" a ayah, i itu piagam sama piala Zahra, i itu untuk ayah," suara Zahra yang kini gemetar dan ketakutan, ia membayangkan bagaimana perjuangan dan kegigihannya untuk mendapatkan penghargaan itu hanya demi ayah nya, demi mengembalikan kepercayaan kedua orang tua nya.
"jangan panggil aku ayah, aku bukan ayahmu, dan ya aku tak pernah bangga lagi dengan apa yang kamu dapatkan, tidak akan pernah!!," geram Bayu yang memang ia akan selalu marah tanpa sedikitpun rasa iba karena apa yang telah terjadi pada Zahra.
"sudah sudah, Zahra masuk kamar,kamu mau melihat ayah mu murka lagi ah," Ningsih menarik Zahra kekamarnya. " besok ikut ibu buat KTP kamu buat tabungan sendiri, dan simpan hadiahmu baik baik, ibu tak menjamin kamu akan membaik seperti sedia kala," jelas Ningsih yang tau harus seperti apa lagi
"baik bu," jawab Zahra mengerti, yang kemudian ditinggal ibunya, Zahra menahan isak tangisnya ia menutup pintu kamarnya dan menangis dibawahnya bantal nya.
mana janji kalian, janji yang telah terucap kalian bilang akan mendukung ku sampai kapanpun, akan tetap percaya padaku apapun yang terjadi, aku telah berusaha untuk jujur dan membanggakan kalian aku butuh sosok kalian sebagai pembangkit semangat ku, yang memelukku di kala kala seperti, yang akan menasihatiku dan menjagaku agar tidak terulang lagi. Zahra menangis, terasa menjerit di dalam hati sungguh tak kuasa ia menahannya.
***
"yah boleh ngak, besok minggu aku pergi sama teman teman soalnya aku udah janji mau mentraktir mereka," izin Zahra dengan penuh harapan sembari menundukkan kepalanya berharap ayahnya akan mengerti.
plakk
"tutup mulut mu kau mencoba keluar lihat apa yang kau lakukan hah, kau ingin melacur lagi hah," teriak Bayu sambil menunjuk nunjuk wajah Zahra.
"sudah sudah mas, ucapan itu adalah doa," bela ningsih yang ia rasa ini sudah keterlaluan.
" doa doa, sebelum ini aku tidak pernah berdoa yang tidak tidak, dan lihat apa yang dilakukan anak itu padaku dia ingin mempermalukan keluarga kita iya kan," kini sudah tidak ada harapan lagi bagi Zahra untuk mendengar kata kata halus dari Bayu, bahkan untuk berbicara pun ia bergetar seraya mengiringi ketakutannya.
"Zahra masuk kamar," perintah ningsih yang merasa bahaya jika Zahra tetap disana.
Zahra berlalu meninggalkan orang tuanya yang terdengar tengah bertengkar.
Zahra berkali kali memejamkan matanya mendengar kedua orang tuanya saling meneriaki satu sama lain, yang tatkala itu berhasil membuat hati Zahra bergetar dan melemahkan mental yang ada pada dirinya.
***
"Ra lo kemana aja kemarin, dihubungi gak bisa, katanya mau traktir," cerocos Yeni saat melihat Zahra di kelas.
"hehehe maaf, ini uangnya ya buat traktiran aku dikantin, kemarin aku belajar sekarang kan ujian terakhir," Zahra berusaha membuat alasan se bagus mungkin untuk bisa meyakinkan kedua sahabat nya itu, agar tidak ikut merasa khawatir ataupun iba.
"iya sih tapi kita kan ngarepnya bisa keluar bareng lu sih dah lama gak bisa dianggap keluar bareng," jawab Tini yang sedikit kecewa
"ya udah thanks yah uang jajannya, " tiba tiba yeni mengambil uang yang diberikan Zahra begitu saja,"jangan sombong mungkin uang ini bagi lo tin, gak ada apa apanya tapi keluarga sederhana. kaya gua ini bisa buat belanja mak gua tiga hari," ceramah Yeni yang menilai uang begitu berharga.
"dih enak aja, sini itu juga hak gua, iya iya ntar gua kasih lo uang jajan upah lo kerjain PR gua, tapi uang nya Zahra kita bagi,"
"oke kalo begitu kuy lah kekantin, yuk ra," sahut Yeni tak keberatan
"Dih ni anak kalau masalah uang aja langsung cas cis cus, kagak ada basa basi nya dah, yok lah kalau gitu," kesal Tini atas tingkah laku sahabatnya yang menjengkelkan sekaligus membuatnya semakin merasa sayang.
Sedangkan Zahra yang dibawa temannya hanya pasrah menerima perlakuan penuh bobbrok dari sahabatnya.
***
satu bulan berlalu
dreet dreet
Zahra membuka e-mail dikamarnya dan Zahra sangat senang ia pun berlari menuju ayahnya, meskipun ini masih terlalu pagi untuk mengganggu orang tuanya
"ibu ayah, lihat Zahra mendapat nilai terbaik di sekolah nilai Zahra A semua ayah, nilai ujian Zahra yang terbaik, dan Zahra bisa dapat Beasiswa yah," senang Zahra menghampiri kedua orang tuanya.
" kamu ini jadi anak kurang ajar ya!!, masih pagi sudah mengganggu saja, jangan ngarep beasiswa, sudah sudah pergi sana," Bayu mengusir Zahra tanpa perasaan. Lagi lagi harapan yang tinggal hanya harapan, semua harapan nya kini serasa sirna, seolah olah sudah tidak ada celah lagi di hati Bayu untu Zahra
"ayah nyuruh Zahra pergi?," Zahra tertunduk memastikan apakah Bayu begitu tega berkata seperti itu pada Zahra
ku mohon katakan tidak ayah, katakan bahwa ayah menyayangi Zahra, bahwa Zahra adalah anak yang ayah banggakan selama ini, aku mohon berikan aku sedikit saja harapan untuk bertahan, Zahra mohon pada ayah!!. Zahra kembali mengucap harapannya dalam hati
"ya Allah dosa apakah aku diberi anak seperti ini, pergi kamu dan jangan tampak kan wajahmu dihadapan ku lagi!!,"
deg
"sudah sudah mas, dia cuma berniat baik aja kok," Ningsih berusaha menenangkan Bayu.
Zahra melangkah pelan membalikkan tubuhnya melangkah pergi menjauh dari ayahnya menggenggam ponselnya membuat keputusan yang mungkin adalah langkah besar yang akan di tempuhnya. Setelah beberapa saat kemudian Zahra menerima pesan bahwa proposal karya ilmiahnya di setujui perusahaan dan sudah berjalan, sehingga kini zahra mendapat persenan dari perusahaan tersebut, senyum kecut dari bibir Zahra antara perasaan senang ataukah perasaan Ter sia sia yang harus ia rasakan saat ini.
***
kini zahra sudah berada didalam taksi memandang lekat rumahnya,
Ayah yang menginginkan ku pergi, jika itu membuat ayah senang maka akan Zahra lakukan.
isak batin Zahra, tangis Zahra berlalu meninggalkan rumahnya, dia hanya membawa beberapa helai pakaian nya, piagam nya yang telah robek, pecahan piala nya, serta selembar foto keluarganya.
assalamualaikum ayah ibu, in shaa allah Zahra bisa jaga diri baik baik, kini Zahra sudah punya tabungan sendiri, maaf telah mengecewakan kalian semoga setelah kepergian ku ini kalian bisa hidup lebih tenang dan selalu bahagia aku berharap yang terbaik buat kalian. Buliran buliran air mata pun terjatuh tanpa sadar.
***
"mas mas, Zahra gak ada dikamarnya, " Ningsih berlari memberitahu Bayu dengan cemas.
"ada dia pasti ada disana, memang mau kemana lagi anak itu!," acuh Bayu yang meneruskan sarapannya.
"ngak ada, aku udh cari ke kamarnya tadi, aku mau menyuruh dia untuk turun sarapan, tapi aku tidak menemukan dia sama sekali disana, bahkan beberapa pakaiannya pun sudah tidak ada di lemarinya, mas!! jangan jangan ini karena kamu menyuruhnya pergi pagi tadi!!," Ningsih mulai menangis mencemaskan keadaan Zahra.
deg.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
Onih Sumarni
😭😭😭😭
2020-07-10
1
Winarti Winarti
ini kayak drama Malaysia judulnya kesucian Zahira klw TDK salah
2020-05-12
2
Ilham Muchtar
waaw
2020-04-26
2