Rania terharu. Akhirnya, ada juga yang mengenalinya di sekolah ini. Rania pasti bisa meminta bantuan dari mereka.
“Hei, tumben telat?” ucap Alvi, gadis hitam manis berambut keriting.
“Iya, nih. Masa anak beasiswa telat? Lucu banget lihat kamu panas-panasan di barisan anak terlambat,” sahut Anjani. Gadis Hindustan campuran Melayu yang lemah lembut.
“Beasiswa?” ucap Rania bingung. Ia memang pintar, tapi selama ini ia tidak pernah mendapat beasiswa. Orang tuanya sangat kaya untuk menyekolahkan dia di mana pun Rania inginkan. Malah orang tuanya memiliki beberapa anak asuh yang dibiayai sekolahnya.
“Aku ke sini pakai angkot tahu? Makanya telat,” sungut Rania.
“Angkot? Lah, emang biasanya juga pakai angkot, kan? Kamu bangun kesiangan kali,” ucap Alvi.
“Hmm? Baru sekali ini aku pakai angkot. Biasanya kan aku dianter supir,” sahut Rania.
“Iya, iya… aku percaya…” ucap Anjani.
“Syukurlah. Akhirnya ada yang waras juga di sini,” gumam Rania.
“Supir angkot, kan?” lanjut Anjani sambil terkekeh.
“Aduhh… apaan, sih?” ujar Rania kesal. “Lagian aku terlambat karena mencari HPku yang hilang,” lanjut Rania. Sebenarnya ia ingin sekali cerita keanehan yang dialaminya pagi ini. Tetapi sepertinya waktunya belum tepat.
“HP?” ujar Alvi dan Anjani serempak.
“HPmu kan lagi di service. Minggu kemarin kecemplung got dekat danau,” jelas Andini.
“Hah, masa sih?” sahut Rania bingung. Perasaan kemarin masih baik-bik saja,” pikir Rania dalam hati.
Selama ini Rania belum pernah menservice smartphonenya. Jika sudah rusak ya langsung diganti dengan jenis dan model terbaru.
“Eh, itu kan?” Langkah Rania terhenti ketika melihat sebuah mobil BMW i8 Coupe warna silver metalic memasuki halaman SMA elit itu.
“Syukurlah. Akhirnya mereka menjemputku. Mama dan Papa pasti sudah khawatir kehilangan aku,” batin gadis berambut hitam panjang itu.
“Ehh?? Andini, Alvi… Kenapa Qiandra turun dari mobilku?” pekik Rania heran.
Musuh bebuyutannya yang berambut pirang dan tinggi bak model itu, turun dari mobil pribadi kesayangannya, yang ia beli dari hasil membintangi iklan-iklan produk terkenal. Hei, apa gadis pirang itu tahu berapa harga mobil itu?
“Sstt… kecilkan suaramu,” bisik kedua temannya.
“Aku tahu sejak pagi tadi kamu banyak menghayal. Tetapi jangan ketinggian juga dong,” tegur Alvi.
“Benar banget. Sejak kapan mobil mewah itu jadi milikmu?” tambah Andini.
“A-apa? Yang benar saja?” kepala Rania pusing mencerna ini semua. “Tetapi kenapa ia baru datang jam segini?” lanjutnya.
“Kamu kan tahu sendiri, dia bintang kelas dunia. Model terkenal kayak ibunya, Chloe Eilaria Austeen. Karena jadwal show nya yang padat, jadi sekolah memberikannya sedikit keringanan,” jelas Alvi. "Coba kalau kita bisa kayak dia juga, ya. Kan enak sering bolos," lanjut Alvi.
“Nilai-nilainya juga bagus. Jadi nggak ada masalah. Tapi kalau kamu yang mencobanya, kayaknya bakal gak naik kelas deh,” kata Andini sambil terkekeh menatap Alvi.
“Chl-chloe?”
Jantung Rania berdegup kencang, mendengar nama mamanya disebut sebagai ibu dari orang lain. Bagaimana bisa? Kenapa Qiandra ada di posisinya saat ini? Dan mengapa kedua temannya bersikap, seolah-olah semua keanehan pagi ini adalah hal yang wajar? Apa yang sebenarnya telah terjadi?
“Kenapa kalian melihatku seperti itu?” ucap Qiandra dengan angkuhnya.
“Cih, siapa juga yang melihatmu?” balas Alvi kesal.
“Ke kelas aja, yuk. Sebentar lagi pelajaran pertama akan dimulai,” ajak Andini.
"Eh, tunggu sebentar. Aku kan dulu tidak pernah datang ke sekolah walau pun jadwal sedang padat," batin Rania.
...🌺🌺🌺🌺🌺...
“Rahayu Fitri,” absen Bu Daryatun alias Bu Atun, guru kimia super killer.
“Hadir, Bu,” jawab Rahayu.
“Raisa Andini Solehah.”
“Hadir, Bu,”
“Rania Putri?”
“……”
“Rania Putri?” panggil Bu Atun lagi.
“Ssssttt… Rania, kamu diabsen, tuh?” bisik Anjani.
“Eh, aku? Ha-hadir, Bu,” jawab Rania ragu-ragu.
“Kamu tuh, ya. Sudah tadi terlambat upacara, sekarang banyak melamun di kelas. Mau dijemur di lapangan lagi? Anak beasiswa kok sikapnya gak patut ditiru,” omel Bu Tumpuk.
“Ma-maaf, Bu,” jawab Rania.
“Ya sudah, sekali ini saya maafkan. Tetapi lain kali jangan melamun lagi di kelas saya. Nanti saya minta dengan kepala sekolah agar mencabut beasiswamu biar tidak bisa sekolah di sini lagi,” kata Bu Atun.
Rania hanya menundukkan kepalanya. Meski saat ini di kepalanya banyak pertanyaan, namun selama di kelas ia hanya bisa memendamnya.
“Kenapa sih kamu gak menyahut waktu dipanggil Bu Atun tadi? Untung aja dia baik hati pagi ini. Biasanya dia kan hanya baik pada siswa kaya,” tanya Alvi ketika jam istirahat.
“Ya mana aku tahu kalau dipanggil. Bu Atun memanggilku Rania Putri,” jawab Rania.
“Lah, jadi menurutmu nama kamu siapa?” Andini balik bertanya.
“Aku? Sudah jelas Edlyn Rania Austeen dong,” jawab Rania tanpa ragu.
“Hah? Sejak kapan kamu ganti nama? Memangnya kamu siapa berani memakai nama keluarga kami?” ucap Qiandra angkuh. Ia berdiri di belakang tiga sekawan itu.
“Nama keluarga kamu? Ya sudah jelaskan Austeen itu-“ Rania menghentikan ucapannya. Ia baru teringat sejak pagi tadi banyak kejadian aneh. Apa jangan-jangan saat ini Qiandra benar-benar bertukar tempat dengannya?
“Kenapa kamu diam begitu? Baru ingat posisi kamu di mana? Tuh lihat bed nama kamu di seragam tertulis apa?” sindir Qiandra dengan angkuhnya.
“Rania Putri?” Rania baru sadar kalau nama yang tertulis di seragamnya adalah Rania Putri, bukan Edlyn Rania Austeen.
(Bersambung)
Bonus Biodata Tokoh
Terima kasih sudah mampir. Sampai jumpa lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
Maria Ulfa
oh jadi mereka bertukar tempat gitu ya macam pernah lihat di FTV deh,tpi seru nih kayaknya
2022-08-30
2
secret rhy
kenapa aku baru menemukan cerita sebagus ini sih huhu
2021-08-19
5