“Iya, Bu.” Senyum mengembang terukir jelas di wajah Damara setelah melepaskan pelukannya.
Damara berjalan menjauhi rumahnya, untuk sampai ke pulau Kanawa tempatnya bekerja Damara harus menaiki speed boat untuk para pekerja termasuk dirinya.
Damara tinggal di pulau Labuan Bajo, dari tempat tinggalnya menuju pulau kanawa berjarak 15 kilometer. Ia duduk dan menikmati hamparan laut saat speed boot melaju di atas air, pikirannya masih melayang pada kejadian lima hari yang lalu saat bertemu Jerricco untuk pertama kalinya.
Damara hanya bisa menghela nafas lelah, setiap kali mengingat kejadian itu. Bagaimana tidak ia sudah memutuskan untuk menerima pernikahan itu, Damara tidak ingin jika Arvan menghancurkan kariernya. Jerricco bukan orang sembarangan, Damara tidak bisa bermain-main dengan ucapannya.
Meskipun kini sudah hari ke lima Damara belum bertemu Jerricco sama sekali untuk menyiapkan pernikahan mereka, dia hanya berdoa bahwa Jerricco mengurungkan niat untuk menikahinya.
‘Ya, semoga saja’ batin Damara.
Damara telah sampai di pulau Kanawa, dia berjalan menapaki jembatan kayu. Dari tempatnya berdiri Damara menikmati keindahan yang di suguhkan pulau Kanawa. Permukaan air yang jernih membuat Damara dapat menyaksikan keindahan terumbu karang, berbagai jenis ikan dan biota laut dari tempatnya berdiri.
Sesampainya di restoran tempat Damara bekerja, para pelayan tersenyum menyambut kedatangannya. Damara tersenyum seperti biasanya dan berjalan menuju ruangannya.
Sampai di ruangan sederhana, Damara duduk di meja kerjanya. Dia meneliti beberapa laporan yang di berikan bawahannya untuk dia periksa.
Saat membaca laporan pembukuan bulanan suara dering ponselnya memecah konsentrasi Damara, ia merogoh tas untuk mengambil ponselnya.
Di layar ponselnya terdapat nomor yang tidak di kenal, Damara menekan tombol hijau.
“Hallo,” sapa Damara.
“Saya di depan?”
Sambungan di putus secara sepihak, Damara mengerucutkan bibirnya. Meskipun baru satu kali mendengar suara pria itu, tapi setiap ucapannya selalu menghantui kepalanya hampir sepekan ini.
Damara merapikan pakaiannya, dia berjalan keluar. Ia mengedarkan pandangannya mencari seseorang yang mengganggu aktivitasnya.
Tidak mendapati pria yang dia cari di dalam restoran, Damara berjalan keluar. Tidak jauh dari tempatnya berdiri, ada seorang pria yang tampak memunggunginya.
Damara menarik nafas panjang, lalu mengembuskannya. Dia berjalan mendekati pria yang sedang membelakanginya.
Setiap langkahnya yang semakin mendekat pada pria itu, membuat jantung Damara berpacu semakin cepat.
Damara menghentikan langkahnya, saat tubuhnya berada satu meter di belakang pria itu.
Damara menahan kegugupannya, dan memberanikan diri untuk memanggil pria yang masih memunggunginya. “Tuan.”
Pria tersebut adalah Jerricco, senyum mengembang di wajahnya mendengar panggilan yang terdengar merdu di telinganya. Dia membalikkan tubuhnya untuk melihat wanita yang sebentar lagi akan menjadi istrinya.
“Temani saya sebentar.”
Suara Jerricco memang terdengar biasa saja, namun dari ucapannya menyiratkan bahwa dia tidak menerima penolakan.
Damara menganggukkan kepalanya, “Saya akan menemani Tuan.”
Melihat Jerricco yang mulai melangkahkan kakinya, Damara berjalan di belakang Jerricco. Dia terkejut saat Jerricco menarik tangannya, Damara hanya bisa memandangi tangannya yang di genggam Jerricco.
“Tu-“ belum selesai Damara berbicara Jerricco sudah lebih dulu memotong ucapannya.
“Saya tidak menerima penolakan!”
Damara terus melirik tangannya yang di genggam Jerricco, selama ini dia memang pernah beberapa kali berpacaran. Hanya saja semua itu melalui proses yang cukup panjang, perlakuan Jerricco yang tiba-tiba ini membuat jantungnya berdetak tidak karuan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Astin Dhuge
salam kenal sy dr NTT,,
ceritamu bt sy penasaran sja
2022-05-17
0
Supi
Jerry sama arvan itu satu orang yg sama kn🤔
2022-03-31
0
Kasmi Atika
tom cruse sy suka sy. suka
2021-12-27
0