“Kenapa kamu diam begitu? Baru ingat posisi kamu di mana? Tuh lihat bed nama kamu di seragam tertulis apa,” sindir Qiandra.
“Rania Putri?” Rania baru sadar kalau nama yang tertulis di seragamnya adalah Rania Putri.
“Huh, lihat saja nanti. Kalau aku sudah menemukan akar masalah keanehan ini, ku balas kamu. Keluarga Austeen itu tidak ada yang sombong,” gumam Rania dalam hati.
“Udah. Gak usah pikirkan nenek sihir itu. Yuk, makan aja selagi masih istirahat. Aku bawa ayam tandoori dan roti cane, nih,” ajak Anjani.
Dari semua kejadian aneh sejak pagi, hanya makanan yang dibawa Anjani lah yang tidak berubah. Masih tetap memanjakan lidah seperti biasanya. Keluarga Anjani yang merupakan campuran India dan Melayu memang memiliki usaha restoran India yang terkenal di kota ini.
“Aku juga bawa bekal, nih.” Rania membuka kotak bekalnya. Ternyata isinya nasi putih, yang ditata rapi dengan dadar telur, kerupuk dan sayur kangkung.
Ketika menikmati bekal mereka, Rania teringat sesuatu. “Hei, jam istirahat kedua nanti, temani aku menemui wakil kepala sekolah, yuk,” ujar Rania.
...🌺🌺🌺🌺🌺...
“Plasmid yang telah mengandung potongan DNA yang diinginkan dapat disisipkan ke dalam sel bakteri atau sel hewan. Penyisipan DNA ke dalam sel bakteri disebut transformasi, dan dapat dilakukan dengan berbagai metode, seperti elektroporasi, mikroinjeksi, dan secara kimia. Penyisipan DNA ke dalam sel eukaryote…”
Bola mata Rania bolak balik menatap jam dinding yang terletak di depan kelas sejak tadi. Pelajaran Biologi yang merupakan favoritnya, kali ini terasa sangat membosankan. Ia tak sabar menunggu jam istirahat.
“Baiklah, karena waktu telah habis, kita lanjutkan minggu depan. Jangan lupa buat ringkasan dari materi hari ini,” ujar Bu Elya. Guru biologi sekaligus wali kelas mereka.
“Yes, akhirnya,” gumam Rania. “Guys…”
“Iya… iya… ke ruangan wakil kepala sekolah, kan?” kata Alvi sambil menyimpan bukunya.
“Kenapa kamu tiba-tiba mau bertemu wakil kepala sekolah?” tanya Anjani ketika mereka berjalan di koridor sekolah. Ruang guru cukup jauh dari kelas mereka.
“Ada sesuatu yang harus aku pastikan,” jawab Rania.
“Beasiswa? Beasiswa kamu gak mungkin langsung dicopot, hanya karena terlambat satu kali,” kata Anjani.
“Ada apa, Rania? Tumben kamu menemui saya,” tanya Bu Rosilah, wakil kepala sekolah yang ramah dan lemah lembut.
“Hmm… begini, Bu. Bolehkah saya melihat data siswa?” ucap Rania lirih. Kedua temannya menunggu di luar.
“Data siswa? Kamu mau melihat data siswa siapa? Itu rahasia sekolah,” ucap Bu Rosilah.
“Data saya sendiri, Bu,” jawab Rania lagi.
“Oh! Ada apa? Apa ada masalah?” kata Bu Rosilah terkejut.
“Hmm…” Rania memutar otaknya untuk mencari alasan yang tepat. “HP saya lagi rusak, Bu. Dan saya perlu menelepon orang tua saya,” kata Rania kemudian.
“Oh, begitu. Kamu tidak hapal nomor orang tua kamu, ya? Sebenarnya nomor telepon para wali murid kan dipegang oleh wali kelas masing-masing. Tetapi karena kamu sudah sampai di sini, ya sudah,” ujar Bu Rosilah dengan ramah. Ia mengeluarkan sebuah dokumen tebal dari dalam lemari dan menyerahkannya pada Rania.
“Hanya data kamu saja yang boleh dibuka, ya,” ujar Bu Rosilah tegas.
Kenapa malah memberikan dokumen, jika lebih cepat menggunakan laptop? Ah, tentu saja Bu Rosilah ingin berhati-hati dan menjaga data lainnya.
“Baik, Bu. Terima kasih.” Rania segera membuka dokumen itu dan mencari Namanya di daftar isi.
Hatinya berdegup kencang. Tubuhnya gemetar. Ia tidak menyangka apa yang dibacanya saat ini. Ia adalah putri kandung dari Gelfara Abarua dan Jennia Putri. Tidak hanya itu, ia juga memiliki dua saudara kandung, Arka Giovanni Putra dan Livy Talisa Putri. Siapa mereka? Rania benar-benar tidak mengenalnya. Tidak ada lagi nama Austeen di dalam datanya.
“Su-sudah, Bu. Terima kasih.” Rania menyerahkan dokumen itu kembali. Sebenarnya ia sangat penasaran ingin melihat data Qiandra juga. Tetapi tak bisa karena selalu diawasi oleh Bu Rosilah.
“Bagaimana Rania? Beasiswamu aman, kan?” tanya Alvi dan Anjani ketika Rania keluar dari ruang kepala sekolah.
Rania tidak menjawab. Tubuhnya terguncang dan air matanya meleleh tanpa izin. Ia benar-benar shock saat mengetahui semuanya. Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa hidupnya berubah hanya dalam semalam? Siapa yang telah memanipulasi semua ini?
“Rania? Kamu tidak apa-apa? Beasiswamu benar-benar dicabut?” tanya Alvi dan Anjani cemas.
Rania menggeleng. Jemarinya yang lentik menghapus air matanya. Ia tak ingin membuat kedua sahabatnya turut bersedih.
“Tidak apa-apa. Aku hanya bersyukur, mereka masih membiayai sekolahku,” ucap Rania.
Sebelum menutup datanya tadi, ia sempat melihat status beasiswanya. Ia adalah penerima beasiswa siswa berprestasi di sekolah ini. Dengan kondisi keluarganya yang sekarang, rasanya tidak mungkin ia bersekolah di tempat elit begini.
“Syukurlah…” ucap kedua temannya.
Rania hanya tersenyum pahit. Ia tidak mungkin menceritakan keadaan yang sebenarnya pada Alvi dan Anjani. Mereka semua tak merasakan semua keanehan yang dialami Rania.
“Ehm, jangan berkumpul di depan pintu, menghalangi orang yang akan lewat,” tegur seorang siswa. Ia membawa setumpuk kertas di kedua tangannya.
“Iya, iya. Dingin banget sih, kayak es batu,” kata Alvi.
Rania terus memandangi siswa itu sampai ia masuk ke ruangan wakil kepala sekolah. Meski sudah ratusan kali memandangnya, ia tidak pernah bosan.
Siswa bernama Mikko Arthur Walandou itu selalu membuat dadanya berdebar ketika mereka bertatapan. Tetapi seperti kata Alvi, sosok tampan itu selalu bersikap cuek dan dingin kepada wanita. Ia hanya ramah kepada guru perempuan, tetapi tidak dengan semua teman-teman perempuannya.
“Ehem! Tadi aja nangis, giliran gebetannya lewat langsung cerah lagi wajahnya,” gurau Alvi.
“Eh, bukan begitu. Bukankan ia tadi sedikit tersenyum pada kita?” kata Rania.
“Hah, masa, sih? Hati-hati, lho. Katanya kalau melihat senyumannya Mikko, itu tandanya akan ketiban sial,” celetuk Anjani.
“Hahaha… Mitos dari mana itu?” tawa Rania. “Eh, tetapi kenapa kalian mau berteman dengan orang biasa seperti aku?” Rania menguji kedua temannya. Apakah ia akan mengatakan siapa Rania sebenarnya?
“Kenapa memangnya? Karena kamu bukan konglomerat? Kami kan tidak pernah pilih-pilih teman, asalkan ia ramah dan baik hati,” jawab Alvi tegas.
Alvi adalah anak dari William Brown, sutradara terkenal di negeri itu yang terkenal dengan sifatnya yang rendah hati. Kabarnya ia sering mengunjungi panti sosial di setiap ulang tahunnya.
“Aku juga. Aku tak masalah berteman dengan siapa pun, yang penting dia gak judes kaya Qiandra dan komplotannya,” jawab Anjani. Meski keluarganya belum bisa disebut sebagai konglomerat, tetapi finansial keluarganya cukup stabil.
“Kenapa sih kamu tiba-tiba bertanya seperti itu?” tanya Alvi.
“Nggak apa-apa. Aku sayang kalian,” ucap Rania.
“Ululu… kami juga sayang padamu,” kata Alvi dan Anjani.
...🌺🌺🌺🌺🌺...
Bel pulang akhirnya berbunyi. Rania yang bertahan dengan segala anomali sejak pagi, tadi sudah tidak sabar untuk pulang. Ia harus mengembalikan semuanya ke keadaan semula. Ia juga harus mendapatkan smartphonenya kembali
“Aku harus pulang ke mana? Ke rumah orang tuaku atau tempat aku terbangun tadi pagi?” pikir Rania bingung. Ia tak ingin kembali diamankan polisi dan petugas keamanan karena mengaku sebagai anak dari Chloe Eilaria Austeen.
“Eh, tetapi bagaimana pula caranya aku kembali ke tempat tadi pagi? Aku saja tidak tahu alamatnya di mana?” keluh Rania.
Ia lalu meminjam ponsel Alvi untuk menelepon Chloe, mamanya. Tetapi selalu dihubungkan dengan kotak suara. Tak kehabisan akal, ia menelepon hampir semua asistennya yang ia hapal nomornya, tetapi jawaban mereka sama. Nona muda mereka bukan Rania, melainkan Qiandra Austeen.
“Kak. Kak Rania,” panggil seseorang berseragam SMP.
“Hai, Li-. Duh, siapa ya tadi namanya?” ucap Rania. “Ngapain kamu di sini? Bukannya sekolah kamu jauh?” tanyanya.
“Kita kan harus ke rumah Om Ganendra untuk membantu ibu bekerja. Kakak pasti tadi pagi lupa bawa baju ganti, kan? Nih, sudah aku bawakan,” ucap Livy.
“Kerja? Oh, iya kakak lupa. Heheheh,” ucap Rania pura-pura. Ia harus bersikap senormal mungkin hingga misteri ini terungkap.
Dua puluh menit kemudian, mereka pun sampai di tempat yang dimaksud.
“Ini kan?” jerit Rania dalam hati. Mereka kerja apa di sini?
(Bersambung)
Bonus Biodata Tokoh
Terima kasih sudah mampir. Sampai jumpa lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
Maria Ulfa
masih banyak teka tekinya
2022-08-30
1