Pada larutnya malam, Zahra berendam di kamar mandi mencoba menghilangkan aroma tubuh Devan di tubuhnya, mencoba menggosok tubuhnya kencang untuk menghilangkan tanda yang dibuat Devan namun apa daya, hasilnya malah semakin memerahkan tubuhnya, ia mencabik cabik dirinya, menangis merintih menyelasi dirinya yang ditipu daya oleh teman sekelasnya sendiri.
tok tok tok
"Zahra sayang, keluar makan dulu yuk nak, kamu belum makan dari tadi, kamu gapapa kan semenjak pulang kamu pucat loh nak" Ningsih yang kini telah merasa khawatir akan anaknya.
" iya bu, sebentar lagi Zahra keluar, ibu duluan saja Zahra mau pakai baju dulu,"
"apa yang harus aku katakan, apa yang harus kulakukan, kini aku harus apa?, oh ya Allah, sungguh berat cobaan ini, hamba tak tau harus berbuat apa, lalu apa kata orang tua ku bila ia mengetahui nya nanti, hamba begitu takut ya Allah, hamba benci dan geram pada lelaki bejat itu, hukum ia ya Allah hukum ia," Zahra terisak tangisnya dalam diam ia tak dapat membayangkan dirinya, bagaimana ia harus menghadapi ini semua, bagaimana jika ia menikah nanti lalu suaminya kecewa kepada dirinya yang kini telah ternodai, lelaki yang mengharapkan dirinya dalam keadaan suci namun kini kesucian itu telah di renggut oleh orang, orang lain yang begitu kejam yang tiada hatinya merenggut kesucian orang lain semaunya dan meremehkan seorang wanita sesuka hatinya, seolah olah itu hanyalah sebuah barang yang tiada artinya sama sekali.
***
Zahra berjalan perlahan menahan tangis nya, menggenggam pakaian didadanya, perkataan Devan selalu terngiang di telinganya. "A**yolah sayang kita bersenang senang, aku hanya penasaran kepadamu, selepas ini kamu akan ku lepas jadi tenang saja, udah impas kan kita sama sama menikmati nya,", ditambah lagi ingatannya tentang kasus Devan yang memukuli siswa se SMU nya hingga hampir patah salah satu anggota tubuhnya, tapi malah anak itulah yang mendapat masalah karena sampai melapor ke kantor polisi
cih, orang kaya seenak nya saja, berengsek $§\=<%^+'…$…&>$^,. maki Zahra dalam hati,
Baginya inilah pertama kalinya ia memaki seseorang sehingga begitu mengeluarkan kata kata kotor dan men ciptakan kerak kebencian yang ada di dalam hatinya, sehingga Devan termasuk daftar di dalam orang yang paling dibencinya.
***
" sayang kamu kenapa ko kamu lemas begitu," cemas Ningsih yang melihat anaknya begitu tak bertenaga
"gapapa ko bu, aku cuma kecapean aja, besok aku mau izin gak masuk sekolah, lusa aku seleksi lomba,"
bagaimana aku akan berselera dan bertenaga, sedangkan diriku saja telah gagal dalam menjaga sesuatu yang paling berharga dalam hidupku, pantas kah aku diberikan kepercayaan itu lagi Bu?, ingin sekali rasanya aku memeluk ibu dan menceraikan segalanya sekarang, aku sungguh sungguh mengharapkan seorang motifator sekarang ini. Batin Zahra berkecamuk.
" kamu yakin gapapa nak, kamu bisa lomba," ucap ibu sambil mengelus kepala Zahra dan meraba kendingnya yang memang terasa hangat.
" gapapa ra kalo kamu kurang sehat ayah tidak memaksa kamu," terang ayah yang kini mengelusnya.
"kamu tidak perlu memaksakan diri yah, kami mendukung kamu nak, ayah dan ibu percaya sama kamu, teruslah berjuang ya nak ya,"
yah hanya ini yang bisa kamu lakukan Zahra, kamu harus membanggakan orang tuamu untuk menebus kesalahan mu percayalah bahwa orang tuamu mendukung mu Zahra, kamu pasti bisa! ya yakinlah kamu pasti bisa. Zahra yang kini menggenggam ujung kerudungnya untuk pertahanannya, sudah terbendung banyak di matanya air mata yang sudah hendak mengalir banyak.
"hmmh hah, terimakasih banyak ayah ibu Zahra sayang sama ibu dan ayah," pecahlah sudah tangisan Zahra di hadapan ayah dan ibunya.
"sudahlah nak sudah, mengapa kamu harus menangis, diamkan jangan menangis ya sayang ya," cemas Ningsih yang kini memeluk Zahra dan mengelus Elus punggung Zahra.
"haha kenapa anak ayah ini menangis ha?, siapa yang mengganggumu, katakan pada ayah biar ayah yang memarahinya," Bayu telah berlaga seperti super Hero untuk anaknya sembari berkacak pinggang di depan Zahra.
"hehe ayah..," Zahra pun memeluk erat sang ayah yang kembali memecahkan tangisnya.
"haha sudahlah nak, menangis lah, dengan menangis bukan berarti kau semakin lemah justru kau akan semakin kuat karena mengeluh lah yang memperkeruh keadaan, sedangkan perjuangan lah yang membuat keadaan itu semakin membaik," Bayu membelai lembut kepala anaknya itu.
yah ayah seandainya, seandainya saja aku bisa memberitahukan nya kepada ayah. Geram Zahra dalam hatinya yang tak dapat memberi tahukan apa pun pada ayah dan ibunya.
***
*satu hari berlalu
disekolah*
plakk
tampar Zahra ke wajah Nita
"Za_Zahra, "
"enyah kau dari kehidupan ku, jika aku tidak memandang ibu mu yang kesusahan hanya bermodal jadi penjahit, aku sudah mengancam mu untuk pergi kekantor polisi, enyah kau dari hadapanku atau aku akan membunuh mu lalu membunuh diriku sendiri, tidak akan ada yang bisa mencegah ku sekalipun keluarga Aditama ngerti!, "
Cengkraman Zahra dari kerah pakaian Nita yang kini telah berpindah kerambut Nita yang tak dibalut hijab tersebut, dan pelan pelan melepasnya.
"ingat karma Allah itu begitu menyakitkan, bahkan seribu kali lebih menyakitkan daripada perbuatan manusia, camkan itu!!,"
lalu dari arah belakang Zahra Yeni datang menghampiri Zahra
"Ra seleksinya mau dimulai tuh, ibuk guru kepala sekolah memanggil," Yeni datang dari belakang menarik tangan sahabatnya itu.
***
sebulan berlalu
seleksi demi seleksi Zahra lewati dan lolos, kini seleksi terakhir, Ningsih dan Bayu kini tengah menunggu Zahra keluar dari ruangan seleksi berharap penuh dengan keberhasilan anaknya.
Kini Bayu dapat melihat anaknya yang berlari pelan ke arahnya dengan senyuman ceria bagaikan mentari.
Sudah lama Bayu merasa senyuman itu hilang dan baru kembali.
"ayaahhhhhhhhhh, ibuuuuuuuuuuu," peluk Zahra pada kedua orang tuannya.
"lihat Zahra lolos seleksi lagi kini yang ke sepuluh besar, minggu depan babak final,"
"uhhh anak ibu,"
"anak ayah juga buu,"
" nak kamu yakin bisa meneruskan lomba, dua minggu lagi kamu harus ujian kelulusan loh sayang," Ningsih mengelus pelan kepala anaknya
"gapapa ko ibunda ratuu, Zahra akan berjuang sebisa mungkin, dan menunjukkan pada dunia Zahra Bin Bayu penulis terkenal dengan sejuta pengalaman," Zahra memperagakan bagaimana gaya orang yang sudah sukses.
Tiba tiba pandangan Zahra buyar, ia sadar sudah beberapa minggu ini ia sering merasa tidak enak badan, pusing serta muntah muntah, mungkin hanya kecapaian pikirnya
Brakk
"Zahra bangun nak," Zahra yang pingsan kini tengah dibopong menuju kerumah sakit.
***
"aku dimana bu?" Zahra terheran yang menemukan dirinya terbaring di sebuah kasur kecil.
"kamu pingsan nak,"
Dokter pun datang untuk memeriksa Zahra kembali,.
"Bagaimana, Dokter?," tanya Bayu cemas.
"oh tidak apa apa dia hanya kelelahan, di usia kehamilan nya yang masih muda, jadi itu wajar,"
deg
"Hamil!!!!,"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
Nia Setya
semangat kak...
2020-08-03
1
Author hidup
semangat may,bagus banget ceritanya😁😁😁
2020-08-02
4
kiki rizki
kenapa hamil sih thor 😭😭😭😭
2020-04-09
2