Dia Kekasih Senjaku
Haiii ... haii para readers ... daku muncul lagi menjadi gadis sekolahan pada awalnya. Ahh kangen masa-masa punya the genk onyet-onyet 😂 bukan cinta monyet-monyet saja. 😘
Semoga syukaaa dengan cerita ini.
💞👇👇💞
__----------- __
Insan Aini, gadis berusia 16 tahun. Dia terbilang cantik. Kulit kuning langsat, bola mata tajam. Rambut sedikit pirang dan pendek. Pagi ini dia akan mulai mengikuti ospek hari pertama di salah satu SMA Negeri terkenal di kota ini. Rambut yang pendek jadi begitu susah diikat untuk dikepang dua. Intinya menurut Aini sendiri yang susah untuk di kepang.
Walau dia anak bungsu, dia tidak manja pada mamanya. Aini gadis yang mandiri, gayanya saja yang suka bermanja ria.
"Maa, Aini pergi ya," teriak Aini di pagi buta. Hari ini hari ospek pertama. Betapa bahagia dia mengganti seragam putih dongker menjadi putih abu-abu. Walau seragam yang dipakai masih dibeli dipasaran saja, belum hasil jahitan dari sekolahnya.
"Kamu sudah sarapan belum?" teriak mamanya dari dapur yang sedang membuatkan minum untuk suaminya. Papa Aini.
"Nanti sajalah Ma, Aini bawa bekal saja. Takut telat." Aini menghampiri mamanya dan menyalami tangan sang mama. Dia telah menyiapkan bekal tanpa merengek pada mamanya.
"Kamu diantar kakak?" tanya mama menyambut saliman tangan Aini.
"Tidak Ma, naik angkot sajalah. Menunggu kakak sama saja dengan datang terlambat, lama. Dia saja baru mandi." Aini juga mencium pipi mamanya.
"Rambut kamu tidak jadi di kuncir?" tanya mamanya saat Aini mencium pipi sang mama.
"Nanti saja di sekolah Ma, malu aku macam anak TK. Ikat sana ikat sini," Aini bersungut sedikit ketika membayangkan pita merah putihnya berkibar di rambut sedikit pirang.
"Terserah kamu saja. Kalau dihukum kamu yang jalani," kata mamanya santai. Aini hanya memberi cengiran khas. Mama Aini tidak pernah keras pada anak. Dia mempercayai urusan anak-anak tetap menjadi masa indah pada suatu hari nanti. Tugas mama Aini hanya mendidik dan mengarahkan anak. Biarlah segala sesuatu jadi keputusan anaknya.
Aini berlalu dengan cepat dan menunggu angkot di simpang jalan besar. Rumah Aini tidak dilalui angkot. Rumah Aini masuk gang, keluar gang walau mobil masih bisa masuk di area gang rumahnya. Aini bergerak dengan lincah.
Di sekolah ....
Para senior mulai berteriak mengumpulkan adik-adik junior. Dengan bergaya bak kakak-kakak yang punya hak penuh pada adik-adik junior. Rasa bangga terselip di hati para senior bisa dikenal oleh adik-adik junior.
Mereka semua diminta berbaris, masing-masing lokal dua baris ke belakang. Mata para senior mulai setajam elang yang hendak memangsa anak ayam. Mereka mulai mencari kesalahan para junior untuk meramaikan acara ospek ini.
Begitu juga dengan Raimon, seorang senior yang berkepribadian hangat. Namun di acara ospek ini, dia sengaja memasang wajah wibawa yang jutek. Matanya mengarah pada barisan adik-adik junior yang menjadi bagiannya. Aini yang tomboi lupa menguncir rambut. Maka hukuman pertama jatuh padanya.
"Ehh kamu yang tidak kunciran, sini maju!" teriak kakak senior dengan mengganas. Kakak yang bernama lengkap Raimon Anggara. Lelaki yang berusia 18 tahun. Dua tahun lebih tua dari Aini.
Aini sadar, dia lupa karena telat mendapat angkot dan hampir terlambat lupa menguncir rambut. Namun dia melirik kearah lain, mana tahu ada yang juga tidak kunciran. Melihat Aini mengedarkan pandangan ke arah lain, membuat geram si kakak senior.
"Apa yang kamu lihat, hanya kamu yang tidak kunciran!" tegas kakak seniornya membuat banyak pasang mata menoleh padanya.
Dia masih merasa ragu jika dia yang ditunjuk, maka Aini kembali menunjuk dirinya sambil berkata, "Saya Kak?" tanyanya dengan wajah tanpa dosa. Membuat dosa kakak senior karena harus mengumpat kesal dirinya di pagi hari. Dia tak mengira, gadis cantik itu begitu pembangkang.
"Iya kamu, siapa lagi!" kata kakak senior masih mengganas. Aini pun maju ke depan tanpa merasa bersalah. Senior yang lain terus mengatur barisan dan mencari salah junior-junior.
Aini telah berdiri di hadapan kakak senior. "Aku hadir Kak, memenuhi panggilanmu," ucap Aini dengan muka imut.
Jika tidak sedang ospek ingin Raimon tertawa mendengar kata-kata Aini yang polos tetapi penuh kejahilan. Tidak hanya Raimon yang ingin tersenyum, teman seangkatan Raimon berdiri tak jauh darinya juga menahan senyum. Lelaki yang terbiasa serius itu tiba-tiba tergerak hatinya untuk memperhatikan interaksi Raimon dan junior yang tidak dia tahu siapa namanya.
"Kenapa kamu tidak ikut mengikat rambutmu seperti teman-temanmu!" kata Raimon setelah memisahkan Aini dari barisannya.
"Sudah Kak, tapi mungkin lepas saat aku mengejar angkot," dia membuat alasan. Berharap lolos dari hukuman.
Senior-senior yang lagi non job hanya mendengar percakapan mereka berdua, namun teman dekat Raimon ingin tertawa mendengar alasan tak masuk akal Aini.
"Hmmm unik juga cewek ini, gaya acuh, tapi sikap manja kentara sekali," batin hatinya. Membuat dia menjadi lebih tertarik untuk mendengar percakapan Raimon dan Aini.
"Kenapa kamu kejar-kejar angkot? Harusnya kamu kejar itu cowok!" kata kakak senior mulai mengerjai Aini.
"Kalau kita kejar, berarti tanda apa Kak?" Dasar Aini sableng. Dia pula yang balik bertanya. Lebih mantapnya lagi senior malah masuk dalam perangkap.
"Karena Larilah!" jawab Raimon serius. Tanpa dia sadar Aini mengetawai dia di dalam hati.
"Tuh Kakak tahu, karena sopir angkot itu mau melarikan angkot maka saya kejar. Supaya saya tidak telat. Kalau cowok belum ada yang lari Kak, maka saya tidak pernah mengejar," jawab Aini suka hati.
Sebagian senior mengulum senyum mendengar jawaban asalnya. Satu senior tiba-tiba ikut serta dalam membully. Bukan Aini namanya kalau bisa dibully. Pasalnya baru TK saja dia sudah pandai membully teman. Dia masih suka membully teman, jika tidak ingat pernah mendapatkan hukuman saat itu oleh papanya.
"Jadi kalau saya lari kamu mau mengejar saya?" tanya sang kakak senior yang dari tadi sudah menyimak percakapan mereka.
Aini memindai wajah kakak senior yang baru ikut bertanya. Dia mempunyai raut wajah yang tampan. Hidungnya mancung dan kulitnya putih. Rambut hitam legam ditambah manik mata yang hitam begitu terlihat tajam membuat dia mendekati sempurna di mata Aini remaja.
"Kenapa diam?" tanya kakak senior kembali bertanya.
"Karena saya lagi memperhatikan Kakak, maka saya diam," jawab Aini polos dan begitu lugas. Membuat dua senior tersebut jadi menggemas.
"Sekarang sudah selesai memperhatikan saya?" tanya senior yang baru bergabung dengan Raimon.
"Sudah," jawab Aini tersenyum manis. Namun belum bisa mengalahkan manis madu lebah.
"Bagaimana wajah saya?"
"Masa Kakak tidak tahu wajah Kakak sendiri," ucapnya tanpa berniat memberikan jawaban pasti.
💕💕💕
Aini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Elisabeth Ratna Susanti
hadir 😍
2021-11-07
0
Nadia Fitri
nnnn
2021-06-13
1
Fitriani
nyimak dulu sepertinya seru thor 😊😊
2021-05-14
3